Berawal dari tekad Tarisha Ertianada setelah lulus SMA merantau ke Jakarta untuk mengubah hidupnya. Sampai memutuskan untuk daftar kuliah tanpa sepengetahuan orang tuanya di desa. Karena semasa sekolah ia merasa menjadi beban, jadi inilah saatnya untuk memberikan jatah bulanan kepada keluarganya. Mulai dari membiayai sekolah kedua adiknya hingga menuruti semua permintaan dua adiknya asalkan mampu ia beli. Sampai pada akhirnya, ia mendapat panggilan untuk melakukan daftar ulang di kampus impiannya. Dan hari pertama masuk, disitulah ia bertemu dengan dua sosok laki-laki tampan dari dua kubu yang saling berlawanan yaitu Im Rey Prince dan Denuka Zeonnal Pradikhta. Dua sosok laki-laki tampan yang selalu bersaing untuk mendapatkan posisi pertama di kampus. Pertemuan mereka membuat pusing kehidupan Tarisha. Karena nyaris setiap hari menjadi omongan satu kampus, gara-gara kedekatan tanpa sengajanya dengan dua idola cewek-cewek itu. Antara laki-laki blesteran Korea-Indonesia dan anak tunggal pengusaha batik terbesar di Indonesia, siapakah yang akan menjadi pilihan Tarisha?
View MoreSeperti sebuah kejutan bagi Tarisha setelah Suci mempertanyakan hal konyol waktu kemarin. Menjadi rebutan dua laki-laki tampan, kuncinya hanya perlu satu, mengaca. Terlepas apapun masalah yang terjadi kemarin, tidak akan membuat prinsipnya goyah. Memorinya masih ingat betul, bagaimana ia banyak dihina karena terlahir dari keluarga saja yang biasa saja. Bukan tidak mungkin. Hidup di Indonesia minimal harus good looking atau kaya kalau mau dihargai. Kediri, salah satu kota di tanah Jawa yang menjadi tanah kelahirannya. Sekaligus menjadi kota di mana ia dipertemukan dengan sosok sahabat seperti Suci yang tidak akan pernah lelah mengingatkannya untuk istirahat. Jangankan memiliki waktu pacaran seperti remaja-remaja pada umumnya, untuk keluar bersama teman saja ia perlu berpikir karena tidak ada uang. Memiliki dua adik yang masih bersekolah akhirnya bisa membuatnya sadar, kalau ia pergi ke Jakarta bukan untuk menc
"Saya nggak tau kenapa satu kampus bisa seheboh itu."Tarisha dan dua laki-laki idola sekolah itu dipanggil ke ruang Dekan untuk memberikan keterangan terkait keributan hari ini. Bahkan tanpa harus mengatakan pun, setiap mahasiswa di sana akan heran bagaimana keributan sepele ini bisa terjadi hanya karena satu mahasiswi baru."Saya maklumi, karena kamu memang mahasiswi baru. Tapi—""—Saya aja bingung Pak, kenapa mereka berantem padahal cuma perkara minuman doang."Dekan mengangguk sambil memainkan kedua tangannya di depan mulut dan hidungnya. Matanya terus mengintai detail dari ketiga mahasiswa dari kampusnya itu."Dan karena kamu memang mahasiswi baru, jadi sudah sangat maklum kalau kamu mungkin belum tau bagaimana perselisihan antara dua laki-laki di antara kamu ini, Tarisha."Tarisha sangat tidak bisa memahami kalimat dari Dekan yang terkesan m
"Beruntung banget gue, hari ini dapet shif malam." Tarisha mengecek barang-barangnya sambil menuruni motor yang dikendarai Suci. Pandangannya langsung mengarah pada bangunan gedung kampus yang sangat mewah baginya. "Baik-baik lo belajarnya, inget meskipun biayanya lo nggak minta orang tua lo, seenggaknya lo bisa sadar posisi. Kita cuma kaum rendahan." Begitu wejangan Suci ketika Tarisha mulai membuka map coklat persyaratan daftar ulangnya. Tidak ada respon sama sekali. "Nah kan, budek lu!" kesal Suci. "Heran gue, dandanan lo udah kayak anak Jakarta gaul gini, tapi pendengaran nggak juga lebih sehat dikit." Baru saja Tarisha menyelesaikan aktivitas, begitu saja tanpa peduli apapun perkataan Suci yang sebenarnya bisa ia dengar dengan jelas. Ia mengecek jam di handphone, sekadar basa-basi untuk menghindari wejangan yang menurutnya tidak penting dari sahabat karibnya. Taris
"Beruntung banget gue, hari ini dapet shif malam." Tarisha mengecek barang-barangnya sambil menuruni motor yang dikendarai Suci. Pandangannya langsung mengarah pada bangunan gedung kampus yang sangat mewah baginya. "Baik-baik lo belajarnya, inget meskipun biayanya lo nggak minta orang tua lo, seenggaknya lo bisa sadar posisi. Kita cuma kaum rendahan." Begitu wejangan Suci ketika Tarisha mulai membuka map coklat persyaratan daftar ulangnya. Tidak ada respon sama sekali. "Nah kan, budek lu!" kesal Suci. "Heran gue, dandanan lo udah kayak anak Jakarta gaul gini, tapi pendengaran nggak juga lebih sehat dikit." Baru saja Tarisha menyelesaikan aktivitas, begitu saja tanpa peduli apapun perkataan Suci yang sebenarnya bisa ia dengar dengan jelas. Ia mengecek jam di handphone, sekadar basa-basi untuk menghindari wejangan yang menurutnya tidak penting dari sahabat karibnya. Taris...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments