Sarah terkejut melihat orang itu di depan pintu kosnya, padahal hari sudah larut malam.
"Selamat malam, Bu!" sapanya dengan ramah."Malam! Mana uangnya? Ini hari terakhir saya kasi kami waktu!" ucap wanita paruh baya itu cepat.Bu Wati pemilik tempat kost Sarah datang untuk menagih uang sewa karena sudah 2 bulan Sarah menunggak."Maaf, Bu. Saya minta tambahan waktu. Besok saya mulai bekerja, nanti kalau sudah dapat gaji saya akan bayar semuanya!" pinta Sarah engan wajah sendunya."Halah! Jangan banyak alasan! Bayar sekarang atau kamu pergi!" hardiknya kasar."Ada apa ini?!""Sam? Kenapa kamu kembali?" tanya Sarah heran."Aku ingin mengembalikan ponselmu yang terjatuh saat di taksi tadi," jelas Sam sambil menyodorkan ponsel Sarah."Terimakasih! Maaf merepotkan kamu terus!" ujar Sarah tidak enak karena saat ini Bu Wati masih ada di sana."Sini ponselmu! Anggap sebagai jaminan!"Wanita itu merebut ponsel itu dari tangan Sarah."Jangan, Bu! Kembalikan, saya butuh ponsel saya!" ucap Sarah memohon dengan mata yang sudah berkaca kaca."Maaf, Bu. Kalau boleh saya tau, berapa total uang sewa Sarah yang belum di bayar?" tanya Sam dengan sopan."Satu juta lima ratus!" jawabnya ketus."Kembalikan ponselnya, Bu. Saya akan melunasinya!" pinta Sam dengan memasang senyuman terbaiknya.Mendengar itu Bu Wati pun luluh karena melihat wajah tampan Sam dan tubuhnya yang gagah mempesona. Wanita yang memakai lipstik merah tebal itu mengembalikan ponsel Sarah dengan kasar."Nih, ambil!" ketusnya dengan bibir maju."Berapa nomor rekeningnya? Saya akan mentransfernya sekarang."Bu Wati pun menyebutkan nomor rekeningnya dan langsung dicatat oleh Sam."Sam, tidak perlu! Aku sudah bekerja, jadi aku akan membayarnya nanti!" sergah Sarah tidak enak."Tidak apa. Tunggu sebentar ya?"Sam pun berbalik sedikit menjauh dari mereka, lalu pria keturunan Jerman itu mengambil ponsel mahal di saku celananya dan dengan cepat mengetik sederet angka untuk ditransfer ke rekening Bu Wati. Setelah selesai Sam pun kembali."Sudah saya transfer ya, Bu. Ibu bisa mengeceknya nanti!" ujar Sam."Benar ya? Awas kalau kalian menipu saya! Saya akan lapor polisi!" ancamnya."Maaf, ya Bu. Tapi saya yakin teman saya tidak mungkin berbohong," ujar Sarah menimpali."Ya sudah! Saya permisi!" ucapnya sambil melangkah pergi dengan gaya angkuhnya.Setelah Bu Wati pergi. Sarah langsung menarik lengan Sam untuk bertanya soal uang tadi."Uang dari mana, Sam? Bukankah kamu tidak punya tabungan?" tanya Sarah penasaran."Aku meminjamnya dari temanku. Sudah jangan khawatir! Sekarang kamu masuklah ke dalam!" jawab San tersenyum."Terimakasih ya, Sam! Aku janji akan mengembalikan padamu saat gajian nanti!""Baiklah. Kalau begitu, aku pulang dulu. Sampai jumpa besok!" ucap pria itu pamit undur diri.***Pagi sekitar jam enam tiga puluh, Sam menunggu Sarah di depan hotel. Hari ini adalah hari pertama mereka bekerja. Dia tidak membawa mobilnya, kali ini dia akan menjadi orang biasa lagi.Setelah Sarah sampai, Sam langsung mengajak Sarah untuk sarapan terlebih dahulu sebelum mereka mulai bekerja.Di Ruangan HRD…Saat semua karyawan baru sudah berkumpul di ruangan khusus penerimaan karyawan. Manajer dari masing-masing departemen memperkenalkan diri dan mengabsen nama mereka satu persatu.Lalu mereka dibawa ke bagian pekerjaan masing-masing. Sam di bagian FO (Front Office) dan Sam di bagian staf HRD.Sam pun memasuki ruangan yang terdiri dari meja untuk lima orang karyawan dan satu lagi di ruangan sebelah yaitu manajer mereka. Hanya tersisa satu meja yang kosong. Manajer mereka memperlakukan Sam sama seperti karyawan lain.Sam pun mulai berkenalan dengan sesama rekan kerja yang ada di ruangan itu. Tidak ada yang mengenalinya sebagai pewaris perusahaan papanya karena papa Sam yaitu Adam, tidak pernah memperkenalkan wajah Sam ke publik, hanya orang tertentu saja yang pernah bertemu dengannya.Dia juga berdoa semoga hari pertamanya bekerja di tempat baru lebih baik dari tempat sebelumnya. Setelah pengenalan singkat, Sam sudah bisa bekerja dan akan di training oleh rekannya yang lain."Halo, aku Arya Seno! Panggil saja Arya!" sapa pria berkumis tipis itu ramah sambil menyalami Sam."Aku, Sam! Salam kenal ya, mohon bimbingannya!" sahut Sam.Meja kerja Sam bersebelahan dengan meja Arya, hanya dipisah sekat yang tidak terlalu tinggi. Jadi Arya lah yang nanti akan mengajarinya selama sebulan ke depan."Apa kamu Sam dari hotel Marina?"Tiba-tiba karyawan yang lain melontarkan pertanyaan itu pada Sam."Wira? Apa kamu bekerja di sini sekarang?" tanya Sam yang juga terkejut."Wah! Dari seorang cleaning service sekarang naik menjadi staf ya! Aku bahkan hampir tidak mengenalimu tadi" ucapnya angkuh dengan tangan terlipat di depan dada.Sam dan Arya hanya saling pandang mendengar perkataan Wira. Arya tidak tahu kalau Wira adalah adik Dinda yaitu mantan pacar Sam."Iya, benar. Aku sudah tidak bekerja lagi di sana. Apa kabar?" ujar Sam bersikap ramah."Cih! Tidak usah sok akrab! Pantas saja kakakku meninggalkanmu dan mencari pacar yang lebih kaya. Kau memang tidak pantas untuknya!" sinis Wira.Sam baru saja ingin membalas makian Wira tapi niat itu dia urungkan mengingat ini adalah hari pertamanya bekerja. Dia harus bersabar sementara ini."Kenapa? Pria miskin sepertimu memang pantas dihina! Aku yakin kau pasti melamar pekerjaan di sini dengan memalsukan data. Iya kan?" Wira menunjuk dada kiri Sam."Tidak. Aku memakai dataku yang asli!" jawab Sam dengan nada dingin."Wira! Jangan bicara sembarangan! Nanti kalau manajer mendengar bagaimana?!" Arya ikut menimpali membela Sam."Biarkan dia tahu. Lihat saja, aku akan membuatmu kembali menjadi gembel!" ancam Wira sebelum dia berlalu kembali ke mejanya."Sudah jangan dengarkan dia. Mulutnya memang terkenal pedas seperti itu!"Arya menepuk pundak Sam untuk menghiburnya."Tidak apa. Terimakasih sudah membantuku," ucap Sam tersenyum.'Dasar brengsek! Kakak dan adik sama saja!' batin Sam kesal.Waktu makan siang…Jam makan siang sudah hampir dekat. Arya pun berniat mengajak Sam makan bersama di tempat favorit karyawan di hotel ini."Ayo, ikut aku makan siang di cafe yang ada di belakang hotel ini. Tempatnya nyaman, murah dan makanannya juga enak loh!" ujarnya bersemangat."Baiklah. Hari ini aku yang bayar!"Wira mendengar percakapan mereka, lalu ikut berkomentar."Jangan mau, Arya. Aku yakin dia tidak punya uang. Nanti kalian malah harus cuci piring karena tidak bisa bayar. Hahaha!" ledeknya lagi."Wira, sudahlah!" bela Arya karena jengah dengan sikap pria menyebalkan itu."Lihat aku! Uang ada, motor sport ada. Tidak seperti dia cuma jalan kaki setiap hari!" Wira tidak mau berhenti menghina Sam."Kalau begitu, kau bisa membayar makan siang kami 'kan?" ucap Sam tiba-tiba."Tentu saja!" sahut Wira cepat.'Baiklah, kita mulai permainannya'Senyum miring pun terbit di bibir Sam."Teman-teman semua!" ucap Sam sedikit keras.Membuat semua orang di sana memperhatikan."Hari ini Wira akan membayar makan siang kita. Karena dia banyak uang, tampan dan baik hati. Benarkan Wira?" tanya Sam tersenyum manis.Mendengar itu wajah Wira seketika berubah.'Sialan! Kenapa jadi semua orang!' rutuknya"Te-tentu saja. Kita sudah lama tidak makan bersama. Aku yang akan bayar!" jawab Wira menyanggupi tantangan Sam.Arya dan teman yang lain yang tidak pernah di traktir oleh Wira jadi ikut senang. Kapan lagi kesempatan langka ini datang."Ayo semua! Sudah waktunya makan siang!" teriak Arya bersemangat.Akhirnya semua staf yang berjumlah lima orang termasuk Sam, berjalan bersama keluar dari pintu khusus karyawan.Wira yang biasanya ribut sekarang hanya diam karena nasib uangnya terancam menipis.Setelah berjalan beberapa langkah, Sam pun mengajak Arya untuk berjalan ke arah yang berbeda bukan ke belakang hotel melainkan ke tempat lain."Kita makan siang di sini, ya! Aku tidak pernah makan di tempat ini sebelumnya," ucap Sam tiba-tiba.Seketika wajah Wira berubah menjadi pucat pasi.Mereka berhenti tepat di depan Cafe La Vista. Tempat yang sangat mahal bagi karyawan biasa seperti mereka.Wira yang gugup berusaha tetap tenang di depan semua orang."Kenapa kita kemari? Kenapa tidak ke belakang hotel?" tanya Wira dengan tidak sabar."Tadinya Arya ingin mengajakku ke sini, jadi sekalian saja kita semua kemari. Iya kan?" Sam menyenggol lengan Arya."Iya, iya benar, Ra! Kapan lagi kita makan di sini, kamu 'kan banyak uang!" sahut Arya mendukung ide Sam."O-ok! Ayo masuk!" tutur Wira tetap dengan gaya angkuhnya.Mereka pun masuk ke dalam dengan bersemangat dan menyanjung Wira yang baik hati kali ini. Wira hanya bisa tersenyum dalam keadaan terdesak karena saat ini jantungnya berdegup kencang mengingat harga makanan di sini tidak bersahabat dengannya.'Gara-gara Sam! Aku terpaksa ikut kemari! Aku akan meminta bantuan pada kakakku kalau uangnya tidak cukup!' batin Wira.Sam dan yang lainnya pun duduk di meja yang cukup besar, cukup untuk mereka berlima. Lalu pramusaji pun
"Kembalikan! Itu milikku!" hardik Sam kesal."Aku tidak yakin ini kartu milikmu?" ucap Dinda sambil memperhatikan kartu itu dengan membolak baliknya.Sam hanya menghembuskan napasnya dengan kasar. Rasanya kepalanya sudah cukup pusing berurusan dengan Wira. Sekarang malah bertambah satu lagi."Ucapanku benar! Kau pasti sudah mencuri dompet seseorang tapi kenapa Reno tidak percaya sih!" keluhnya."Aku mencuri? Ayo kita buktikan saja!" seringai Sam.Sam pun merebut kartu miliknya dari tangan mak lampir itu dan memberikan pada kasir."Tunggu! Sebaiknya diperiksa dulu kartu itu milik siapa! Asli atau tidak?!" titah Dinda dengan mata melotot pada kasir."Baik, Mbak. Tunggu sebentar!"Kasir itu pun mulai melakukan transaksi dan saat Sam memasukkan nomor pin, ternyata transaksi berhasil."Kenapa lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" tanya Arya yang tiba-tiba muncul.Mereka semua penasaran kenapa Wira lama sekali membayarnya, bahkan Sam juga di sini. Jadi Arya datang menyusul untuk melihat apa ya
Setelah parkir tidak jauh dari mobil Sam, orang itu mengikuti sampai pintu masuk apartemen.Orang itu adalah Dinda. Dinda yang melihat Sam sudah masuk ke dalam, mengikutinya setelah itu bersembunyi di balik pilar besar di dekat dinding. Setelah memastikan situasinya aman, dia pun dengan cepat berjalan karena Sam sudah masuk ke dalam lift.Setelah sampai ternyata dia tidak melihat Sam lagi saat keluar dari lift. Dia ingin memastikan sendiri bahwa Sam memang tinggal di sana. Gadis berambut pirang itu kembali masuk ke dalam lift untuk turun.Setelah sampai di parkiran, dia pun langsung masuk ke dalam mobil sambil membanting pintunya dengan kasar."Tidak mungkin! Darimana dia punya uang sebanyak itu? Bukankah selama ini untuk makan saja dia susah?!" gerutunya kesal.Dinda pun memutuskan untuk pulang karena Reno sudah terlalu lama menunggunya.Mobil ini adalah milik Reno, tadi sore Dinda merengek untuk memakainya dengan alasan untuk mencari tau tentang Sam."Kenapa baru sekarang dia jadi k
Setelah sampai di bengkel. Sam menyerahkan motornya untuk diperiksa."Ini ada paku payung yang menancap, Mas!" jelas pria yang memeriksa ban motor Sam."Benarkah? Jadi bukan paku yang berkarat?" tanya Sam heran."Bukan, Mas. Ini masih baru dan bagus!" sambungnya lagi."Hmmm. Ok, saya paham!" ujar Sam dengan sedikit tersenyum.'Aneh? Kenapa bisa 'ya?' batin Sam bingung.Dia pun mengeluarkan ponselnya di dalam saku celana kainnya."Pak, aku ingin rekaman CCTV di parkiran hotel Royal Venus sekarang juga! Lalu bawa ke apartemenku!" titahnya.["Baik, Tuan Muda!"]Klik!Sam mematikan ponselnya dengan perasaan yang campur aduk."Kita lihat saja siapa pelakunya!" ucapnya sambil mengatupkan rahang.Setelah motor selesai diperbaiki, Sam segera bergegas pulang untuk menunggu Pak Yudi.Sementara itu...Plaakkkk!!!Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan salah satu preman itu."Dasar tidak becus! Tidak berguna! Percuma aku bayar mahal kalian!" makinya pada mereka semua."Kami tidak mungkin menghaja
Sam baru saja selesai menerima panggilan telepon dari Pak Yudi. Dia tersenyum senang karena akhirnya ia berhasil membuat Reno membayar apa yang sudah dia lakukan.Sam pun segera bersiap untuk datang ke kantor polisi guna memberikan keterangan.Setelah sampai di kantor polisi...Sam melihat Dinda yang sedang menunggu di luar ruangan interogasi."Sam? Untuk apa kamu ke sini?" tanya Dinda dengan raut wajah kesal."Tentu saja aku ingin memberikan keterangan pada polisi! Bukan untuk bertemu denganmu!" jawab Sam dingin."Tidak perlu! Cepat kamu pergi dari sini!" usirnya dengan menunjuk ke arah pintu."Kamu tidak berhak untuk mengusirku! Aku adalah korban di sini dan pacarmu itu akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya!" ucap Sam dengan mendengus kasar."Apa?! Dasar ka-"Belum selesai Dinda menyelesaikan ucapannya, Sam sudah terlebih dahulu meninggalkan gadis itu. Dia tidak ingin berlama-lama lagi b
Reno tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Dia merasa harapan untuk keluar dari sini sangat tipis. Tapi sekarang orang yang sangat dirinya harapkan berada di depannya."Papa!" ucapnya senang.Tapi Papanya hanya menunjukkan ekspresi wajah datar."Ayo pulang!" jawabnya cuek.Reno pun tidak jadi melanjutkan ucapannya dan memilih untuk mengikuti papanya dari belakang. Setelah keluar dari kantor polisi, mereka langsung menuju parkiran. Reno pun masuk ke mobil papanya dengan perasaan senang. Dia merasa lega karena tidak jadi mendekap bertahun-tahun di balik jeruji besi. Hal yang sangat memalukan dirinya dan juga keluarga.Setelah berkendara selama beberapa puluh menit, mobil yang membawa Reno serta papanya tiba di kediaman mereka."Pergilah mandi! Papa tunggu di ruang keluarga!" ujar papanya.Setelah mengatakan itu papa Reno langsung pergi meninggalkannya seorang diri di depan pintu."Iya, Pa!" jawab Reno mengangguk paham.Reno yakin, papanya pasti sedang marah padanya karena ulahnya.
Di Rumah Reno…Orang tua dan anak itu sedang duduk bersama di ruang keluarga. Suasana mendadak begitu hening, Reno hanya bisa menunduk tidak berani menatap wajah papanya tapi di sisi lain dia juga tidak sabar untuk mendengarkan apa yang ingin orang tuanya katakan."Apalagi kali ini?" Suara papanya terdengar seperti petir.Setelah lama hening dan memulai pembicaraan di antara mereka, Reno pun sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat papanya."Apa maksud, Papa?" tanya Reno sedikit gugup."Apa kau tahu? Papa mengeluarkan banyak uang untuk menebusmu! Bahkan sampai menggadaikan sertifikat hotelmu ke Bank!" jelas papa Reno dengan marah yang tersirat jelas dari sorot matanya."A-APA?!" pekik Reno dengan mata terbelalak.'Hotelku! Oh, damn it!' ratapnya dalam hati"Kenapa papa melakukan itu?" tanyanya lagi dengan takut. "Tentu saja aku harus melakukannya, kalau tidak kau tidak akan mungkin bisa duduk di atas sofa nyaman itu!" ujarnya dengan nada tinggi.Reno menundukkan kembali wajahnya.
"Apa? Membeli mobil?" tanya Reno dengan mata yang terbelalak."Iya, Sayang! Aku ingin punya mobil. Bukankah bulan lalu kamu sudah janji mau membelikan aku mobil jadi aku tidak perlu repot untuk pergi bolak-balik ke rumah, ke hotel atau restoran, benarkan?" ujar Dinda dengan mata yang berbinar.Reno pun meneguk ludahnya kasar.'Aduh! Bagaimana ini? Aku tidak punya cukup uang untuk membeli mobil! Apa aku ulur waktu saja dulu?' pikirnya dalam hati."Baiklah, aku akan membelikanmu mobil, Sayang!" ucap Reno akhirnya."Yes! Terimakasih ya, Sayang!" sorak Dinda kegirangan lalu mengecup pipi sebelah kiri Reno."Iya, tapi belum dalam waktu dekat ini," ucap Reno pelan."Loh, kenapa?" "Itu karena aku baru saja memakai dana darurat untuk mengembangkan hotel dan juga restoran jadi untuk saat ini aku harap kamu bersabar dulu ya," jawabnya menjelaskan pada Dinda."Yah! Jadi aku harus menunggu lagi?!" gerutunya kesal