Kesialan ataukah keberuntungan. Di beri tawaran sebuah pernikahan oleh lelaki tampan bergelar boss, saat ini Mia sedang di tatap oleh Zev dengan sorot mata tajam kebiruan milik lelaki itu.
Glekk.
Mia tak berani berkata di depan lelaki bernama Zev ini, Mia sadar jika ia telah melakukan kesalahan di pertemuan pertama. Bukan sekali ia membuat ke salahan, tapi dua kali di waktu yang berdekatan. Pertama Mia mengigit lengan Zev lalu memukuli Zev dengan tongkat sapu pel dengan sekuat tenaga berkali kali.“Aku minta maaf. Aku tidak tau jika Anda adalah pemilik restauran ini.” Mia berucap sambil menunduk, Mia benar-benar sadar akan kesalahannya kali ini.
Zev mendekat. Mia refleks bergerak mundur hingga tubuhnya tak bisa mundur lagi ketika di belakang sudah ada dinding. Dua tangan Zev mengunci kedua sisi Mia, wajahnya condong ke depan menatap gadis di depannya dengan seksama.
Aneh. Zev baru bertemu dengan Mia, tapi ia di buat begitu tertarik dengan gadis seperti ini. Zev semakin mendekati wajah Mia, gadis itu spontan memalingkan wajah dengan mata terpejam. Tak lama terdegar suara Zev berbisik di depan telinganya.
“Apa yang akan kamu lakukan untuk membayar kesalahanmu setelah memukuliku?”
“Aku akan bekerja lebih giat lagi.” Sahut Mia cepat, angin pun seolah kalah cepat dengan ucapannya barusan.
Zev tersenyum miring. “Setelah kejadian tadi, apa mungkin aku akan memperkerjakanmu lagi?”
Sial! Ini bukan keberuntungan. Mia sudah tiga kali di pecat dalam satu minggu ini dalam pekerjaan, tapi begitu ia sudah mendapat pekerjaan lagi apa harus di pecat kembali?
Tenggorokannya Mia tercekat. Kepalanya sedikit terangkat menatap wajah tampan lelaki bernama Zev, sorot mata biru yang menenangkan bagaikan air laut di samudra.
Double sial! Bisa-bisanya di saat seperti ini Mia tertarik dengan pesona Zev.
“K-kamu ingin aku melakukan apa?”
Salah satu sudut bibir Zev terangkat. “Menikah denganku. Aku rasa itu cukup untuk membayar kesalahanmu beberapa saat lalu.”
“Itu tidak adil!” Mia mendorong Zev, Zev yang tidak siap berhasil mundur satu langkah dari Mia. “Aku hanya memukul dan mengigitmu. Aku tidak tau kamu adalah boss. Tapi, bayaran atas kesalahanku itu tidak bisa di sama ratakan dengan pernikahan!” ujar Mia.
Zev melipat tangan di depan perut. “Lalu aku harus apa? Melaporkanmu dengan tuduhan kekerasan? Jadi kamu lebih suka mendekam di penjara dari pada menikahi pria tampan sepertiku?”
Ada benarnya. Zev tampan, dia juga kaya. Menikahi lelaki yang mendekati sempurna sepertinya tidak akan membuat Mia rugi.
Zev kembali mendekat, menyentuh dagu Mia untuk mendongak menatapnya. “Menikah denganku atau mendekam di penjara? Aku rasa orang bijak akan memilih untuk—“
“Aku lebih milih di penjara dari pada menikahimu!”
Bola mata Zev membola. Dalam sehari, ia sudah di tolak mentah-mentah oleh gadis yang sama. Sebelumnya ia bahkan tak pernah mendapat penolakan dari wanita manapun, tapi gadis muda ini beraninya menolak ajakan pernikahan yang di lontarkan oleh Zev.
Terdiam, rahangnya mengeras. Tangan Zev mencengkeram lengan Mia kuat, hal itu membuat Mia meringis sakit.
“Kalau itu pilihanmu maka baiklah. Aku akan membawamu ke kantor polisi sekarang juga. Aku rasa cctv sudah cukup membuatmu berada di dalam jeruji besi selama beberapa bulan, atau mungkin beberapa tahun.” Ucap Zev.
Mia berjalan kesusahan saat Zev menariknya kasar. Beberapa karyawan melihat Mia yang di tarik oleh Zev, tapi mereka tidak ada yang berani menegur atau membantu Mia lepas dari Zev.
Perlakuan kasar di terima oleh Mia ketika Zev mendorongnya masuk ke dalam mobil, Zev ikut masuk lewat pintu sebelah, badannya condong ke arah Mia. Spontan Mia menyilangkan kedua tangan di depan dada.
Zev menatap Mia, ia lantas menarik sabuk mengaman untuk Mia sebelum mulai mengemudikan kendaraan beroda empat tersebut.Debaran jantung tak bisa Mia kendalikan. Saat ini ia sedang di bawa menuju kantor polisi, jika Zev benar-benar menuntutnya maka bukan hanya sekedar di penjara, Mia juga pasti akan membayar denda.
Lantas siapa yang membayar denda itu? Mia bahkan tidak punya keluarga, ia hanya memiliki dua sahabat, terlebih sangat tidak mungkin Mia merepotkan kedua sahabatnya itu yang keadaannya juga seperti Mia, tidak punya keluarga.
Dengan tangan mencengkeram sabuk pengaman, menatap lurus ke depan di mana mobil melaju ke arah kantor polisi. Tubuhnya bergetar, Mia takut di penjara. Kedua bola matanya terpejam, menarik nafas dalam sebelum mobil memasuki gerbang area kepolisian.
“AKU SETUJU UNTUK MENIKAH!” teriaknya.
Ciitttt....
Mobil di rem mendadak, Zev menoleh ke arah Mia. Nafas gadis itu naik turun tak seirama karena ketakutan yang menyerbu. Zev tersenyum miring.“Pilihan yang bagus, kau tidak bisa menarik kata-katamu barusan.” Zev pun lantas memutar balik kendaraan menuju rumah sakit. Mia mendesah lega, ia lalu memberanikan diri menoleh ke arah Zev yang tersenyum puas.
Sialan lelaki ini, dia menang banyak. Batin Mia.
“Kau puas!” bentak Mia.
Zev menoleh. “Belum cukup.” Katanya, Mia pun melebarkan bola mata.
Menyandarkan bahu sembari menormalkan detak jantungnya. Ponsel Zev berdering, lelaki itu menerima panggilan tersebut lewat bluetooth mobil sehingga Mia pun bisa mendengar suara orang yang berbicara dengan Zev.
“Tuan Zev, Nyonya Jeslyn sudah sadar.”
“Aku akan segera kesana. Katakan padanya jika aku sudah membawa calon istriku, sekalian juga kamu persiapkan altar untuk pernikahan kami.”
“Apa perlu saya mengundang orang lebih banyak?”
“Tidak perlu, cukup sediakan hal-hal yang di perlukan untuk pernikahan. Ibu harusnya senang jika aku menikah hari ini.” Kemudian Zev mematikan panggilan dan menoleh ke arah Mia.
Wajah gadis itu tak bisa di deskripsikan lagi, wajahnya pucat dan syok. Namun, bagi Zev itu terlihat menggemaskan.
“K-kau ingin menikahiku hari ini juga?” tanya nya, suara Mia terdengar hambar karena syok mendengar pembicaraan Zev dengan orang yang menelfonnya tadi.
“Kenapa? Kamu tidak sabar untuk menjadi istri dari lelaki tampan sepertiku?” dengan santainya Zev mengedipkan sebelah mata jahil ke arah Mia.
“Kita baru bertemu! Bagaimana bisa langsung menikah begitu saja!” pekik Mia kemudian.
“Lantas kenapa? Jika kamu sudah siap dan aku juga sudah siap, apa lagi yang di tunggu? Bukan masalah pertemuan pertama atau pertemuan yang ke sepuluh, yang jelas hari ini kita akan menikah. Satu hal yang perlu kamu tau, kau akan menjadi istri dari seorang pria bernama Zeveran Alcander.”
“Apa tidak bisa menunggu beberapa hari lagi? Maksudku, biarkan kita saling mengenal lebih dulu selama beberapa hari sebelum mengadakan pernikahan. Ini. Ini terlalu mendadak buatku. Kamu muncul hari ini untuk pertama kalinya, dan untuk pertama kalinya juga kamu langsung membuatku terikat sebagai istrimu?” kata Mia mencoba bernegosiasi.
Zev menoleh dengan begitu tampannya, Sialan. Mia kembali terpesona oleh sosok Zev untuk ketiga kalinya dalam waktu kurang dari tiga jam.
“Kita akan belajar saling mengenal setelah pernikahan. Bukankah setiap pasangan akan merasa lebih dekat setelah menikah? Tidak ada hal istimewa untukku menunda waktu pernikahan lebih lama lagi. Semakin cepat, itu semakin bagus.” Jelasnya, kalimat tersebut terlontar dengan begitu santai dan tidak bisa di bantah.
Mia menahan nafas menatap wajah Zev yang fokus menyetir. Ada rasa kesal di benak Mia karena ulah Zev yang dadakan seperti ini. Beberapa menit Mia menatap Zev dengan perasaan kesal, Mia pun menolehkan wajahnya perlahan ke arah jedela mobil, gerakannya seperti robot. Kemudian kepala serta bahu bersandar lemas di kursi mobil.
“Ini gila. Aku baru bertemu dengan boss mesuum yang tiba-tiba mengajakku menikah. Lebih gilanya lagi jika hari ini juga aku akan menikah? Apa ini yang namanya negeri dongeng?” gumam Mia, dan tentu saja suara lirih gadis itu masih dapat Zev dengarkan. Zev hanya tersenyum sambil mengemudikan mobil ke arah rumah sakit.
“Kamu punya keluarga?” Tanya Zev.Mia menggeleng.“Lalu siapa perwakilan dari keluargamu untuk menyaksikan pernikahan ini?” tanya Zev lagi.Mia tersenyum. “Karena aku tidak punya keluarga, bagaimana jika kita batalkan saja pernikahan ini?” Mia mencari alasan. Zev menggeleng, lelaki itu memegang sebuah dokumen dan menandatangani dokumen tersebut.Wajah Zev teralihkan dari lembar kertas untuk menatap Mia. “Kau yakin tidak punya keluarga sama sekali?” katanya. Mia mengangguk.Zev menyodorkan dokumen ke arah Mia agar gadis itu tanda tangani. Mia tidak melihat isi dokumen tersebut, ia langsung saja menandatanginya tanpa membaca lebih dulu. Zev tersenyum tipis, Mia menutup kembali dokumen itu dan mengembalikan pada Zev.“Aku di besarkan di sebuah panti asuhan. Saat usiaku menginjak an
Mia tidak menyangka jika sekarang ia telah menikah dengan orang yang baru ia temui tadi pagi. Lebih tidak menyangka lagi jika setelah upacara pernikahan ia duduk di kursi besi rumah sakit, menunggu kabar mengenai ibu Zev yang bernama Jeslyn.Wanita yang memakai infus tadi adalah ibu Zev, setelah upacara pernikahan wanita itu kembali di larikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan intensif. Mia menoleh, di sampingnya Zev duduk bersandar di dinding, tuksedo yang lelaki itu pakai kini ada di pangkuan, sedangkan kedua kelopak mata Zev terpejam.Sudah tiga puluh Menit tak ada yang berbicara, sampai suara pintu terbuka barulah Zev langsung berdiri.“Bagaimana keadaan ibuku?” tanya Zev langsung.“Nyonya Jeslyn masih dalam kondisi tidak sadar. Kemungkinan dua atau tiga jam lagi beliau akan sadar kembali.” Jawab dokter. “Dan untuk seme
Selesai makan malam yang di hidangkan oleh koki di rumah Zev, Mia menyantap makanan sampai perutnya kenyang, masakan koki di rumah Zev masih tidak sebaik masakan yang di buat sahabatnya, Linda.Zev berdiri, lelaki itu menuju kamar. Mia meneguk air mineral sebelum menyusul Zev.“Apa aku boleh pulang?” tanya nya.Zev yang baru saja mengambil jaket dari dalam lemari menoleh ke arah Mia. “Pulang? Ini rumahmu, kau ingin pulang kemana?” tanya Zev balik.Terdiam. Ada benarnya, selain itu rumah Mia dan rumah Zev sangat jauh. Mia juga berpisah dengan Linda hanya demi bisa mendapatkan pekerjaan di daerah Los Angeles - California. Benar-benar demi pekerja Mia harus bekerja sejauh itu dari tempat tinggalnya.Zev menghampiri setelah memakai jaketnya. “Kamu istirahat saja di sini dan jangan sampai kau berani berusaha kabur. Aku akan kembali ke rumah
Mia melepaskan tas yang ia pakai lalu meletakkan di meja rias di kamar Zev yang kini juga menjadi kamarnya. Kamar dengan dominasi warna abu-abu itu terlihat sangat maskulin, persis seperti pemiliknya.Pintu yang belum lama Mia lewati terbuka kembali, Zev masuk sambil menggulung lengan kemeja sampai siku. Kedua bola matanya melihat sosok Mia yang berdiri menatapnya.“Apa aku boleh pulang?” Pertanyaan itu kembali Mia lontarkan meskipun ia tau jika Zev sudah mengatakan rumah tersebut kini juga adalah rumah Mia selama menjadi istri dari Zev.Zev menoleh. “Bukankah sudah aku katakan, rumahku adalah rumahmu.” Kemudian Zev duduk di tepi tempat tidur, meraih charger ponsel dan mengisi daya ponselnya yang hampir habis.Mia tak berani mendekati Zev, ia takut jika Zev akan melakukan apa yang lelaki itu katakan saat di depan ibunya tadi. Membuatkan cucu, jika cucu yang di maksud lahir dari kandungan Mia maka Mia bel
Mia masih dalam posisi terkejut mendapat pelukan dari sebuah tangan kekar dan hembusan nafas segar dari Zev. Saat sudah mengendalikan keterkejutannya, Mia mendorong Zev tapi Zev masih bertahan sampai terdengar suara.“Kau menemukan kamar utama yang akan kita tempati, menurutmu apakah ini takdir agar kita bisa terus bersama?” ucap Zev, Mia segera melepaskan Zev sebelum berbalik menatap Zev yang jauh lebih tinggi.“Ruangan ini berada di tempat yang sama di rumahmu, jadi kalau aku menemukannya hal itu sudah wajar. Jangan mengambil kesimpulan kita ini memang adalah takdir.” Protes Mia, Zev tersenyum tipis, kembali memeluk Mia karena saat memeluk gadis yang telah berstatus menjadi istrinya membuat Zev merasa senang.Mia memberontak dari dekapan Zev tapi tak berhasil, Zev terlalu kuat terlebih lengan kekar yang Zev miliki sangat sulit untuk Mia lepaskan. Ujungnya Mia hanya pasrah di dekap oleh Zev sampai lelaki itu melepaskan pelu
Sesekali Mia melirik ke arah Zev yang memegang sebuah ipad, duduk di sofa single yang ada di kamar di mana Mia juga ada di tempat tersebut. Hari sudah mulai larut tapi Mia bahkan tak berani tidur sampai Zev keluar dari kamar itu. Duduk sambil memangku bantal dan memperhatikan Zev, sekitar hampir dua jam lelaki itu fokus dengan layar ipad tanpa menoleh atau berbicara dengan Mia. “Kenapa dia tidak kunjung keluar?” batin Mia. Sepuluh menit kemudian terlihat Zev mematikan ipad dan di letakkan benda persegi yang cukup besar itu ke atas meja, kepala Zev bergerak pelan ke arah Mia. “Kau belum tidur?” tanya Zev. Berdiri. Zev berjalan ke arah Mia. “Berhenti!” seru Mia, Zev spontan langsung berhenti dengan tatapan bingung. “Kenapa kamu masih di sini?” tanya Mia balik. Mengernyitkan kening. “Apa maksudmu berkata seperti itu? Tentu saja aku ingin tidur, lalu kenapa kau keberatan?” dengan santainya Zev melepaskan baju, bukan be
Zev benar-benar datang ke rumah sakit untuk memeriksakan adik kecil yang ada di antara kedua pangkal pahanya. Menunggu hasil yang akan dokter jelaskan, apakah Zev memiliki penyakit aneh itu atau tidak.Duduk dengan dokter dengan hanya di batasi oleh meja, Zev menatap dokter dengan perasaan cemas.“Anda sehat, Pak. Tidak ada kelainan pada organ reproduksi Anda.” Ucap Dokter, sesaat Zev menghela nafas lega.“Lalu kenapa aku tidak tertarik untuk menyentuh istriku?” tanya Zev tanpa basa-basi.Dokter mengangguk pelan. “Hal ini memang jarang terjadi untuk pasangan baru, kemungkinan Anda dan istri Anda butuh pendekatan untuk menimbulkan keinginan saling membutuhkan. Tapi jelas, dari pemeriksaan yang di lalukan beberapa saat lalu, milik Anda sehat.” Jelas dokter.Zev mendengarkan kalimat dokter selanjutnya hingga akhirnya Zev memilih untuk keluar dari ruangan dokter itu. Jelasnya Zev sudah tau jika ia masih bisa me
Zev baru bisa tiba ketika waktu menunjukkan pukul sembilan malam, langkah lebar Zev mengarahkan lelaki itu menuju ke sebuah ruangan di salah satu rumah sakit.Pintu di buka oleh Zev, terlihat sosok Mia istrinya sedang berbaring dengan bantuan alat rumah sakit. Di samping Mia ada gadis lain yang tidak Zev kenal. Saat Zev akan mendekati Mia, gadis yang menjaga Mia menghadang langkan Zev.“Maaf, Anda siapa sampai masuk ke sini tanpa permisi?” Zev tidak menatap gadis yang menatapnya, ia hanya terfokus dengan Mia dan bagaimana keadaan istrinya saat ini.“Menepilah, aku hanya memiliki urusan dengannya.” Zev akan mendorong gadis itu dari jalannya tapi gadis itu tetap bersikeras menahan Zev agar tidak mendekati Mia.“Tidak, sebelum kamu mengatakan apa hubunganmu dengan Mia maka aku tidak akan mengijinkamu mendekatinya.”Zev menatap Linda, menghela nafas rendah lalu menjawab, “Dia istriku.”