Sam langsung mematikan telponnya. Dia pun kembali ke apartemennya menaiki taksi.
Sesampainya di apartemen Sam melihat seseorang yang sudah menunggunya. Dia pun menghampiri orang tersebut."Apakah kau mau mampir?" tanya Sam ramah.Tapi orang itu hanya tersenyum mengejek dan berjalan menghampirinya."Aku akan mengungkap semua rahasiamu malam ini!" ucapnya dengan senyuman miring di sudut bibirnya.Ternyata orang itu adalah Reno. Dia sudah menunggu Sam dari tadi untuk membuktikan apakah benar bahwa dia tinggal di apartemen itu dan mempunyai uang untuk membelinya.Sam pun menghembuskan napasnya dengan kasar lalu dia melipat tangannya di dada dengan menatap tajam kearah Reno."Apa maksudmu datang kemari?" tanya Sam dengan nada dingin.Reno pun mendekatkan wajahnya di depan pemuda itu. Mereka saling menatap dengan sengit."Dinda bilang padaku, dia sangat yakin bahwa kau hanya bekerja sebagai supir karena dia melihatmu bersama seorang wanita datang untuk melamar pekerjaan di restoran milikku. Aku yakin kalau kau itu hanya seorang supir!" ucap Reno sambil menunjuk dada Sam dengan jari telunjuknya.Sam hanya menggelengkan kepalanya dengan senyuman.'Dasar! Kalian memang pasangan yang serasi, saling mengadu dan suka mencampuri urusan orang lain!' batinnya kesal."Apapun pekerjaanku itu bukan urusan kalian! Kalian berdua tidak perlu lagi ikut campur dengan kehidupanku saat ini. Jadi lebih baik kau segera pergi dari sini selagi aku berkata dengan baik baik!" usirnya berani.Reno pun tertawa mendengar perkataan Sam.Sam pun tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan pria sombong itu dan memutuskan untuk masuk ke dalam apartemennya sambil menyenggol bahu Reno.Melihat Sam yang tidak peduli dengan apa yang dia ucapkan, Reno pun menjadi panas lalu mengikuti masuk ke dalam apartemen.Setelah memastikan Sam masuk ke dalam lift, Reno pun menuju ke tempat security yang sedang bertugas. Dia ingin memastikan bahwa mantan karyawannya hanyalah seorang sopir dan penipu."Permisi, apa aku boleh bertanya sesuatu?""Silahkan, Pak. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya security itu dengan ramah."Begini pak saya ingin memastikan sesuatu, apakah Bapak bisa memberitahu saya informasi mengenai pria yang tadi barusan masuk ke dalam lift itu?" tunjuk Reno pada lift yang dimasuki oleh Sam."Oh, beliau adalah orang yang membeli unit paling mahal di apartemen ini, yang terletak di lantai paling atas, Pak!" jelasnya.Mendengar itu Reno kembali terkejut.'Sialan! Apa benar dia membelinya dengan uangnya sendiri? Bukankah dia sudah tidak bekerja saat ini!' dalam hati Reno kembali menggerutu.Dia semakin penasaran."Apa kalian tahu? Dia itu adalah mantan karyawanku dan dia bekerja sebagai cleaning service! Jadi aku sangat yakin pasti dia sudah mencuri dompet seseorang lalu membeli apartemen di sini. Apa kalian mau bahwa apartemen ini ternyata dibeli dari uang hasil mencuri!" jelasnya dengan semangat.Security itu pun tampak berpikir apakah benar semua yang diucapkan olehnya. Lalu security itu pun bertanya."Apakah Bapak yakin? Apakah dia mencuri dan Anda memiliki bukti?" tanya security itu lagi."Tentu saja! Dia itu seorang penipu! Ayo kita lihat datanya, dia pasti sudah memasukkan tanda tangan palsu atau dia sudah membayar dengan kartu atm palsu!" ucap Reno dengan mata melotot."Baiklah, Pak. Kalau begitu mari ikut saya!" ucapnya.Reno dan security itu pun naik ke lift menuju kamar Sam. Jika yang dikatakan pria itu adalah benar, maka itu bisa merusak nama baik apartemen mereka yang saat ini sangat terkenal dengan keamanan yang ketat.Setibanya di depan pintu kamar Sam, security pun memencet bel kamar."Siapa ya?" gumamnya.Sam yang baru saja ingin mandi tentu heran siapa yang datang ke kamarnya. Sedangkan tidak ada satupun orang yang dia beritahu bahwa dia membeli apartemen di sini.Dia pun membuka pintu, tampaklah Reno yang sedang berdiri bersama security menunggunya di depan dengan gaya angkuhnya. Pria itu tersenyum mengejek pada Sam."Selamat malam, Pak. Apa benar Bapak bernama Sam?" tanya security itu ramah."Selamat malam juga. Maaf ada apa?" tanya Sam kesal sambil melirik Reno."Begini, Pak. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh Bapak Reno, bahwa Anda adalah mantan karyawannya dan mengatakan bahwa Anda adalah seorang pengangguran tetapi bisa membeli apartemen di sini. Kami ingin memastikan bahwa Anda membeli apartemen ini dengan uang sendiri atau uang hasil mencuri. Apa Anda tidak keberatan menunjukkan data diri Anda?" ucap security itu menjelaskan.Sam pun mengerti sekarang kenapa Reno datang ke kamarnya bersama security. Ternyata ingin membuktikan bahwa dia seorang sopir atau seorang pencuri sesuai dengan dugaannya dan juga Dinda."Tentu saja, Pak. Aku akan memberikan semua data yang aku punya dengan senang hati. Bapak jangan khawatir tunggu sebentar aku akan mengambil dompetku dulu!" ucap Sam santai.Dia pun kembal masuk ke dalam kamarnya."Dasar pria sombong! Lihat saja nanti siapa yang akan berakhir malu dan justru diusir dari apartemen ini!" gumamnya tersenyum.Setelah itu mereka bersama turun kembali menuju meja resepsionis untuk membuktikan bahwa kartu yang dimiliki Sam untuk membayar apartemen ini adalah miliknya.Setelah sampai di meja resepsionis. Security tadi minta rekannya untuk memeriksa data itu.Sam pun langsung memberikan KTP beserta kartu miliknya pada wanita yang sedang bertugas.Reno memperhatikan kartu milik Sam yang berbeda."Lihat itu! Kartunya saja sudah lain. Aku yakin sekali dia telah mencuri atau merampok rumah pria kaya dan dia menggunakan uang itu untuk membeli apartemen ini!" ucapnya kembali memojokkan Sam."Sabar, Pak. Mari kita lihat dulu datanya. Bapak harap tenang!" ucap security itu tegas.Resepsionis pun mulai mengecek data yang ada di komputer."Baik, Pak. Sesuai dengan data yang kami terima saat membeli apartemen ini. Data yang diberikan oleh Pak Sam adalah benar. Dia telah membeli apartemen ini menggunakan kartu miliknya atas nama beliau," jelas wanita itu tersenyum.Reno masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya."Coba cek sekali lagi! Aku yakin sekali dia pasti telah menipu kalian!" ucapnya bersikeras."Maaf, Pak. Tapi kartu dan juga data ini sangat valid dan tidak ada rekayasa di dalamnya. Kartu ini adalah kartu unlimited dan Pak Sam adalah pemilik aslinya," ucap wanita itu menjelaskan kepada Reno.Mulut Reno pun kembali menganga dan wajahnya memerah menahan malu dan juga marah karena sekali lagi dirinya merasa dipermainkan dan juga tidak berhasil membuat Sam menderita seperti yang dia inginkan.Sam pun tersenyum puas melihat reaksi Reno."Maaf atas ketidaknyamanan ini, Pak. Saya sebagai petugas di apartemen ini minta maaf karena sudah mengganggu kenyamanan selama berada di apartemen ini," ucap security itu."Tidak apa-apa. Dia adalah mantan Bos saya. Dia hanya tinggal di apartemen kecil. Mungkin Bapak bisa datang kemari untuk menginap semalam atau dua malam?" tawar Sam dengan senyum ramah padanya.Reno hanya menatap Sam sambil menahan marah."Tidak perlu! Aku tidak butuh berlama-lama di sini!" ucapnya sinis."Baik kalau begitu karena Bapak sudah membuat tamu kami tidak nyaman, silahkan angkat kaki dari sini!" ucap security itu langsung mengusirnya.Reno pun berbalik pergi tapi sebelum itu ia kembali menatap Sam dengan sorot mata penuh kebencian dan dendam.'Lihat saja nanti! Aku akan mencari kelemahanmu!' ucapnya dalam hati.Reno melangkah pergi berlalu dari sana dengan perasaan yang kesal. Sam pun tersenyum penuh kemenangan karena kembali membuat pria itu malu atas perbuatannya sendiri. Setelah mengambil kembali kartunya, dia pun kembali ke kamarnya.Sesampainya di kamar…Ponselnya berbunyi, ternyata Papanya yang menelpon."Malam, Pa? Ada apa?" tanya Sam malas.["Aku ingin anakku segera memimpin perusahaan kita!" ucap Adam tanpa basa basi.]"Belum sekarang, Pa. Ada yang ingin aku selesaikan. Nanti aku akan menghubungi Papa saat aku sudah siap!" jelasnya.["Baiklah. Jaga dirimu!" ucap Adam dengan helaan napas.]Klik!Telpon pun dimatikan.Sam pun beralih menelpon Pak Yudi untuk meminta bantuannya."Pak, tolong ambil berkas milikku di rumah Papa. Dan bawakan ke Hotel Royal Venus besok. Aku tunggu di sana!" pinta Sam.Sam yakin Sarah akan sangat senang mendengar hal ini.Besok paginya Sam bertemu dengan Pak Yudi, di cafe biasa yang letaknya tak jauh dari hotel Royal Venus."Ini berkas, Tuan muda." Yudi menyerahkan map itu pada Sam"Terimakasih, Pak!" Sam pun mulai membukanya dan memeriksa dengan teliti."Apa yang akan Tuan muda lakukan dengan itu?" tanya Yudi penasaran."Aku ingin Pak Yudi membawa lamaran ini ke hotel Royal Venus!" pinta Sam."Baik, Tuan muda. Oh ya, kenapa tidak langsung memimpin perusahaan, seperti yang Tuan besar mau?" ucap Yudi dengan wajah serius sambil membetulkan letak kacamata di pangkal hidungnya."Tidak, Pak. Belum saatnya karena aku masih ingin menjalani kehidupan seperti yang aku mau," Jelas Sam."Bagaimana kalau Tuan muda bekerja di sana saja, sehingga bisa dengan mudah memahami bisnis milik Tuan besar," Yudi pun memberikan saran."Hmm, menarik. Baiklah kalau begitu, bawakan juga berkas milikku ini!" Sam memberikan map berisi surat lamaran kerja beserta data miliknya."Baiklah, Tuan. Sebenarnya Tuan besar juga berpesan,
Sarah terkejut melihat orang itu di depan pintu kosnya, padahal hari sudah larut malam."Selamat malam, Bu!" sapanya dengan ramah."Malam! Mana uangnya? Ini hari terakhir saya kasi kami waktu!" ucap wanita paruh baya itu cepat.Bu Wati pemilik tempat kost Sarah datang untuk menagih uang sewa karena sudah 2 bulan Sarah menunggak."Maaf, Bu. Saya minta tambahan waktu. Besok saya mulai bekerja, nanti kalau sudah dapat gaji saya akan bayar semuanya!" pinta Sarah engan wajah sendunya."Halah! Jangan banyak alasan! Bayar sekarang atau kamu pergi!" hardiknya kasar."Ada apa ini?!" "Sam? Kenapa kamu kembali?" tanya Sarah heran."Aku ingin mengembalikan ponselmu yang terjatuh saat di taksi tadi," jelas Sam sambil menyodorkan ponsel Sarah."Terimakasih! Maaf merepotkan kamu terus!" ujar Sarah tidak enak karena saat ini Bu Wati masih ada di sana."Sini ponselmu! Anggap sebagai jaminan!"Wanita itu merebut ponsel itu dari tangan Sarah."Jangan, Bu! Kembalikan, saya butuh ponsel saya!" ucap Sarah
Mereka berhenti tepat di depan Cafe La Vista. Tempat yang sangat mahal bagi karyawan biasa seperti mereka.Wira yang gugup berusaha tetap tenang di depan semua orang."Kenapa kita kemari? Kenapa tidak ke belakang hotel?" tanya Wira dengan tidak sabar."Tadinya Arya ingin mengajakku ke sini, jadi sekalian saja kita semua kemari. Iya kan?" Sam menyenggol lengan Arya."Iya, iya benar, Ra! Kapan lagi kita makan di sini, kamu 'kan banyak uang!" sahut Arya mendukung ide Sam."O-ok! Ayo masuk!" tutur Wira tetap dengan gaya angkuhnya.Mereka pun masuk ke dalam dengan bersemangat dan menyanjung Wira yang baik hati kali ini. Wira hanya bisa tersenyum dalam keadaan terdesak karena saat ini jantungnya berdegup kencang mengingat harga makanan di sini tidak bersahabat dengannya.'Gara-gara Sam! Aku terpaksa ikut kemari! Aku akan meminta bantuan pada kakakku kalau uangnya tidak cukup!' batin Wira.Sam dan yang lainnya pun duduk di meja yang cukup besar, cukup untuk mereka berlima. Lalu pramusaji pun
"Kembalikan! Itu milikku!" hardik Sam kesal."Aku tidak yakin ini kartu milikmu?" ucap Dinda sambil memperhatikan kartu itu dengan membolak baliknya.Sam hanya menghembuskan napasnya dengan kasar. Rasanya kepalanya sudah cukup pusing berurusan dengan Wira. Sekarang malah bertambah satu lagi."Ucapanku benar! Kau pasti sudah mencuri dompet seseorang tapi kenapa Reno tidak percaya sih!" keluhnya."Aku mencuri? Ayo kita buktikan saja!" seringai Sam.Sam pun merebut kartu miliknya dari tangan mak lampir itu dan memberikan pada kasir."Tunggu! Sebaiknya diperiksa dulu kartu itu milik siapa! Asli atau tidak?!" titah Dinda dengan mata melotot pada kasir."Baik, Mbak. Tunggu sebentar!"Kasir itu pun mulai melakukan transaksi dan saat Sam memasukkan nomor pin, ternyata transaksi berhasil."Kenapa lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" tanya Arya yang tiba-tiba muncul.Mereka semua penasaran kenapa Wira lama sekali membayarnya, bahkan Sam juga di sini. Jadi Arya datang menyusul untuk melihat apa ya
Setelah parkir tidak jauh dari mobil Sam, orang itu mengikuti sampai pintu masuk apartemen.Orang itu adalah Dinda. Dinda yang melihat Sam sudah masuk ke dalam, mengikutinya setelah itu bersembunyi di balik pilar besar di dekat dinding. Setelah memastikan situasinya aman, dia pun dengan cepat berjalan karena Sam sudah masuk ke dalam lift.Setelah sampai ternyata dia tidak melihat Sam lagi saat keluar dari lift. Dia ingin memastikan sendiri bahwa Sam memang tinggal di sana. Gadis berambut pirang itu kembali masuk ke dalam lift untuk turun.Setelah sampai di parkiran, dia pun langsung masuk ke dalam mobil sambil membanting pintunya dengan kasar."Tidak mungkin! Darimana dia punya uang sebanyak itu? Bukankah selama ini untuk makan saja dia susah?!" gerutunya kesal.Dinda pun memutuskan untuk pulang karena Reno sudah terlalu lama menunggunya.Mobil ini adalah milik Reno, tadi sore Dinda merengek untuk memakainya dengan alasan untuk mencari tau tentang Sam."Kenapa baru sekarang dia jadi k
Setelah sampai di bengkel. Sam menyerahkan motornya untuk diperiksa."Ini ada paku payung yang menancap, Mas!" jelas pria yang memeriksa ban motor Sam."Benarkah? Jadi bukan paku yang berkarat?" tanya Sam heran."Bukan, Mas. Ini masih baru dan bagus!" sambungnya lagi."Hmmm. Ok, saya paham!" ujar Sam dengan sedikit tersenyum.'Aneh? Kenapa bisa 'ya?' batin Sam bingung.Dia pun mengeluarkan ponselnya di dalam saku celana kainnya."Pak, aku ingin rekaman CCTV di parkiran hotel Royal Venus sekarang juga! Lalu bawa ke apartemenku!" titahnya.["Baik, Tuan Muda!"]Klik!Sam mematikan ponselnya dengan perasaan yang campur aduk."Kita lihat saja siapa pelakunya!" ucapnya sambil mengatupkan rahang.Setelah motor selesai diperbaiki, Sam segera bergegas pulang untuk menunggu Pak Yudi.Sementara itu...Plaakkkk!!!Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan salah satu preman itu."Dasar tidak becus! Tidak berguna! Percuma aku bayar mahal kalian!" makinya pada mereka semua."Kami tidak mungkin menghaja
Sam baru saja selesai menerima panggilan telepon dari Pak Yudi. Dia tersenyum senang karena akhirnya ia berhasil membuat Reno membayar apa yang sudah dia lakukan.Sam pun segera bersiap untuk datang ke kantor polisi guna memberikan keterangan.Setelah sampai di kantor polisi...Sam melihat Dinda yang sedang menunggu di luar ruangan interogasi."Sam? Untuk apa kamu ke sini?" tanya Dinda dengan raut wajah kesal."Tentu saja aku ingin memberikan keterangan pada polisi! Bukan untuk bertemu denganmu!" jawab Sam dingin."Tidak perlu! Cepat kamu pergi dari sini!" usirnya dengan menunjuk ke arah pintu."Kamu tidak berhak untuk mengusirku! Aku adalah korban di sini dan pacarmu itu akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya!" ucap Sam dengan mendengus kasar."Apa?! Dasar ka-"Belum selesai Dinda menyelesaikan ucapannya, Sam sudah terlebih dahulu meninggalkan gadis itu. Dia tidak ingin berlama-lama lagi b
Reno tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia merasa harapan untuk keluar dari sini sangat tipis. Tapi sekarang orang yang sangat dirinya harapkan berada di depannya."Papa!" ucapnya senang.Tapi Papanya hanya menunjukkan ekspresi wajah datar."Ayo pulang!" jawabnya cuek.Reno pun tidak jadi melanjutkan ucapannya dan memilih untuk mengikuti papanya dari belakang. Setelah keluar dari kantor polisi, mereka langsung menuju parkiran. Reno pun masuk ke mobil papanya dengan perasaan senang. Dia merasa lega karena tidak jadi mendekap bertahun-tahun di balik jeruji besi. Hal yang sangat memalukan dirinya dan juga keluarga.Setelah berkendara selama beberapa puluh menit, mobil yang membawa Reno serta papanya tiba di kediaman mereka."Pergilah mandi! Papa tunggu di ruang keluarga!" ujar papanya.Setelah mengatakan itu papa Reno langsung pergi meninggalkannya seorang diri di depan pintu."Iya, Pa!" jawab Reno mengangguk paham.Reno yakin, papanya pasti sedang marah padanya karena ulahnya.
Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s
Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya
Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart
Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la
Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam
"A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma
Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men
Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba
Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak