Beranda / Urban / Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi! / Bab 4 : Bertemu Gadis Cantik

Share

Bab 4 : Bertemu Gadis Cantik

Penulis: Pipi_Kiri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-26 08:02:46

"Maaf, tapi yang membeli mobil ini adalah Bapak Sam," jawab petugas itu tersenyum sopan.

Sam langsung membubuhkan tanda tangannya dan petugas itu pamit permisi.

Reno sangat malu karena sudah berbohong pada Dinda. Bukan itu saja tapi dia juga penasaran bagaimana bisa pria pengangguran seperti Sam bisa membeli mobil mewah dalam waktu singkat.

"Apa kau ingin mencoba mobil baru itu, Pak?" tanya Sam dengan tersenyum manis.

"Sayang, ayo kita pergi dari sini!" Reno sudah tidak sanggup berlama-lama di sana.

"Tapi sayang, dia harus kita laporkan ke-"

Ucapan Dinda langsung dipotong oleh Reno.

"Sudah, biarkan saja dia! Aku mau istirahat!" jawabnya beralasan.

Wajah Reno memerah karena menahan malu dan marah.

Sam tersenyum penuh kemenangan karena berhasil membuat Reno tak berkutik sekaligus membuktikan ucapannya bahwa dia bisa membeli melebihi apa yang pria sombong itu punya.

Sore hari…

Reno baru saja memarkirkan mobilnya dan ingin masuk ke dalam apartemennya lalu dia mendengar bunyi klakson mobil yang membuatnya terkejut.

Sam keluar dari mobilnya dan menghampiri Reno.

"Ayo, main ke apartemen milikku!" ucapnya tiba-tiba.

"Pergi dari sini sialan!" maki pria itu yang kesal melihat Sam lagi di sini.

"Baiklah!" jawab Sam tersenyum.

Dia pun menaiki mobilnya kembali dan berputar arah, Reno baru saja berniat pergi tapi dia melihat mobil Sam malah masuk ke apartemen mewah yang ada di seberang.

Hal itu sukses membuat mulut Reno menganga lebar karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Besok Paginya…

Sam merasa bosan seharian di kamar karena terbiasa bekerja. Dia pun berniat untuk mencari pekerjaan baru.

Meskipun sudah mendapatkan akses dan uang dari Papanya tapi dia sudah bertekad untuk hidup mandiri dengan hasil kerja kerasnya saat pergi dari rumah.

Pemuda itu sudah melihat lowongan di koran hari ini, jadi dia akan berangkat pagi agar tidak terlambat.

Sam sudah bersiap dengan pakaian kemeja putih dan juga celana kain, dia akan memilih pekerjaan di hotel yang memang keahliannya, tapi kali ini dia sengaja tidak membawa mobilnya, tapi naik kendaraan umum.

"Semoga aku bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya!" ucapnya bersemangat.

Setelah sampai di tempat tujuan. Sam bertanya kepada security yang bertugas dan langsung diperbolehkan masuk.

Dia pun berjalan ke dalam halaman hotel, ternyata di samping gedung itu sudah banyak orang yang melamar.

Sam juga ikut mengantri bersama mereka, ini adalah hotel bintang lima. Dia melihat nama hotel itu adalah Hotel Royal Venus. Yang mana itu bagian dari properti yang dimiliki keluarga mereka. Dan yakin bahwa ini adalah hotel anak cabang Galaxi Group.

'Mudah-mudahan tidak ada yang mengenaliku!' batinnya berdoa.

Karena kalau iya, maka penyamarannya akan terbongkar. Sam sedikit menundukkan kepalanya agar orang-orang tidak begitu memperhatikannya.

Sudah ada beberapa orang yang berdiri di depan, sekarang tiba giliran Sam untuk memberikan surat lamarannya.

"Kenapa tidak ada ijazah?" tanya petugas HRD itu ketus.

"Maaf, Pak. Saya lupa membawanya. Apakah boleh menyusul?" jawab Sam penuh harap.

Tidak mungkin dia mengatakan kalau semua dokumen miliknya berada di Jakarta di rumah orang tuanya. Dia lupa mempersiapkan berkasnya kemarin.

'Mana mungkin mereka percaya!' batinnya geli.

"Pergi dari sini! Masih banyak orang lain yang lebih baik darimu!" ucapnya mengusir Sam.

"Saya mohon tolong berikan aku kesempatan, Pak!" pinta Sam dengan wajah memelas.

"Tidak bisa! Memangnya hotel ini punya Bapakmu!" bentaknya dengan suara meninggi.

'Loh, hahaha memang ini punya papaku kok!' dalam hati Sam tertawa lagi.

Beberapa orang yang juga ikut melamar, menatap kasihan pada Sam tapi mereka tidak dapat membantunya. Lalu seorang wanita yang memiliki paras wajah cantik nan ayu mencoba membelanya.

"Berilah dia kesempatan, Pak. Saya yakin dia sangat membutuhkannya, bagian apa saja boleh! Iya kan?" ujarnya tersenyum menampakkan lesung pipinya yang semakin membuatnya cantik berlipat lipat.

"I-iya!" jawab Sam mengangguk cepat.

Sam sempat terpana beberapa detik dengan senyuman gadis itu.

"Tidak bisa! Sudah kalian berdua pergi dari sini!"

Kali ini gadis itu juga diusir bersamanya.

"Loh, kenapa saya juga ditolak pak?" tanya gadis itu sedih.

"KTP kamu belum diperpanjang! Sudah kalian berdua pergi, masih banyak kandidat lain yang melamar!" tuturnya dengan bibir maju.

"Ayo kita pergi saja dari sini!" gadis itu menarik tangan Sam untuk keluar dari sana.

"Ta-tapi pekerjaannya?!" Dia un jadi bingung.

"Sudah! Kita cari tempat lain saja!" ucapnya sambil berjalan pergi dari sana.

Setelah sampai di depan jalan masuk Hotel gadis itu bertanya pada Sam.

"Apa kamu masih ingin lanjut mencari pekerjaan hari ini?"

"Tentu saja, aku kan pengangguran!" jawab Sam tersenyum.

"Oh, ya namaku Sarah. Kamu?" gadis itu mengulurkan tangannya.

"Aku Sam. Masih ada lowongan di tempat lain. Apa kamu mau ikut?" tawarnya mencoba basa basi.

"Boleh. Aku sudah menyiapkan tiga lamaran hari ini!" ujarnya kembali ceria.

***

Sam dan Sarah pun naik angkot dan menuju Mall besar yang ada di kota itu.

Dia yang membayar ongkos mereka. Awalnya dia menolak tapi Sam tetap memaksa, membuat gadis itu berterima kasih berulang kali.

"Bagaimana kalau kita mulai mencari di restoran?"

Sam tidak sadar bahwa dia memasuki Mall yang sama dengan waktu tempo hari saat bertengkar dengan Reno.

Dari pintu masuk restoran Dinda berdiri dan menatap pria yang sangat dikenalnya.

"Apa itu, Sam?!"

Dinda memicingkan matanya melihat orang yang berjalan semakin dekat. Sementara Sam yang sadar bahwa ini restoran Reno, terlambat untuk mencegah Sarah masuk.

"Permisi, Mbak. Apa di sini ada lowongan? Saya dan teman saya mau melamar pekerjaan," ucap Sarah ramah dan sopan.

"Apa? Wah! Reno bilang kalau dia melihatmu masuk ke dalam apartemen mewah, tapi sekarang malah mencari pekerjaan. Aku semakin yakin kalau kau itu hanya supir! Baru jadi supir tapi sudah berlagak jadi orang kaya!" cibirnya dengan sinis.

Sarah yang tak mengerti karena Dinda yang tiba-tiba berkata begitu pada mereka jadi bingung.

Sam pun tidak ingin meladeni Dinda lagi.

"Sarah, ayo kita pergi dari sini!" Sam menarik lengan gadis itu untuk mengikutinya keluar.

"Kenapa? Kau malu? Sudah miskin tapi banyak tingkah!" ejeknya lagi.

"Bukan urusanmu! Sarah, ayo pergi!"

"Tapi itu … kita belum selesai, Sam?" Sarah tetap menunggu jawaban lowongan dari Dinda.

"Sudah, cari tempat lain saja!" Dia langsung menyeret Sarah untuk pergi dari sana.

Dinda kembali masuk sambil menghentakkan kakinya ke lantai karena kesal.

Sam mengajak Sarah langsung keluar dari Mall itu.

"Apa kamu mengenal wanita tadi?" tanya Sarah penasaran.

"Dia itu mantan pacarku. Sudah jangan lagi bahas dia!"

"Apa? Aku tidak menyangka kamu punya pacar bermulut pedas sepertinya," ucapnya dengan kekehan geli.

"Sudah lupakan! Sini kemarikan lamaranmu!" pinta Sam cuek.

"Untuk apa, Sam?" tanya gadis berhidung mancung itu bingung.

"Aku akan memberikan pada temanku. Dia bisa memberikanmu pekerjaan karena kamu perempuan, jadi lebih mudah diterima," jelasnya asal.

"Benarkah? Terima kasih, Sam!" Sarah pun menyerahkan satu map coklat berisi lamarannya.

"Sama-sama. Maaf ya karena aku, kamu tidak dapat pekerjaan tadi dan harus bersusah payah mencari pekerjaan lagi," ucapnya penuh sesal.

"Tidak masalah. Masih banyak mall dan hotel di kota ini. Lagipula aku lulusan sekolah kejuruan pariwisata, jadi aku bisa mencoba semuanya!" ujar gadis rambut hitam panjang itu bersemangat.

Sam merasa Sarah bukan hanya wanita yang baik hatinya tapi juga cerdas dan pantang menyerah dalam menjalani hidup. Dia suka itu.

"Oh, ya berapa nomor ponselmu?" pinta Sarah sambil merogoh ke dalam tasnya.

"Untuk apa?" tanya Sam polos.

"Tentu saja untuk menghubungimu. Jadi kalau ada lowongan, aku akan memberitahukan padamu nanti!" jelasnya girang.

"Hmmm. Catat saja nomorku. Ponselku rusak, jadi aku belum membelinya," ucapnya berbohong.

Tidak mungkin Sam mengeluarkan ponsel mahal miliknya di depan Sarah. Dia akan membeli ponsel murah nanti. Dia pun menyebutkan nomor ponselnya.

"Baiklah. Aku ingin pulang karena sudah lelah seharian ini. Kamu tinggal dimana?"

Sam tampak berpikir sejenak sebelum menjawab itu.

"Aku ngekos tidak jauh dari sini," jawabnya asal lagi.

Sarah mengangguk percaya saja dan pamit pulang.

Setelah memastikan angkot itu menjauh, Sam mengambil ponsel di saku celananya dan menghidupkannya. Dia akan menghubungi seseorang.

"Halo? Pak Yudi? Aku ingin menitipkan surat lamaran atas nama Sarah Andini untuk bekerja di Hotel Royal Venus. Benar! Oh, ya satu lagi, pecat staf bagian HRD yang bernama Ardy Kresna. Dia sudah membuatku kesal!"

Bab terkait

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 5 : Membuatmu Malu Lagi

    Sam langsung mematikan telponnya. Dia pun kembali ke apartemennya menaiki taksi.Sesampainya di apartemen Sam melihat seseorang yang sudah menunggunya. Dia pun menghampiri orang tersebut."Apakah kau mau mampir?" tanya Sam ramah.Tapi orang itu hanya tersenyum mengejek dan berjalan menghampirinya."Aku akan mengungkap semua rahasiamu malam ini!" ucapnya dengan senyuman miring di sudut bibirnya.Ternyata orang itu adalah Reno. Dia sudah menunggu Sam dari tadi untuk membuktikan apakah benar bahwa dia tinggal di apartemen itu dan mempunyai uang untuk membelinya.Sam pun menghembuskan napasnya dengan kasar lalu dia melipat tangannya di dada dengan menatap tajam kearah Reno."Apa maksudmu datang kemari?" tanya Sam dengan nada dingin.Reno pun mendekatkan wajahnya di depan pemuda itu. Mereka saling menatap dengan sengit."Dinda bilang padaku, dia sangat yakin bahwa kau hanya bekerja sebagai supir karena dia melihatmu bersama seorang wanita datang untuk melamar pekerjaan di restoran milikku.

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 6 : Memberi Pekerjaan Pada Gadisku

    Besok paginya Sam bertemu dengan Pak Yudi, di cafe biasa yang letaknya tak jauh dari hotel Royal Venus."Ini berkas, Tuan muda." Yudi menyerahkan map itu pada Sam"Terimakasih, Pak!" Sam pun mulai membukanya dan memeriksa dengan teliti."Apa yang akan Tuan muda lakukan dengan itu?" tanya Yudi penasaran."Aku ingin Pak Yudi membawa lamaran ini ke hotel Royal Venus!" pinta Sam."Baik, Tuan muda. Oh ya, kenapa tidak langsung memimpin perusahaan, seperti yang Tuan besar mau?" ucap Yudi dengan wajah serius sambil membetulkan letak kacamata di pangkal hidungnya."Tidak, Pak. Belum saatnya karena aku masih ingin menjalani kehidupan seperti yang aku mau," Jelas Sam."Bagaimana kalau Tuan muda bekerja di sana saja, sehingga bisa dengan mudah memahami bisnis milik Tuan besar," Yudi pun memberikan saran."Hmm, menarik. Baiklah kalau begitu, bawakan juga berkas milikku ini!" Sam memberikan map berisi surat lamaran kerja beserta data miliknya."Baiklah, Tuan. Sebenarnya Tuan besar juga berpesan,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-28
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 7 : Bertemu Teman dan Musuh Baru

    Sarah terkejut melihat orang itu di depan pintu kosnya, padahal hari sudah larut malam."Selamat malam, Bu!" sapanya dengan ramah."Malam! Mana uangnya? Ini hari terakhir saya kasi kami waktu!" ucap wanita paruh baya itu cepat.Bu Wati pemilik tempat kost Sarah datang untuk menagih uang sewa karena sudah 2 bulan Sarah menunggak."Maaf, Bu. Saya minta tambahan waktu. Besok saya mulai bekerja, nanti kalau sudah dapat gaji saya akan bayar semuanya!" pinta Sarah engan wajah sendunya."Halah! Jangan banyak alasan! Bayar sekarang atau kamu pergi!" hardiknya kasar."Ada apa ini?!" "Sam? Kenapa kamu kembali?" tanya Sarah heran."Aku ingin mengembalikan ponselmu yang terjatuh saat di taksi tadi," jelas Sam sambil menyodorkan ponsel Sarah."Terimakasih! Maaf merepotkan kamu terus!" ujar Sarah tidak enak karena saat ini Bu Wati masih ada di sana."Sini ponselmu! Anggap sebagai jaminan!"Wanita itu merebut ponsel itu dari tangan Sarah."Jangan, Bu! Kembalikan, saya butuh ponsel saya!" ucap Sarah

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-29
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 8 : Nih, Aku Yang Bayar!

    Mereka berhenti tepat di depan Cafe La Vista. Tempat yang sangat mahal bagi karyawan biasa seperti mereka.Wira yang gugup berusaha tetap tenang di depan semua orang."Kenapa kita kemari? Kenapa tidak ke belakang hotel?" tanya Wira dengan tidak sabar."Tadinya Arya ingin mengajakku ke sini, jadi sekalian saja kita semua kemari. Iya kan?" Sam menyenggol lengan Arya."Iya, iya benar, Ra! Kapan lagi kita makan di sini, kamu 'kan banyak uang!" sahut Arya mendukung ide Sam."O-ok! Ayo masuk!" tutur Wira tetap dengan gaya angkuhnya.Mereka pun masuk ke dalam dengan bersemangat dan menyanjung Wira yang baik hati kali ini. Wira hanya bisa tersenyum dalam keadaan terdesak karena saat ini jantungnya berdegup kencang mengingat harga makanan di sini tidak bersahabat dengannya.'Gara-gara Sam! Aku terpaksa ikut kemari! Aku akan meminta bantuan pada kakakku kalau uangnya tidak cukup!' batin Wira.Sam dan yang lainnya pun duduk di meja yang cukup besar, cukup untuk mereka berlima. Lalu pramusaji pun

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-30
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 9 : Menolak Mobil Mewah?

    "Kembalikan! Itu milikku!" hardik Sam kesal."Aku tidak yakin ini kartu milikmu?" ucap Dinda sambil memperhatikan kartu itu dengan membolak baliknya.Sam hanya menghembuskan napasnya dengan kasar. Rasanya kepalanya sudah cukup pusing berurusan dengan Wira. Sekarang malah bertambah satu lagi."Ucapanku benar! Kau pasti sudah mencuri dompet seseorang tapi kenapa Reno tidak percaya sih!" keluhnya."Aku mencuri? Ayo kita buktikan saja!" seringai Sam.Sam pun merebut kartu miliknya dari tangan mak lampir itu dan memberikan pada kasir."Tunggu! Sebaiknya diperiksa dulu kartu itu milik siapa! Asli atau tidak?!" titah Dinda dengan mata melotot pada kasir."Baik, Mbak. Tunggu sebentar!"Kasir itu pun mulai melakukan transaksi dan saat Sam memasukkan nomor pin, ternyata transaksi berhasil."Kenapa lama sekali? Apa terjadi sesuatu?" tanya Arya yang tiba-tiba muncul.Mereka semua penasaran kenapa Wira lama sekali membayarnya, bahkan Sam juga di sini. Jadi Arya datang menyusul untuk melihat apa ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-31
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 10 : Rencana Pria Licik!

    Setelah parkir tidak jauh dari mobil Sam, orang itu mengikuti sampai pintu masuk apartemen.Orang itu adalah Dinda. Dinda yang melihat Sam sudah masuk ke dalam, mengikutinya setelah itu bersembunyi di balik pilar besar di dekat dinding. Setelah memastikan situasinya aman, dia pun dengan cepat berjalan karena Sam sudah masuk ke dalam lift.Setelah sampai ternyata dia tidak melihat Sam lagi saat keluar dari lift. Dia ingin memastikan sendiri bahwa Sam memang tinggal di sana. Gadis berambut pirang itu kembali masuk ke dalam lift untuk turun.Setelah sampai di parkiran, dia pun langsung masuk ke dalam mobil sambil membanting pintunya dengan kasar."Tidak mungkin! Darimana dia punya uang sebanyak itu? Bukankah selama ini untuk makan saja dia susah?!" gerutunya kesal.Dinda pun memutuskan untuk pulang karena Reno sudah terlalu lama menunggunya.Mobil ini adalah milik Reno, tadi sore Dinda merengek untuk memakainya dengan alasan untuk mencari tau tentang Sam."Kenapa baru sekarang dia jadi k

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-01
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 11 : Menjebloskan Reno Ke Penjara

    Setelah sampai di bengkel. Sam menyerahkan motornya untuk diperiksa."Ini ada paku payung yang menancap, Mas!" jelas pria yang memeriksa ban motor Sam."Benarkah? Jadi bukan paku yang berkarat?" tanya Sam heran."Bukan, Mas. Ini masih baru dan bagus!" sambungnya lagi."Hmmm. Ok, saya paham!" ujar Sam dengan sedikit tersenyum.'Aneh? Kenapa bisa 'ya?' batin Sam bingung.Dia pun mengeluarkan ponselnya di dalam saku celana kainnya."Pak, aku ingin rekaman CCTV di parkiran hotel Royal Venus sekarang juga! Lalu bawa ke apartemenku!" titahnya.["Baik, Tuan Muda!"]Klik!Sam mematikan ponselnya dengan perasaan yang campur aduk."Kita lihat saja siapa pelakunya!" ucapnya sambil mengatupkan rahang.Setelah motor selesai diperbaiki, Sam segera bergegas pulang untuk menunggu Pak Yudi.Sementara itu...Plaakkkk!!!Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan salah satu preman itu."Dasar tidak becus! Tidak berguna! Percuma aku bayar mahal kalian!" makinya pada mereka semua."Kami tidak mungkin menghaja

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-03
  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 12 : Meminta Bantuan Papa

    Sam baru saja selesai menerima panggilan telepon dari Pak Yudi. Dia tersenyum senang karena akhirnya ia berhasil membuat Reno membayar apa yang sudah dia lakukan.Sam pun segera bersiap untuk datang ke kantor polisi guna memberikan keterangan.Setelah sampai di kantor polisi...Sam melihat Dinda yang sedang menunggu di luar ruangan interogasi."Sam? Untuk apa kamu ke sini?" tanya Dinda dengan raut wajah kesal."Tentu saja aku ingin memberikan keterangan pada polisi! Bukan untuk bertemu denganmu!" jawab Sam dingin."Tidak perlu! Cepat kamu pergi dari sini!" usirnya dengan menunjuk ke arah pintu."Kamu tidak berhak untuk mengusirku! Aku adalah korban di sini dan pacarmu itu akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya!" ucap Sam dengan mendengus kasar."Apa?! Dasar ka-"Belum selesai Dinda menyelesaikan ucapannya, Sam sudah terlebih dahulu meninggalkan gadis itu. Dia tidak ingin berlama-lama lagi b

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-04

Bab terbaru

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 165 : Bisa kah Kita Berbaikan Lagi?

    Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 164 : Ajak Kerja Sama Lagi

    Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 163 : Cerminan Suamimu!

    Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 162 : Memangnya Kamu Punya Uang?

    Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 161 : Kerja Sama Balas Dendam

    Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 160 : Teman Baru Kita!

    "A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 159 : Pria Itu Bebas?!

    Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 158 : Rela Mengesampingkan Ego

    Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba

  • Tuan Pewaris, Mohon Pimpin Kami Lagi!   Bab 157 : Aku Tidak Terlibat!

    Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak

DMCA.com Protection Status