Chapter: Bencana dari SuciSeperti sebuah kejutan bagi Tarisha setelah Suci mempertanyakan hal konyol waktu kemarin. Menjadi rebutan dua laki-laki tampan, kuncinya hanya perlu satu, mengaca. Terlepas apapun masalah yang terjadi kemarin, tidak akan membuat prinsipnya goyah. Memorinya masih ingat betul, bagaimana ia banyak dihina karena terlahir dari keluarga saja yang biasa saja. Bukan tidak mungkin. Hidup di Indonesia minimal harus good looking atau kaya kalau mau dihargai. Kediri, salah satu kota di tanah Jawa yang menjadi tanah kelahirannya. Sekaligus menjadi kota di mana ia dipertemukan dengan sosok sahabat seperti Suci yang tidak akan pernah lelah mengingatkannya untuk istirahat. Jangankan memiliki waktu pacaran seperti remaja-remaja pada umumnya, untuk keluar bersama teman saja ia perlu berpikir karena tidak ada uang. Memiliki dua adik yang masih bersekolah akhirnya bisa membuatnya sadar, kalau ia pergi ke Jakarta bukan untuk menc
Terakhir Diperbarui: 2021-06-24
Chapter: Prinsip yang Tetap Sama"Saya nggak tau kenapa satu kampus bisa seheboh itu."Tarisha dan dua laki-laki idola sekolah itu dipanggil ke ruang Dekan untuk memberikan keterangan terkait keributan hari ini. Bahkan tanpa harus mengatakan pun, setiap mahasiswa di sana akan heran bagaimana keributan sepele ini bisa terjadi hanya karena satu mahasiswi baru."Saya maklumi, karena kamu memang mahasiswi baru. Tapi—""—Saya aja bingung Pak, kenapa mereka berantem padahal cuma perkara minuman doang."Dekan mengangguk sambil memainkan kedua tangannya di depan mulut dan hidungnya. Matanya terus mengintai detail dari ketiga mahasiswa dari kampusnya itu."Dan karena kamu memang mahasiswi baru, jadi sudah sangat maklum kalau kamu mungkin belum tau bagaimana perselisihan antara dua laki-laki di antara kamu ini, Tarisha."Tarisha sangat tidak bisa memahami kalimat dari Dekan yang terkesan m
Terakhir Diperbarui: 2021-06-20
Chapter: Gemparkan Satu Kampus"Beruntung banget gue, hari ini dapet shif malam." Tarisha mengecek barang-barangnya sambil menuruni motor yang dikendarai Suci. Pandangannya langsung mengarah pada bangunan gedung kampus yang sangat mewah baginya. "Baik-baik lo belajarnya, inget meskipun biayanya lo nggak minta orang tua lo, seenggaknya lo bisa sadar posisi. Kita cuma kaum rendahan." Begitu wejangan Suci ketika Tarisha mulai membuka map coklat persyaratan daftar ulangnya. Tidak ada respon sama sekali. "Nah kan, budek lu!" kesal Suci. "Heran gue, dandanan lo udah kayak anak Jakarta gaul gini, tapi pendengaran nggak juga lebih sehat dikit." Baru saja Tarisha menyelesaikan aktivitas, begitu saja tanpa peduli apapun perkataan Suci yang sebenarnya bisa ia dengar dengan jelas. Ia mengecek jam di handphone, sekadar basa-basi untuk menghindari wejangan yang menurutnya tidak penting dari sahabat karibnya. Taris
Terakhir Diperbarui: 2021-06-10
Chapter: Keadilan"Ibu sendiri, bahkan malu telah bela kamu di lapangan bola tadi." Bu Asti menahan kepalanya yang terasa memberat dengan kedua tangannya. Sosok Willy Rafardhan, hanya bisa terus berpasrah pada guru pembimbing itu setiap kali kena masalah di sekolah, entah bersalah atau menjadi korban.Bu Asti mencoba membuka matanya untuk menatap lurus-lurus ke arah Willy yang tidak peduli dengan ucapannya. Siswa laki-laki itu, justru membuang muka seolah tidak ada siapapun yang sedang berbicara dengannya."Willy, Ibu lagi bicara sama kamu!"Willy menarik wajah tegak menatap Bu Asti, meski sebenarnya bosan hampir setiap hari masuk ke ruang bimbingan ini. "Iya, Bu. Saya juga mendengarkan Ibu daritadi. Ibu pikir saya ngapain aja satu jam duduk di kursi ini?"Bu Asti menghela napasnya dengan cukup panjang. "Sikapmu seperti itu salah, Willy! Saya tahu persis, bagaimana kamu yang selalu mudah terpancing emosi apalagi ini h
Terakhir Diperbarui: 2021-06-08
Chapter: Kertas BuramSeluruh pandangan satu kelas tiba-tiba berpusat pada bangku paling belakang pojokan. Sosok siswi dengan rambut kuncir kuda itu masih tetap berani menatap Pak Budi dengan keberanian yang dimilikinya.Pak Budi diam di tempatnya, sementara Neyza masih belum juga melanjutkan kalimatnya."Pendidikan di Indonesia, belum juga bisa berkembang karena semua tokohnya. Mulai dari siswa sendiri, masyarakat, pemerintah, dan yang paling penting adalah guru." Ulyn berbicara tanpa bangkit dari tempat duduknya. "Bapak nggak bisa menyalahkan siswa, seolah nggak ada faktor lain yang lebih berpengaruh."Neyza menolehkan wajahnya ke arah Ulyn yang duduk di sebelahnya. Ia mengembangkan senyum, cukup merasa senang karena Ulyn menguatkan argumennya."Kalian benar. Tetapi kedisiplinan siswa juga penting sebagai upaya kecil untuk membangun pendidikan yang layak."Neyza mengangguk dengan tenang, baru setela
Terakhir Diperbarui: 2021-06-08
Chapter: PrologSelama dua tahun bersekolah di Airlangga High School, bukan tidak mungkin kalau Neyza berkeinginan untuk bisa berada di kelas para kesayangan para guru. Kelas 12A, kelas terakhir yang bisa dijadikan tujuan setelah dua tahun terjebak di kelas 10F dan 11G. Kelas yang selalu dianggap remeh oleh kebanyakan guru, karena berasal dari buangan siswa-siswi pilihan dari kelas atas.Tangan Neyza meraih knop pintu ruang kelas 12A. Di dalam sana, 19 anak lain sudah duduk di masing-masing bangkunya."Selamat datang Vaneyza Arasyta, biar saya pasangkan name tag ini untuk kamu."Suara Pak Budi terasa berat di dengarnya. Ia hanya bisa mengangguk dengan rasa lega bercampur senang, karena berhasil memenuhi impiannya sebelum benar-benar lulus dari sekolah asrama terbaik di Kota Surabaya ini."Silakan duduk di belakang sana, karena hanya kursi itu yang tersisa."Neyza mengangguk, lalu melangkah
Terakhir Diperbarui: 2021-06-08