"Sarah, duduklah! Tunggu di sini sebentar. Aku akan melihat siapa yang datang,"
Gadis itu tersenyum sambil mengangguk.Dengan perasaan kesal Sam berjalan, meskipun begitu dia tetap harus membuka pintu kamarnya."Siapa sih ya-""Halo, Sam! Apa kabar?" ucap seseorang yang sangat dikenalnya.Dinda memakai dress berwarna merah yang seksi tak lupa dipoles dandanan bold dengan lipstik merah menyala. Kalau pria normal pasti tidak akan menolaknya tapi itu tidak berlaku bagi Sam."Untuk apa kamu datang kemari? Aku kan sudah bilang untuk tidak muncul dihidupku lagi!" bentak Sam.Dia merasa marah karena sudah diganggu tapi dia tidak mungkin berlaku kasar pada wanita. Cukup bentakan saja."Aku kemari mau meminta maaf dengan tulus. Aku benar-benar ingin memperbaiki semuanya," jelasnya dengan wajah sedih yang dibuat-buat.Dinda pun dengan cepat melangkah masuk, sedikit mendorong tubuh Sam."Hei! Janga"Bagaimana bisa kamu masuk kemari?" tanya wanita cantik yang berusia sekitar tiga puluhan.Dia adalah Siska, sekretaris papanya di kantor. Wanita itu memindai Sam dengan tatapan curiga.Sam kepergok seperti maling saat ini. Dia harus menjelaskan sebelum wanita itu salah paham."Maaf, Mbak. Saya hanya melihat-lihat sekitar ruangan ini sambil me-""Diam di sana!" ucapnya galak.Belum selesai Sam berbicara tapi Siska sudah menelpon security untuk mengusirnya."Halo, Pak! Ada orang asing mencurigakan di ruangan Pak Adam. Iya! Cepat kemari!" pintanya lalu menutup telepon buru-buru.Siska yang baru saja turun ke pantry mengambil kopi untuk atasannya, merasa kecolongan.Dia tidak menduga kalau ada orang yang berani masuk kemari. Wanita yang memakai kacamata putih itu yakin kalau atasannya sudah ada di ruangan."Jangan coba-coba kabur ya! Tunggu di situ!" titahnya pada Sam."Tapi, Mbak. Saya ini tamunya Pak
Di kamar Sam…Setelah pulang dari apartemen, Sam lupa memberitahu Sarah kalau motornya ada di parkiran apartemen. Sam tidak perlu motor itu lagi, jadi dia akan memberikannya pada gadis itu.Setelah mandi dan memakai baju tidur, dia mengambil ponselnya di atas nakas.Dengan cepat jarinya mengetikkan pesan.[Aku lupa memberitahu soal motorku. Kuncinya ada di dalam laci meja kamarmu. Pakailah itu untuk pergi bekerja jadi tidak perlu repot lagi naik angkot.]Tak lama pesan Sam dibalas oleh Sarah.[Terima kasih, Sam. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana berterimakasih padamu.]Sam tersenyum membaca pesan itu. Gadis itu tidak berubah. Tetap rendah hati dan tidak enakan seperti dulu. Sama.Saat Sam sedang susah Sarah tidak pernah banyak menuntut padanya.Sam berharap gadis itu tidak berubah.[Cukup setia padaku. Itu saja. Sudah malam, istirahatlah. Nite Sayangku!]Sarah yang membaca pesan Sam jadi tersipu malu meskipun pemuda itu tidak dapat melihat rona merah pada wajahnya.Apalagi kejadia
Hendra yang baru saja pulang dari kantor, langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri.Saat masuk, dia melihat istrinya sedang menatap layar monitor laptopnya dengan serius."Ma, Alice sudah pulang?" tanya Hendra sambil melepas jam tangannya."Sudah, dia sedang di kamarnya," jawabnya menoleh dengan tersenyum.Hendra mengangguk membalas senyum istrinya."Oh ya, hari ini Samuel ikut rapat pertamanya untuk proyek yang baru," ucap Angelina bersemangat."A-apa? Apa semua direksi sudah tahu tentang Sam?" tanya Hendra penasaran.'Cepat sekali mereka bergerak!'"Sepertinya belum. Mas Adam masih merahasiakan identitasnya. Buktinya Sam hanya diperkenalkan sebagai karyawan baru," jawabnya kalem.'Kenapa begitu? Apalagi yang mereka tunggu?' batin Hendra bertanya-tanya."Lagipula untuk apa dia ikut rapat kalau hanya sebagai karyawan baru!" ujarnya ketus."Mas, kenapa bicara begitu? Bukankah ki
Hari ini seperti biasa Sam akan berkunjung ke apartemen untuk bertemu Sarah. Dia ingin mengajaknya makan malam bersama layaknya sepasang kekasih pada umumnya.Setelah pulang dari kantor, dia segera bergegas mandi dan berganti pakaian.Saat menuruni tangga mamanya melihat Sam melangkah dengan terburu-buru."Mau kemana, Sayang?" tanya Susan mengejutkan putranya."Oh, Mama. Ini … apa itu, emmm Sam mau pergi sebentar ke rumah teman. Mau kumpul bareng!" jawab Sam berbohong.Entah kenapa dia masih ragu untuk memberitahu mamanya soal hubungannya dengan Sarah.Sam akan mengenalkan gadis itu pada orang tuanya dengan pelan-pelan nanti."Oh, gitu. Oke, hati-hati di jalan ya, Sam!" "Iya, Ma. Sam pergi dulu!"Dia pun pamit dengan mencium pipi kiri mamanya.Susan merasa ada yang disembunyikan oleh anaknya.Dia pun bergegas ke kamarnya untuk mengambil sesuatu.Apartemen Sam…Mobil Sam masuk ke dalam parkiran apartemen.Mereka berdua keluar dan segera menuju ke dalam lift.Setelah selesai mengantar
Sam sedang fokus membaca file berisi proyek baru yang akan mereka bangun nanti.Perhatiannya teralihkan oleh pintu yang tiba-tiba terbuka."Pak Yudi?" tanyanya dengan kening berkerut heran."Apa Tuan sedang sibuk?" tanya Yudi basa basi lalu duduk di kursi depan meja Sam."Oh, tidak. Ada apa, Pak? Apa Papa ada perlu denganku?" tebak Sam."Tidak, Tuan Muda. Aku baru saja melihat Hendra keluar dari perusahaan. Apa yang tadi kalian bicarakan?" ucap Yudi telak.'Sudah kuduga! Pasti soal itu!' batin Sam."Dia hanya mengucapkan selamat, Pak. Itu saja," jelasnya dengan senyuman.Pak Yudi hanya manggut-manggut sambil membetulkan letak kacamatanya."Tuan tidak perlu memikirkan apa yang beliau katakan. Fokus saja dengan pekerjaan. Dia memang suka ikut campur urusan orang lain," ujar Yudi penuh arti.Sam paham maksud dari Pak Yudi mengatakan itu.Memang
Setelah melakukan berbagai kegiatan sesuai rencana, mereka memutuskan untuk istirahat sejenak karena hari sudah beranjak sore. Pak Agung meminta mereka semua untuk berkumpul untuk membicarakan hasil pekerjaan mereka hari ini."Apa semua sudah selesai?" tanya Pak Bambang memulai pembicaraan."Ini semua data yang kita perlukan, Pak. Lalu berdasarkan data pengukuran, wilayah resort ini cukup luas bahkan kita bisa menambahkan beberapa area tambahan sementara kalau nanti ada ide selanjutnya," ucap Pak Agung sambil menutup file yang dipegangnya."Baik. Apa ada lagi yang ingin ditambahkan?" tanya Pak Bambang menatap mereka semua."Saya rasa untuk hari ini sudah cukup, Pak!" jawab koordinator lapangan."Baiklah, kalau diantara kalian ada ide atau saran silahkan dipersiapkan karena setelah ini saya akan memberikan laporan kepada Pak Yudi dan kita akan melakukan meeting dua hari lagi. Saat meeting nanti diharapkan semua yang ikut survei hari i
Sarah meletakkan cangkir yang berisi teh di atas meja.Gadis itu pun duduk di sofa berseberangan dengan tamunya.Dia bingung harus mulai bicara dari mana untuk melepas kecanggungan. Apalagi setelah mengetahui siapa orang yang ada di hadapannya saat ini.Bahkan belum sempat Sarah bertanya siapa dan apa tujuannya, dia sudah memperkenalkan dirinya, seolah bisa membaca pikiran gadis itu."Siapa namamu?" tanyanya dengan suara lembut membuka obrolan."Nama sa-saya Sarah, Tante!" jawab gadis itu sedikit terbata.Dia sampai menelan ludah dan menggenggam tangan kirinya dengan erat karena gugup.Orang yang sedang menatapnya saat ini adalah Susan. Mamanya Sam.Dia sengaja datang untuk melihat siapa yang putranya temui, setelah melihatnya keluar dari apartemen ini.Sarah selalu menundukkan kepalanya karena merasa takut dan terintimidasi saat Susan melihat
"Putus?!!! Ada apa lagi sih ini?" ucap Sam frustasi.Sam berusaha untuk tetap tenang dan berpikir jernih.Dia merasa ada yang aneh dengan Sarah kali ini karena sebelumnya hubungan mereka baik-baik saja terakhir bertemu."Apa dia hanya bercanda? Atau merajuk karena aku sibuk?" ucap bingung sambil berasumsi sendiri.Dia tetap berusaha untuk berpikir positif.Sam pun mengirim balasan atas pesan Sarah itu.(Aku kamu bercanda, Sayang? Tunggu aku di apartemen nanti sore! Tidak ada penolakan.)Sam mengusap wajahnya dengan kasar dan meletakkan ponselnya di meja dengan lesu.Dia merasa lagi-lagi Sarah bersikap aneh.'Apa ada yang dia sembunyikan dariku?' batin Sam bertanya lagi."Tidak mungkin! Aku harus fokus hari ini. Ayo selesaikan satu persatu Sam!" gumamnya mencoba menyemangati dirinya sendiri.Meskipun hati dan pikirannya tidak di kantor tapi d