Hendra yang baru saja pulang dari kantor, langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Saat masuk, dia melihat istrinya sedang menatap layar monitor laptopnya dengan serius."Ma, Alice sudah pulang?" tanya Hendra sambil melepas jam tangannya."Sudah, dia sedang di kamarnya," jawabnya menoleh dengan tersenyum.Hendra mengangguk membalas senyum istrinya."Oh ya, hari ini Samuel ikut rapat pertamanya untuk proyek yang baru," ucap Angelina bersemangat."A-apa? Apa semua direksi sudah tahu tentang Sam?" tanya Hendra penasaran.'Cepat sekali mereka bergerak!'"Sepertinya belum. Mas Adam masih merahasiakan identitasnya. Buktinya Sam hanya diperkenalkan sebagai karyawan baru," jawabnya kalem.'Kenapa begitu? Apalagi yang mereka tunggu?' batin Hendra bertanya-tanya."Lagipula untuk apa dia ikut rapat kalau hanya sebagai karyawan baru!" ujarnya ketus."Mas, kenapa bicara begitu? Bukankah kiHari ini seperti biasa Sam akan berkunjung ke apartemen untuk bertemu Sarah. Dia ingin mengajaknya makan malam bersama layaknya sepasang kekasih pada umumnya.Setelah pulang dari kantor, dia segera bergegas mandi dan berganti pakaian.Saat menuruni tangga mamanya melihat Sam melangkah dengan terburu-buru."Mau kemana, Sayang?" tanya Susan mengejutkan putranya."Oh, Mama. Ini … apa itu, emmm Sam mau pergi sebentar ke rumah teman. Mau kumpul bareng!" jawab Sam berbohong.Entah kenapa dia masih ragu untuk memberitahu mamanya soal hubungannya dengan Sarah.Sam akan mengenalkan gadis itu pada orang tuanya dengan pelan-pelan nanti."Oh, gitu. Oke, hati-hati di jalan ya, Sam!" "Iya, Ma. Sam pergi dulu!"Dia pun pamit dengan mencium pipi kiri mamanya.Susan merasa ada yang disembunyikan oleh anaknya.Dia pun bergegas ke kamarnya untuk mengambil sesuatu.Apartemen Sam…Mobil Sam masuk ke dalam parkiran apartemen.Mereka berdua keluar dan segera menuju ke dalam lift.Setelah selesai mengantar
Sam sedang fokus membaca file berisi proyek baru yang akan mereka bangun nanti.Perhatiannya teralihkan oleh pintu yang tiba-tiba terbuka."Pak Yudi?" tanyanya dengan kening berkerut heran."Apa Tuan sedang sibuk?" tanya Yudi basa basi lalu duduk di kursi depan meja Sam."Oh, tidak. Ada apa, Pak? Apa Papa ada perlu denganku?" tebak Sam."Tidak, Tuan Muda. Aku baru saja melihat Hendra keluar dari perusahaan. Apa yang tadi kalian bicarakan?" ucap Yudi telak.'Sudah kuduga! Pasti soal itu!' batin Sam."Dia hanya mengucapkan selamat, Pak. Itu saja," jelasnya dengan senyuman.Pak Yudi hanya manggut-manggut sambil membetulkan letak kacamatanya."Tuan tidak perlu memikirkan apa yang beliau katakan. Fokus saja dengan pekerjaan. Dia memang suka ikut campur urusan orang lain," ujar Yudi penuh arti.Sam paham maksud dari Pak Yudi mengatakan itu.Memang
Setelah melakukan berbagai kegiatan sesuai rencana, mereka memutuskan untuk istirahat sejenak karena hari sudah beranjak sore. Pak Agung meminta mereka semua untuk berkumpul untuk membicarakan hasil pekerjaan mereka hari ini."Apa semua sudah selesai?" tanya Pak Bambang memulai pembicaraan."Ini semua data yang kita perlukan, Pak. Lalu berdasarkan data pengukuran, wilayah resort ini cukup luas bahkan kita bisa menambahkan beberapa area tambahan sementara kalau nanti ada ide selanjutnya," ucap Pak Agung sambil menutup file yang dipegangnya."Baik. Apa ada lagi yang ingin ditambahkan?" tanya Pak Bambang menatap mereka semua."Saya rasa untuk hari ini sudah cukup, Pak!" jawab koordinator lapangan."Baiklah, kalau diantara kalian ada ide atau saran silahkan dipersiapkan karena setelah ini saya akan memberikan laporan kepada Pak Yudi dan kita akan melakukan meeting dua hari lagi. Saat meeting nanti diharapkan semua yang ikut survei hari i
Sarah meletakkan cangkir yang berisi teh di atas meja.Gadis itu pun duduk di sofa berseberangan dengan tamunya.Dia bingung harus mulai bicara dari mana untuk melepas kecanggungan. Apalagi setelah mengetahui siapa orang yang ada di hadapannya saat ini.Bahkan belum sempat Sarah bertanya siapa dan apa tujuannya, dia sudah memperkenalkan dirinya, seolah bisa membaca pikiran gadis itu."Siapa namamu?" tanyanya dengan suara lembut membuka obrolan."Nama sa-saya Sarah, Tante!" jawab gadis itu sedikit terbata.Dia sampai menelan ludah dan menggenggam tangan kirinya dengan erat karena gugup.Orang yang sedang menatapnya saat ini adalah Susan. Mamanya Sam.Dia sengaja datang untuk melihat siapa yang putranya temui, setelah melihatnya keluar dari apartemen ini.Sarah selalu menundukkan kepalanya karena merasa takut dan terintimidasi saat Susan melihat
"Putus?!!! Ada apa lagi sih ini?" ucap Sam frustasi.Sam berusaha untuk tetap tenang dan berpikir jernih.Dia merasa ada yang aneh dengan Sarah kali ini karena sebelumnya hubungan mereka baik-baik saja terakhir bertemu."Apa dia hanya bercanda? Atau merajuk karena aku sibuk?" ucap bingung sambil berasumsi sendiri.Dia tetap berusaha untuk berpikir positif.Sam pun mengirim balasan atas pesan Sarah itu.(Aku kamu bercanda, Sayang? Tunggu aku di apartemen nanti sore! Tidak ada penolakan.)Sam mengusap wajahnya dengan kasar dan meletakkan ponselnya di meja dengan lesu.Dia merasa lagi-lagi Sarah bersikap aneh.'Apa ada yang dia sembunyikan dariku?' batin Sam bertanya lagi."Tidak mungkin! Aku harus fokus hari ini. Ayo selesaikan satu persatu Sam!" gumamnya mencoba menyemangati dirinya sendiri.Meskipun hati dan pikirannya tidak di kantor tapi d
Sam menatap wajah Sarah dengan lekat."Masuklah dulu, Sam!" ucap gadis itu cuek.Setelah itu Sarah langsung berjalan menuju ruang tamu."Silahkan duduk!"Sam mengikuti pacarnya itu dengan langkah lesu.Sarah kemudian duduk di sofa dengan tenang sementara Sam terlihat gelisah.Dia sengaja tidak duduk di samping Sarah tapi memilih untuk berseberangan dengannya agar bisa melihat dengan jelas ekspresi dari wanita yang ia sayangi itu."Apa maksud dari SMS itu Sarah? Aku harap kali ini bukan bercanda 'ya?!" ucap Sam memulai pembicaraan."Maaf, Sam. Sepertinya keputusanku sudah bulat, dari awal kita memang tidak pernah cocok dan aku juga tidak ingin merepotkan kamu terus," ungkap Sarah.Sam mengusap wajahnya kasar dan dia pun menopang dagunya menggunakan kedua tangannya dan bertumpu pada lututnya."Sayang, sudah berapa kali aku katakan! Jangan pernah terpengaruh oleh ucapan orang lain. Selalu percaya dan y
Sam memegangi pipi kirinya yang memerah.Dia mencoba untuk tetap tenang."Ma, aku-""Diam!" ucap Susan geram.Susan yang tidak sadar sudah menampar anaknya, jadi merasa bersalah.Dia jarang sekali marah apalagi memukul anak semata wayangnya.Tadi dia benar-benar tersulut emosi karena Sam tidak mau mendengarkan nasehatnya kali ini."Maafkan mama, Nak. Mama tidak bermaksud kasar. Tadi mama emosi," ungkap Susan menyesali perbuatannya.Sam hanya tertunduk diam."Tidak apa, Ma. Sam yang seharusnya minta maaf. Beri Sam waktu untuk membuktikan pada mama kalau Sarah bukan wanita seperti yang mama pikirkan," Sam berusaha meminta waktu."Sam, tolong jangan sebut wanita itu lagi. Sekarang pergilah ke kamarmu dan istirahat. Besok kamu harus ke kantor!" jawab Susan cuek."Tapi, Ma. Sam ma-""Ada apa ini?" Adam berjalan masuk dan melangkah mendekati mereka. Dia mencari istrinya da
Raut wajah Sam berubah seketika saat melihat wanita itu lagi.'Kenapa dia suka sekali membuatku kesal!' batinnya menggerutu."Ayo, makan siang bareng, Mas. Pasti lapar kan habis meeting penting," ucapnya dengan tangan yang terlipat di depan dada."Mbak duluan saja makan siangnya. Saya masih ada kerjaan!" jawab Sam malas.Dia pun buru-buru menutup pintu tapi wanita itu dengan cepat mencegahnya dan masuk begitu saja ke dalam ruangan Sam.Wanita itu langsung mendorong tubuh Sam ke dinding.Sonia menatap wajah Sam dengan lekat."Hei, apa yang kamu lakukan?" tanya Sam cukup kaget."Aku punya satu permintaan kecil loh, Mas. Kamu pasti akan memenuhi itu," ucapnya penuh arti."Apa yang Mbak maksud? Awas!" ucap Sam sambil menyenggol bahu Sonia dan kembali duduk di kursinya.Sonia malah tersenyum puas melihat Sam yang kesal padanya.Dia pun berjalan santai dengan berlenggak lenggok kemudian duduk di kursi