Mia masih dalam posisi terkejut mendapat pelukan dari sebuah tangan kekar dan hembusan nafas segar dari Zev. Saat sudah mengendalikan keterkejutannya, Mia mendorong Zev tapi Zev masih bertahan sampai terdengar suara.
“Kau menemukan kamar utama yang akan kita tempati, menurutmu apakah ini takdir agar kita bisa terus bersama?” ucap Zev, Mia segera melepaskan Zev sebelum berbalik menatap Zev yang jauh lebih tinggi.
“Ruangan ini berada di tempat yang sama di rumahmu, jadi kalau aku menemukannya hal itu sudah wajar. Jangan mengambil kesimpulan kita ini memang adalah takdir.” Protes Mia, Zev tersenyum tipis, kembali memeluk Mia karena saat memeluk gadis yang telah berstatus menjadi istrinya membuat Zev merasa senang.
Mia memberontak dari dekapan Zev tapi tak berhasil, Zev terlalu kuat terlebih lengan kekar yang Zev miliki sangat sulit untuk Mia lepaskan. Ujungnya Mia hanya pasrah di dekap oleh Zev sampai lelaki itu melepaskan pelukan tanpa Mia minta.
“Kalau ini kamarmu kenapa aku di tempat di kamar bawah?” tanya Mia setelah Zev melepaskannya.
Zev tersenyum penuh arti, membiangkai wajah Mia dengan kedua telapak tangannya. “Jadi apa itu artinya kau setuju tidur denganku?”
Spontan hal itu membuat Mia mendelik dan refleks mundur dari Zev, tangan lelaki itu lepas dari wajah Mia. Melihat raut terkejut Mia membuat Zev tersenyum geli, sangat menggemaskan sampai rasanya Zev ingin mencubit kedua pipi putih itu.
“Kau ingin tidur denganku di kamar ini? Sebenarnya bukan masalah, lagi pula kamu adalah istriku jadi sudah wajar aku melakukan sesuatu denganmu.” Zev semakin menggoda Mia sampai wajah Mia semakin menggemaskan.
“Jagan pernah mendekat satu langkah pun!” ujar Mia sembari menunjuk Zev yang akan mendekat, alis Zev terangkat sebelah. “aku peringatkan jangan mendekatiku, tetap di sana dan jangan bergerak.” Tambah Mia.
Zev masih belum mengerti, sampai akhirnya Mia berlari keluar kamar dengan cepat menuju tangga dan tiba di ruang tamu. Zev masih di kamar, tertawa menyadari tingkah poos Mia yang benar-benar membuatnya merasa gemas.
“Secara perlahan kau akan tertarik dan akan sangat mencintaiku, kita tunggu tanggal main sampai hari itu tiba.” Gumam Zev, ia pun lantas keluar dari kamar tersebut untuk mencari Mia.
Sebenarnya kamar yang Mia temukan memang kamar Zev, hanya saja karena ia dan Mia belum begitu akrab jadi Zev memindahkan sedikit pakaian ke kamar bawah, dengan begitu Zev bisa mendekati Mia secara perlahan tanpa membuat gadis itu tertekan atau ketakutan. Jika Mia sampai ketakutan lalu memutuskan untuk kabur, keadaan Jeslyn pasti akan memburuk.
Tangan Zev menyugar rambut ke belakang, kakinya menuruni tangga satu persatu sampai tiba di ruang tamu. Mia tidak terlihat di manapun, di kamar juga tidak ada sampai Zev mencari ke tempat lain.
Hari sudah malam, tidak mungkin Mia pergi keluar rumah malam-malam seperti ini. Zev terus mencari Mia sampai ia akhirnya melihat Mia duduk berjongkok di depan sebuah pot tanaman dengan posisi membelakangi Zev.
“Apa yang dia lakukan di sana?” Zev bergumam sambil menghampiri Mia.
“Apa yang kamu lihat?” tanya Zev.
Mia menoleh, lalu menunjuk tanaman mungil yang ada di teras belakang rumah Zev, tak jauh dari kolam renang yang tidak terlalu luas. “Boleh aku memindahkan tanaman ini ke kamar? Bentuknya sangat menggemaskan, aku ingin menyimpannya di kamar agar bisa aku lihat setiap kali aku ingin.” Ucap Mia, terlihat seperti anak kecil yang memohon untuk di berikan coklat.
“Apa yang kamu berikan untukku saat aku mengijinkanmu memiliki tanaman itu?” tanya Zev.
Mia memanyunkan bibir, menatap tanaman kecil dengan pot berwarna putih itu di sana.
“Akan aku ijinkan kamu membawa tumbuhan itu tapi aku juga butuh sesuatu yang harus kamu lakukan sebagai bayaran.” Kata Zev.
Mia menatap Zev, ia tidak tau bayaran apa yang akan di berikan untuk lelaki itu hanya demi sebuah tanaman imut berukuran kecil ini. Mencoba berpikir, tapi karena Mia yang memang tidak suka berpikir dalam akhirnya memilih untuk langsung berkata.
“Aku tidak punya apapun untuk di berikan padamu, jadi lebih baik aku tidak membawa tanaman ini ke kamar.” Mia pun akhirnya kembali meninggalkan Zev.
“Kenapa dia tidak mengerti? Aku bahkan tidak mengharapkan benda atau bayaran berupa uang darinya, jika dia memberikan aku sebuah soft kiss saja aku sudah setuju untuk memberinya apapun.” Gumam Zev, ia mengambil tanaman yang di tatap oleh Mia dan membawa tanaman itu ke kamar di mana Mia berada.
Pintu ternyata di kunci oleh Mia dari dalam, Zev mengetuk pintu beberapa kali tapi tak di gubris oleh orang yang ada di dalamnya.
“Tuan Zev. Apa Anda butuh ini?” seseorang yang bekerja di rumah Zev memberikan kunci lain dari kamar tersebut, Zev tanpa pikir dua kali menerima kunci kamar dan ia berhasil masuk ke kamar Mia tapi gadis itu bahkan tidak ada di sana.
Tanaman beserta potnya di letakkan di meja oleh Zev, terdengar suara air mengalir dari arah kamar mandi, Zev tersenyum. “Sepertinya istriku sedang mandi, bagaimana cara menggodanya lagi ya?” batin Zev yang jahil, karena memang ia suka bersikap jahil.
Duduk di kursi meja rias milik Mia, Zev menunggu gadis itu keluar sambil berpikir cara menggoda Mia. Sekitar lima belas menit, terdengar pintu terbuka. Mia belum menyadari keberadaan Zev karena seingat Mia ia telah mengunci pintu dari dalam, jadi dengan santai Mia hanya memakai handuk saat membuka lemari pakaian.
Zev memperhatikan, rambut pirang Mia yang basah, kulit mulus tanpa bekas luka. Kaki yang terpampang nyata, handuk yang di pakai oleh Mia hanya menutupi bagian dada dan setengah paha. Meskipun sudah ada pertunjukan menarik seperti itu, Zev masih juga belum begitu tertarik untuk menyentuh Mia.
Masih memperhatikan Mia yang sedang memilih pakaian, saat gadis itu berbalik sontak kedua bola matanya membola.
“ZEV!!!” pekik Mia kaget, untungnya Mia belum sempat melepskan handuk, atau Zev akan melihat bagian tubuhnya.
Dengan santai Zev menopangkan kepalanya diatas telapak tangan yang bertumpu dengan meja rias, bibirnya tersenyum tanpa dosa sambil terus menatap Mia.
“Kenapa? Lanjutkan saja, aku tidak akan mengganggumu berpakaian.”
“Dengan keberadaanmu di sini saja itu sudah menggangguku. Sekarang keluar!” Mia tak mendekat, ia hanya menunjuk pintu menyuruh Zev keluar dari sana. Tapi Zev tak bergeming, lelaki itu hanya tersenyum tanpa bergeser dari posisinya saat ini.
Mia berdecih, ia membawa pakaiannya ke kamar mandi untuk ia pakai di sana agar Zev tidak terus menatapnya seperti tadi. Tak butuh waktu lama bagi Mia memakai pakaian, ia takut Zev akan menerobos masuk tanpa permisi.
Saat keluar Mia sudah tidak menemukan Zev selain tanaman yang Mia inginkan untuk di pindah ke kamar. Mia menyisir rambut seadanya, membiarkan sedikit basah saat keluar dari kamar.
“Tuan Zev sudah menunggu Anda di ruang makan.” Mia terkejut, suara manusia yang masih belum ia kenal langsung terdengar tepat saat Mia menutup pintu kamar.
“Apa kamu bisa untuk tidak membuatku terkejut?” Mia mengusap dada, ia tidak marah, hanya terkejut. Langkah Mia pun menghampiri Zev yang sudah duduk tenang.
Pelayan memberikan makanan untuk Mia dan Zev, sesekali Mia melirik ke arah Zev dan lelaki itu juga tengah menatapnya. Mia mengalihkan pandangan ke arah makanan.
Namun Zev masih menatap Mia, gadis itu orang baru yang tiba-tiba ia nikahi dan kini gadis itu adalah istrinya. Mia bahkan tidak melepaskan cincin pernikahan yang Zev sematkan. Zev tersenyum samar, sebelum fokus menyantap makanan tanpa ada perbincangan antara ia dan Mia.
____
Bersambung...
Sesekali Mia melirik ke arah Zev yang memegang sebuah ipad, duduk di sofa single yang ada di kamar di mana Mia juga ada di tempat tersebut. Hari sudah mulai larut tapi Mia bahkan tak berani tidur sampai Zev keluar dari kamar itu. Duduk sambil memangku bantal dan memperhatikan Zev, sekitar hampir dua jam lelaki itu fokus dengan layar ipad tanpa menoleh atau berbicara dengan Mia. “Kenapa dia tidak kunjung keluar?” batin Mia. Sepuluh menit kemudian terlihat Zev mematikan ipad dan di letakkan benda persegi yang cukup besar itu ke atas meja, kepala Zev bergerak pelan ke arah Mia. “Kau belum tidur?” tanya Zev. Berdiri. Zev berjalan ke arah Mia. “Berhenti!” seru Mia, Zev spontan langsung berhenti dengan tatapan bingung. “Kenapa kamu masih di sini?” tanya Mia balik. Mengernyitkan kening. “Apa maksudmu berkata seperti itu? Tentu saja aku ingin tidur, lalu kenapa kau keberatan?” dengan santainya Zev melepaskan baju, bukan be
Zev benar-benar datang ke rumah sakit untuk memeriksakan adik kecil yang ada di antara kedua pangkal pahanya. Menunggu hasil yang akan dokter jelaskan, apakah Zev memiliki penyakit aneh itu atau tidak.Duduk dengan dokter dengan hanya di batasi oleh meja, Zev menatap dokter dengan perasaan cemas.“Anda sehat, Pak. Tidak ada kelainan pada organ reproduksi Anda.” Ucap Dokter, sesaat Zev menghela nafas lega.“Lalu kenapa aku tidak tertarik untuk menyentuh istriku?” tanya Zev tanpa basa-basi.Dokter mengangguk pelan. “Hal ini memang jarang terjadi untuk pasangan baru, kemungkinan Anda dan istri Anda butuh pendekatan untuk menimbulkan keinginan saling membutuhkan. Tapi jelas, dari pemeriksaan yang di lalukan beberapa saat lalu, milik Anda sehat.” Jelas dokter.Zev mendengarkan kalimat dokter selanjutnya hingga akhirnya Zev memilih untuk keluar dari ruangan dokter itu. Jelasnya Zev sudah tau jika ia masih bisa me
Zev baru bisa tiba ketika waktu menunjukkan pukul sembilan malam, langkah lebar Zev mengarahkan lelaki itu menuju ke sebuah ruangan di salah satu rumah sakit.Pintu di buka oleh Zev, terlihat sosok Mia istrinya sedang berbaring dengan bantuan alat rumah sakit. Di samping Mia ada gadis lain yang tidak Zev kenal. Saat Zev akan mendekati Mia, gadis yang menjaga Mia menghadang langkan Zev.“Maaf, Anda siapa sampai masuk ke sini tanpa permisi?” Zev tidak menatap gadis yang menatapnya, ia hanya terfokus dengan Mia dan bagaimana keadaan istrinya saat ini.“Menepilah, aku hanya memiliki urusan dengannya.” Zev akan mendorong gadis itu dari jalannya tapi gadis itu tetap bersikeras menahan Zev agar tidak mendekati Mia.“Tidak, sebelum kamu mengatakan apa hubunganmu dengan Mia maka aku tidak akan mengijinkamu mendekatinya.”Zev menatap Linda, menghela nafas rendah lalu menjawab, “Dia istriku.”
Zev benar-benar kembali ke Los Angeles untuk melihat kondisi ibunya. Hans berdiri di depan pintu seolah memang sengaja menunggu Zev datang.“Sekarang kondisinya sudah membaik. Tadi Nyonya Jeslyn mengalami masalah sampai detak jantungnya sempat berhenti, tapi Dokter berhasil memberi bantuan hingga detak jantungnya kembali.” jelas Jordan, asisten Zev.Zev mengusap wajahnya merasa lega.“Bagaimana dengan Mia? Bukankah kamu ke Colorado untuk menjemputnya pulang?”“Dia juga ada di rumah sakit, saat ini jangan beritahu ibuku jika Mia dalam keadaan menghawatirkan.” Kemudian Zev masuk ke dalam ruangan Jeslyn di rawat, ibunya terlihat sudah membuka mata dan hal yang Jeslyn lihat adalah keberadaan Zev yang datang menghampiri.“Dimana Mia?”Lagi-lagi Mia yang di pertanyakan. Zev tidak bisa menjawab jujur mengenai kondisi Mia yang sekarang, Jeslyn hampir meregang nyawa karena kondisinya yang
Mia kembali tiba di kediaman Zev, tapi sayangnya Mia tidak ingat jika ia pernah datang ke rumah tersebut. Sapaan dari pengurus rumah menyambut kedatangan Mia dengan ramah, bahkan kelewat ramah sampai Mia mendapat tundukan kepala dari ketua pelayan tersebut.Mia menoleh ke belakang di mana Zev masih mendorong kursi rodanya, tatapan Mia seolah mengisyaratkan agar Zev berbicara sesuatu kenapa orang tadi memberikannya hormat.Sejak perjalanan dari Colorado ke Los Angeles, Zev tidak banyak berbicara, hanya satu dua patah kata saja yang lelaki itu berikan. Mia semakin di buat bingung, benarkan Zev suaminya atau bukan.Zev membuka kamar di lantai satu yang juga pernah Mia tinggali, beberapa pakaian milik Mia masih ada di dalam lemari, kamar tersebut tidak ada yang berubah sejak Mia tinggalkan.Tanpa permisi Zev mengangkat tubuh Mia dari kursi roda ke tempat tidur.“Apa tidak ada yang ingin kamu katakan padaku?” tanya Mia, sebelah
Tak terasa sudah satu minggu telah berlalu, Zev memperlakukan Mia sama seperti sebelumnya, sangat spesial tapi belum berani menyentuh Mia seperti apa yang di lakukan oleh sepasang suami istri pada umumnya.Hari ini, Jeslyn sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Zev dan Mia datang ke rumah sakit untuk mengantar Jeslyn pulang.“Mia. Aku senang kamu datang meski beberapa hari lalu aku sama sekali tidak melihatmu, aku sempat cemas Zev tidak memperlakukanmu dengan baik.” kata Jeslyn, Mia tersenyum canggung, pasalnya beberapa hari yang lalu Mia sedang dalam kondisi belum mempercayai Zev, termasuk apa yang Zev katakan mengenai kondisi Jeslyn.“Untuk sementara ibu akan tinggal denganku, aku akan pastikan semua kebutuhan ibu tercukupi.” Zev mendorong kursi roda Jeslyn menuju parkiran rumah sakit di mana mobil Zev terparkir di sana.“Apa yang Zev katakan benar, sebaiknya ibu tinggal di rumah Zev.” tambah Mia.
Ke esokan harinya Zev telah pergi ke Seattle seperti yang lelaki itu katakan. Mia mendapat pesan dari Linda jika akan datang bersama Allexin. Mia sangat bersemangat menyambut ke datangan kedua sahabatnya.Mia mengirimkan alamat yang ia dapat dari Smith untuk lokasi rumah Zev. Kemungkinan Linda dan Allexin akan datang saat sore atau malam hari.Untuk sesaat Mia merasakan kosong karena Zev telah pergi selama kurang lebih tiga hari di Seattle untuk mengurus pekerjaan, dan selama itu Mia punya kesempatan untuk bermain dengan kedua sahabatnya. Namun, Mia masih belum sepenuhnya melupakan apa yang terjadi dengannya dan Zev kemarin sore.Bayangan saat berada di gereja sama persis dengan video yang Zev tunjukkan pada Allexin. Terlebih kalimat yang Zev katakan kemarin terasa sangat nyata dan pernah Mia dengarkan sebelumnya.Jantung Mia kembali berdebar-debar saat mengingat kalimat Zev, wajah Mia bersemu hangat dengan kalimat Zev. Pikiran Mia buyar karena sebu
Linda dan Allexin hanya menginap satu malam, ke esokan harinya adik kakak itu pun kembali ke Colorado. Mia masih belum merasa puas bersama kedua sahabatnya, tapi Mia juga tidak bisa menahan Linda dan Allexin untuk menetap lebih lama lagi. Mia keluar dari rumah, gerakannya itu tentu saja langsung di cegat oleh penjaga di rumah Zev. Mia menghela nafas pasrah, ia tidak bisa keluar dari rumah itu sampai Zev pulang dan mengijinkannya. Sore hari terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Mia tidak begitu penasaran dengan siapa yang datang, ia tetap berada di kamar sambil bermain ponsel. Sangat jarang Mia bisa bersantai seperti ini, jadi apa salahnya menikmati hari santainya tanpa bekerja? Ceklek.!Tanpa menoleh, Mia sudah menebak siapa yang datang. Berpura-pura tak peduli, ponsel Mia langsung di rebut oleh Zev membuat gadis itu spontan langsung berbalik merebut ponsel yang kini ada di tangan Zev. “Kembalikan.” ucap Mia bernada peringat