"Saya tidak mau ditipu oleh pria kaya seperti Anda!" ucap Sarah sambil memeluk tasnya sebagai upaya melindungi diri.
Sam tidak menyangka kalau respon Sarah berlebihan seperti ini. Dia pikir gadis itu bersikap seperti biasa dan akan bertanya padanya tentang kejadian yang sebenarnya.“Sarah, tolong dengarkan dulu penjelasanku! Aku punya alasan dibalik ini semua,” pinta Sam memohon.“Untuk apa, Sam? Kamu berpura-pura jadi orang miskin dan saat bertemu denganku, aku yakin kamu memanfaatkan kepolosanku! Aku merasa tertipu,” ucap Sarah sedikit lebih tenang kali ini.“Tidak, Sarah. Aku buka pria seperti itu, sungguh pertemuan kita tidak pernah aku duga, saat itu semua serba kebetulan. Aku memang memutuskan hidup menjadi orang biasa sejak empat tahun lalu tapi saat ini perusahaan sedang membutuhkanku jadi aku terpaksa membuka identitasku saat mengetahui Pak Sandy menyalahgunakan jabatannya.”Sam menjelaskan yang sebenarnya pada Sarah meskipun tidAdam dan Sam yang sudah lebih dahulu menyambut Hendra dan Angelina, membiarkan mamanya mengobrol dengan mereka.Om dan tantenya memang jarang sekali ke rumah ini, mereka juga sulit untuk mengatur waktu bertemu. Hanya mama dan tantenya yang sering belanja atau ikut kegiatan sosialita yang disukai tantenya.Sementara suaminya yaitu Hendra pria berumur tiga puluh sembilan tahun itu seorang pengusaha pabrik semen yang sukses.Oleh karena itu bisnis Adam dan Hendra saling berhubungan tapi hanya Angelina yang bekerjasama dengan perusahaan Galaxi karena dia memiliki saham tiga puluh lima persen dan Adam tidak ingin terlibat terlalu jauh dengan iparnya karena ucapan Hendra saat itu yang membuat Samuel pergi dari rumah.Tapi biarlah untuk sementara ini Adam ingin keluarganya terlihat rukun dan damai.Dia sudah melakukan segala cara agar bisa mengawasi pergerakan Hendra dan untuk saat ini semuanya terlihat normal dan baik-baik saja. Adam tahu adiknya sangat mencintai suaminya maka dari itu dia
Sam mengantar keluarga tantenya sampai di halaman rumah.Setelah berbincang santai mereka pamit karena hari sudah malam dan besok Alice harus bangun pagi untuk sekolah."Bye, Cantik! Terima kasih ya Om dan juga Tante, sudah menyempatkan waktu untuk datang," ucap Sam tersenyum."Tidak usah sungkan. Nanti kita juga akan sering ketemu," jawab Angelina kalem."Om harap kita bisa bekerjasama nantinya," ucap Hendra tersenyum penuh arti."Iya, Om. Nanti Sam akan diskusikan hal ini dengan Papa," "Mas, nanti sering ke rumah ya. Aku mau ditemenin main," ucap Alice riang."Baiklah. Selamat jalan!"Sopir keluarga mereka pun segera melajukan mobil dengan pelan dan setelah keluar dari pagar barulah Sam masuk ke dalam rumah."Kerjasama apanya? Dasar ular beracun!" gumam Sam kesal.Sam pun menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.Setelah membersihkan diri, Sam ingin menelpon Sarah, tapi k
"Sarah, duduklah! Tunggu di sini sebentar. Aku akan melihat siapa yang datang," Gadis itu tersenyum sambil mengangguk.Dengan perasaan kesal Sam berjalan, meskipun begitu dia tetap harus membuka pintu kamarnya."Siapa sih ya-""Halo, Sam! Apa kabar?" ucap seseorang yang sangat dikenalnya. Dinda memakai dress berwarna merah yang seksi tak lupa dipoles dandanan bold dengan lipstik merah menyala. Kalau pria normal pasti tidak akan menolaknya tapi itu tidak berlaku bagi Sam."Untuk apa kamu datang kemari? Aku kan sudah bilang untuk tidak muncul dihidupku lagi!" bentak Sam.Dia merasa marah karena sudah diganggu tapi dia tidak mungkin berlaku kasar pada wanita. Cukup bentakan saja."Aku kemari mau meminta maaf dengan tulus. Aku benar-benar ingin memperbaiki semuanya," jelasnya dengan wajah sedih yang dibuat-buat.Dinda pun dengan cepat melangkah masuk, sedikit mendorong tubuh Sam."Hei! Janga
"Bagaimana bisa kamu masuk kemari?" tanya wanita cantik yang berusia sekitar tiga puluhan.Dia adalah Siska, sekretaris papanya di kantor. Wanita itu memindai Sam dengan tatapan curiga.Sam kepergok seperti maling saat ini. Dia harus menjelaskan sebelum wanita itu salah paham."Maaf, Mbak. Saya hanya melihat-lihat sekitar ruangan ini sambil me-""Diam di sana!" ucapnya galak.Belum selesai Sam berbicara tapi Siska sudah menelpon security untuk mengusirnya."Halo, Pak! Ada orang asing mencurigakan di ruangan Pak Adam. Iya! Cepat kemari!" pintanya lalu menutup telepon buru-buru.Siska yang baru saja turun ke pantry mengambil kopi untuk atasannya, merasa kecolongan.Dia tidak menduga kalau ada orang yang berani masuk kemari. Wanita yang memakai kacamata putih itu yakin kalau atasannya sudah ada di ruangan."Jangan coba-coba kabur ya! Tunggu di situ!" titahnya pada Sam."Tapi, Mbak. Saya ini tamunya Pak
Di kamar Sam…Setelah pulang dari apartemen, Sam lupa memberitahu Sarah kalau motornya ada di parkiran apartemen. Sam tidak perlu motor itu lagi, jadi dia akan memberikannya pada gadis itu.Setelah mandi dan memakai baju tidur, dia mengambil ponselnya di atas nakas.Dengan cepat jarinya mengetikkan pesan.[Aku lupa memberitahu soal motorku. Kuncinya ada di dalam laci meja kamarmu. Pakailah itu untuk pergi bekerja jadi tidak perlu repot lagi naik angkot.]Tak lama pesan Sam dibalas oleh Sarah.[Terima kasih, Sam. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana berterimakasih padamu.]Sam tersenyum membaca pesan itu. Gadis itu tidak berubah. Tetap rendah hati dan tidak enakan seperti dulu. Sama.Saat Sam sedang susah Sarah tidak pernah banyak menuntut padanya.Sam berharap gadis itu tidak berubah.[Cukup setia padaku. Itu saja. Sudah malam, istirahatlah. Nite Sayangku!]Sarah yang membaca pesan Sam jadi tersipu malu meskipun pemuda itu tidak dapat melihat rona merah pada wajahnya.Apalagi kejadia
Hendra yang baru saja pulang dari kantor, langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri.Saat masuk, dia melihat istrinya sedang menatap layar monitor laptopnya dengan serius."Ma, Alice sudah pulang?" tanya Hendra sambil melepas jam tangannya."Sudah, dia sedang di kamarnya," jawabnya menoleh dengan tersenyum.Hendra mengangguk membalas senyum istrinya."Oh ya, hari ini Samuel ikut rapat pertamanya untuk proyek yang baru," ucap Angelina bersemangat."A-apa? Apa semua direksi sudah tahu tentang Sam?" tanya Hendra penasaran.'Cepat sekali mereka bergerak!'"Sepertinya belum. Mas Adam masih merahasiakan identitasnya. Buktinya Sam hanya diperkenalkan sebagai karyawan baru," jawabnya kalem.'Kenapa begitu? Apalagi yang mereka tunggu?' batin Hendra bertanya-tanya."Lagipula untuk apa dia ikut rapat kalau hanya sebagai karyawan baru!" ujarnya ketus."Mas, kenapa bicara begitu? Bukankah ki
Hari ini seperti biasa Sam akan berkunjung ke apartemen untuk bertemu Sarah. Dia ingin mengajaknya makan malam bersama layaknya sepasang kekasih pada umumnya.Setelah pulang dari kantor, dia segera bergegas mandi dan berganti pakaian.Saat menuruni tangga mamanya melihat Sam melangkah dengan terburu-buru."Mau kemana, Sayang?" tanya Susan mengejutkan putranya."Oh, Mama. Ini … apa itu, emmm Sam mau pergi sebentar ke rumah teman. Mau kumpul bareng!" jawab Sam berbohong.Entah kenapa dia masih ragu untuk memberitahu mamanya soal hubungannya dengan Sarah.Sam akan mengenalkan gadis itu pada orang tuanya dengan pelan-pelan nanti."Oh, gitu. Oke, hati-hati di jalan ya, Sam!" "Iya, Ma. Sam pergi dulu!"Dia pun pamit dengan mencium pipi kiri mamanya.Susan merasa ada yang disembunyikan oleh anaknya.Dia pun bergegas ke kamarnya untuk mengambil sesuatu.Apartemen Sam…Mobil Sam masuk ke dalam parkiran apartemen.Mereka berdua keluar dan segera menuju ke dalam lift.Setelah selesai mengantar
Sam sedang fokus membaca file berisi proyek baru yang akan mereka bangun nanti.Perhatiannya teralihkan oleh pintu yang tiba-tiba terbuka."Pak Yudi?" tanyanya dengan kening berkerut heran."Apa Tuan sedang sibuk?" tanya Yudi basa basi lalu duduk di kursi depan meja Sam."Oh, tidak. Ada apa, Pak? Apa Papa ada perlu denganku?" tebak Sam."Tidak, Tuan Muda. Aku baru saja melihat Hendra keluar dari perusahaan. Apa yang tadi kalian bicarakan?" ucap Yudi telak.'Sudah kuduga! Pasti soal itu!' batin Sam."Dia hanya mengucapkan selamat, Pak. Itu saja," jelasnya dengan senyuman.Pak Yudi hanya manggut-manggut sambil membetulkan letak kacamatanya."Tuan tidak perlu memikirkan apa yang beliau katakan. Fokus saja dengan pekerjaan. Dia memang suka ikut campur urusan orang lain," ujar Yudi penuh arti.Sam paham maksud dari Pak Yudi mengatakan itu.Memang
Kedua mata wanita blasteran itu membulat sempurna.Tentu dia bisa menebak siapa yang ingin bicara dengannya. Dia pun berusaha untuk duduk supaya tetap tenang dan tetap bertanya dulu guna memastikan.“Si-siapa, Pak?” ucapnya gugup.Lalu tanpa menjawab petugas itu langsung memberikan gagang telepon pada orang di sampingnya.[“H-ha … halo, Angel. A-apa kabar?” ucapnya dengan terbata.]Tentu saja Angelina tahu dan mengenal dengan baik siapa orang yang sedang bicara dengan saat ini.‘Mas Hendra!’ batinnya terkejut.“Untuk apa lagi kau menelponku? Berani sekali kau melakukan ini!” ketusnya langsung.Tangannya sampai mengepal dengan erat untuk meredam emosi yang mulai bergejolak di dadanya.Hendra pun menelan ludahnya dengan kasar dia tahu tidak mungkin Angelina mau bicara dengannya atau lebih tepatnya orang yang sebentar lagi jadi mantan istrinya itu.Namun dia tidak punya pilihan lain.[“Angel, to-tolong dengarkan aku sebentar saja! Aku ingin bicara hal serius denganmu,” mintanya dengan s
Damar pun kembali ke perusahaannya setelah mengintai perusahaan Sam dari jauh.Dia pun mulai berpikir keras sekarang karena harus bisa membuat rencana selanjutnya. Apalagi Rio dan juga Johan sudah menyerahkan hal ini padanya.Tentu saja rasa gengsinya yang tinggi tidak akan terima kalau sampai ia gagal melakukannya."Perusahaan mereka cukup besar. Aku yakin butuh sesuatu yang berbeda untuk menumbangkan mereka. Ini tidak mudah," gumamnya seorang diri.Damar pun mengelus dagu dengan tangan kanannya.Lalu ia pun mengambil ponselnya dan menelpon temannya. "Halo, Johan! Aku sedang memikirkan kalian berdua dan juga rencana waktu itu. Menurutmu apa yang harus kita lakukan pada pemuda itu?"["Kenapa? Apa sekarang kau ragu?" tanya Johan memastikan.]Pria itu tersenyum sinis."Tentu saja tidak!" jawab Damar cepat. "Aku memang baru saja kembali ke perusahaanku setelah lewat di depan perusahaan mereka. Mereka sama sekali tidak bisa membuatku gentar. Ingat, kalian masih ada janji padaku!" ucapnya
Sarah sampai tergagap mendengar ucapan dari wanita yang terlihat masih muda itu. “Maaf, Mbak. Saya ini serius! Saya memang datang untuk membeli toko itu. Saya akan membuka toko kue,” jelas Sarah berusaha untuk meyakinkan. Tapi wanita itu malah mengangkat bibir atasnya dan memandang Sarah dengan remeh karena saat ini istri dari Samuel itu hanya memakai kaos blus yang dipadukan dengan celana jeans dan memakai sepatu Slip On biasa.Itu semua adalah baju yang biasa Sarah pakai bahkan sebelum menikah dengan Sam. Itu sebabnya dia terlihat sangat sederhana, bahkan mungkin tidak akan ada yang percaya kalau dia akan membeli salah satu ruko yang ada di kawasan elit itu. Sarah pun mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkannya di depan karyawan itu.“Ini, Mbak! Saya bisa bayar sekarang. Mana dokumen dan kuncinya? Mama mertua saya bilang saya tinggal mengambil kuncinya saja di sini!” ucapnya mulai terlihat kesal. Gadis itu pun mengambil kartu itu lalu membolak-baliknya.“Kartu apaan nih? Kart
Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la
Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam
"A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma
Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men
Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba
Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak