Bagi orang tua yang menyaksikan tumbuh kembang putra dan putrinya dengan sehat adalah suatu kebanggan tersendiri. Waktu terasa berlalu begitu cepat, seandainya jika dulu Mia tidak bertemu dengan Zev dan membuat masalah dengan lelaki itu, mungkin kehidupannya sekarang tidak seperti ini.
Tidak ada yang tau takdi yang menanti di depan sana dan dengan cara apa orang menghampiri masa depannya. Kini, sudah sepuluh tahun usia pernikahan Mia dengan Zev, lelaki yang dulunya adalah seorang boss di tempat kerja Mia, tak menyangka menjadi suaminya sampai sekarang. “Aku tidak mengerti kenapa kali ini istri kita mengandung bersamaan.” ucap Zev ketika melihat Nelvan yang menggandeng tangan istrinya yang juga sedang mengandung. “Dan aku juga baru tau rasanya menjadi ayah yang harus mengalami morning sickness yang mengerikan.” setelah mengatakan itu Nelvan melepaskan tangannya dari Linda untuk bergegas mencari toilet terdekat, Zev terkekeh namun ia pun tak lama meTerimakasih sudah membaca karya SILAN
Langkah kaki seorang pria bergerak cepat memasuki sebuah bangunan rumah sakit. Langkahnya tergesa. Bahkan tidak peduli jika beberapa kali harus menabrak orang yang lewat di depannya. Wajahnya panik, khawatir dan penuh dengan ketakutan luar biasa.Zeveran Alcander, tangannya membuka salah satu ruangan VVIP di rumah sakit tersebut. Tubuhnya lemas, tapi masih mampu di gunakan untuk berjalan mendekati sosok wanita yang tak lagi muda sedang berbaring di tempat tidur rumah sakit.“Mom ...,” desis Zev.Kedua kelopak mata yang sempat terpejam lelah itu kembali terbuka, melihat sosok lelaki tampan yang sudah dua puluh delapan tahun ia lihat tumbuh kembangnya sejak lahir. Kedua sudut bibir wanita tersebut tertarik membentuk senyuman tipis.Zev memegang tangan Jeslyn – Ibunya, dengan lembut dan penuh kehangatan. Tangan Jeslyn terangkat mengusap kepala Zev yang merendah. “Zev, putraku. Sekarang kamu sudah tumbuh dewasa, Nak.” Katan
Kesialan ataukah keberuntungan. Di beri tawaran sebuah pernikahan oleh lelaki tampan bergelar boss, saat ini Mia sedang di tatap oleh Zev dengan sorot mata tajam kebiruan milik lelaki itu.Glekk.Mia tak berani berkata di depan lelaki bernama Zev ini, Mia sadar jika ia telah melakukan kesalahan di pertemuan pertama. Bukan sekali ia membuat ke salahan, tapi dua kali di waktu yang berdekatan. Pertama Mia mengigit lengan Zev lalu memukuli Zev dengan tongkat sapu pel dengan sekuat tenaga berkali kali.“Aku minta maaf. Aku tidak tau jika Anda adalah pemilik restauran ini.” Mia berucap sambil menunduk, Mia benar-benar sadar akan kesalahannya kali ini.Zev mendekat. Mia refleks bergerak mundur hingga tubuhnya tak bisa mundur lagi ketika di belakang sudah ada dinding. Dua tangan Zev mengunci kedua sisi Mia, wajahnya condong ke depan menatap gadis di depannya dengan seksama.Aneh. Zev baru bertemu dengan Mia, tapi ia di buat begitu tertarik dengan
“Kamu punya keluarga?” Tanya Zev.Mia menggeleng.“Lalu siapa perwakilan dari keluargamu untuk menyaksikan pernikahan ini?” tanya Zev lagi.Mia tersenyum. “Karena aku tidak punya keluarga, bagaimana jika kita batalkan saja pernikahan ini?” Mia mencari alasan. Zev menggeleng, lelaki itu memegang sebuah dokumen dan menandatangani dokumen tersebut.Wajah Zev teralihkan dari lembar kertas untuk menatap Mia. “Kau yakin tidak punya keluarga sama sekali?” katanya. Mia mengangguk.Zev menyodorkan dokumen ke arah Mia agar gadis itu tanda tangani. Mia tidak melihat isi dokumen tersebut, ia langsung saja menandatanginya tanpa membaca lebih dulu. Zev tersenyum tipis, Mia menutup kembali dokumen itu dan mengembalikan pada Zev.“Aku di besarkan di sebuah panti asuhan. Saat usiaku menginjak an
Mia tidak menyangka jika sekarang ia telah menikah dengan orang yang baru ia temui tadi pagi. Lebih tidak menyangka lagi jika setelah upacara pernikahan ia duduk di kursi besi rumah sakit, menunggu kabar mengenai ibu Zev yang bernama Jeslyn.Wanita yang memakai infus tadi adalah ibu Zev, setelah upacara pernikahan wanita itu kembali di larikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan intensif. Mia menoleh, di sampingnya Zev duduk bersandar di dinding, tuksedo yang lelaki itu pakai kini ada di pangkuan, sedangkan kedua kelopak mata Zev terpejam.Sudah tiga puluh Menit tak ada yang berbicara, sampai suara pintu terbuka barulah Zev langsung berdiri.“Bagaimana keadaan ibuku?” tanya Zev langsung.“Nyonya Jeslyn masih dalam kondisi tidak sadar. Kemungkinan dua atau tiga jam lagi beliau akan sadar kembali.” Jawab dokter. “Dan untuk seme
Selesai makan malam yang di hidangkan oleh koki di rumah Zev, Mia menyantap makanan sampai perutnya kenyang, masakan koki di rumah Zev masih tidak sebaik masakan yang di buat sahabatnya, Linda.Zev berdiri, lelaki itu menuju kamar. Mia meneguk air mineral sebelum menyusul Zev.“Apa aku boleh pulang?” tanya nya.Zev yang baru saja mengambil jaket dari dalam lemari menoleh ke arah Mia. “Pulang? Ini rumahmu, kau ingin pulang kemana?” tanya Zev balik.Terdiam. Ada benarnya, selain itu rumah Mia dan rumah Zev sangat jauh. Mia juga berpisah dengan Linda hanya demi bisa mendapatkan pekerjaan di daerah Los Angeles - California. Benar-benar demi pekerja Mia harus bekerja sejauh itu dari tempat tinggalnya.Zev menghampiri setelah memakai jaketnya. “Kamu istirahat saja di sini dan jangan sampai kau berani berusaha kabur. Aku akan kembali ke rumah
Mia melepaskan tas yang ia pakai lalu meletakkan di meja rias di kamar Zev yang kini juga menjadi kamarnya. Kamar dengan dominasi warna abu-abu itu terlihat sangat maskulin, persis seperti pemiliknya.Pintu yang belum lama Mia lewati terbuka kembali, Zev masuk sambil menggulung lengan kemeja sampai siku. Kedua bola matanya melihat sosok Mia yang berdiri menatapnya.“Apa aku boleh pulang?” Pertanyaan itu kembali Mia lontarkan meskipun ia tau jika Zev sudah mengatakan rumah tersebut kini juga adalah rumah Mia selama menjadi istri dari Zev.Zev menoleh. “Bukankah sudah aku katakan, rumahku adalah rumahmu.” Kemudian Zev duduk di tepi tempat tidur, meraih charger ponsel dan mengisi daya ponselnya yang hampir habis.Mia tak berani mendekati Zev, ia takut jika Zev akan melakukan apa yang lelaki itu katakan saat di depan ibunya tadi. Membuatkan cucu, jika cucu yang di maksud lahir dari kandungan Mia maka Mia bel
Mia masih dalam posisi terkejut mendapat pelukan dari sebuah tangan kekar dan hembusan nafas segar dari Zev. Saat sudah mengendalikan keterkejutannya, Mia mendorong Zev tapi Zev masih bertahan sampai terdengar suara.“Kau menemukan kamar utama yang akan kita tempati, menurutmu apakah ini takdir agar kita bisa terus bersama?” ucap Zev, Mia segera melepaskan Zev sebelum berbalik menatap Zev yang jauh lebih tinggi.“Ruangan ini berada di tempat yang sama di rumahmu, jadi kalau aku menemukannya hal itu sudah wajar. Jangan mengambil kesimpulan kita ini memang adalah takdir.” Protes Mia, Zev tersenyum tipis, kembali memeluk Mia karena saat memeluk gadis yang telah berstatus menjadi istrinya membuat Zev merasa senang.Mia memberontak dari dekapan Zev tapi tak berhasil, Zev terlalu kuat terlebih lengan kekar yang Zev miliki sangat sulit untuk Mia lepaskan. Ujungnya Mia hanya pasrah di dekap oleh Zev sampai lelaki itu melepaskan pelu
Sesekali Mia melirik ke arah Zev yang memegang sebuah ipad, duduk di sofa single yang ada di kamar di mana Mia juga ada di tempat tersebut. Hari sudah mulai larut tapi Mia bahkan tak berani tidur sampai Zev keluar dari kamar itu. Duduk sambil memangku bantal dan memperhatikan Zev, sekitar hampir dua jam lelaki itu fokus dengan layar ipad tanpa menoleh atau berbicara dengan Mia. “Kenapa dia tidak kunjung keluar?” batin Mia. Sepuluh menit kemudian terlihat Zev mematikan ipad dan di letakkan benda persegi yang cukup besar itu ke atas meja, kepala Zev bergerak pelan ke arah Mia. “Kau belum tidur?” tanya Zev. Berdiri. Zev berjalan ke arah Mia. “Berhenti!” seru Mia, Zev spontan langsung berhenti dengan tatapan bingung. “Kenapa kamu masih di sini?” tanya Mia balik. Mengernyitkan kening. “Apa maksudmu berkata seperti itu? Tentu saja aku ingin tidur, lalu kenapa kau keberatan?” dengan santainya Zev melepaskan baju, bukan be
Bagi orang tua yang menyaksikan tumbuh kembang putra dan putrinya dengan sehat adalah suatu kebanggan tersendiri. Waktu terasa berlalu begitu cepat, seandainya jika dulu Mia tidak bertemu dengan Zev dan membuat masalah dengan lelaki itu, mungkin kehidupannya sekarang tidak seperti ini.Tidak ada yang tau takdi yang menanti di depan sana dan dengan cara apa orang menghampiri masa depannya.Kini, sudah sepuluh tahun usia pernikahan Mia dengan Zev, lelaki yang dulunya adalah seorang boss di tempat kerja Mia, tak menyangka menjadi suaminya sampai sekarang.“Aku tidak mengerti kenapa kali ini istri kita mengandung bersamaan.” ucap Zev ketika melihat Nelvan yang menggandeng tangan istrinya yang juga sedang mengandung.“Dan aku juga baru tau rasanya menjadi ayah yang harus mengalami morning sickness yang mengerikan.” setelah mengatakan itu Nelvan melepaskan tangannya dari Linda untuk bergegas mencari toilet terdekat, Zev terkekeh namun ia pun tak lama me
Pagi hari yang indah, seindah saat mata terbuka langsung di suguhkan pemandangan paling sempurna yang pernah Mia dapatkan dalam hidupnya. Yaitu sosok laki-laki tampan yang masih terlelap dalam tidurnya, lelaki yang sudah menjadikannya sebagai seorang istri hingga usia pernikahan mereka menginjak angka sembilan tahun.Sudah berlalu sangat lama, tapi Mia masih ingat pertemuan pertamanya dengan Zev meski ia sempat melupakan hal itu. Namun kini, Mia tidak akan melupakan momen tersebut.Dirinya hanyalah seorang karyawan yang beruntung, pekerjaan yang Mia lakukan tidak pernah membuat Mia berpikir bisa mendapat seorang boss sebagai suaminya, terlebih boss itu dari tempatnya bekerja.Lebih tidak menyangka lagi, Mia memukuli Zev di pertemuan pertama, tak tau jika orang yang ia pukuli kala itu adalah pemilik tempatnya bekerja. Takdir menyusun rangkaian pertemuannya dengan Zev dengan cara yang unik, tak ada cinta saat pernikahan, namun semakin lama
Dua hari kemudian, Zev dan Mia sudah mengemasi barang mereka untuk persiapan liburan. Dua hari ini Zia dan Zeus tinggal di rumah Danis sampai kondisi kaki Danis bisa di gunakan berjalan seperti biasa walau masih sedikit pincang.Suara keributan si kembar yang baru pulang terdengar, Mia dan Zev menarik koper membuat kedua anak mereka melihat heran.“Mom dan Dad mau pergi kemana?” tanya Zeus.“Kami akan pergi beberapa hari, untuk sementara kalian tinggal dengan Grandma, ya? Dad akan mengantar kalian ke rumah Grandma hari ini sampai mom dan Dad pulang, kalian harus bersikap baik dengan Grandma, mengerti?” ucap Zev.Zeus dan Zia tidak berkomentar, mereka mengikut saat di antar ke rumah Jeslyn, setelahnya Zev dan Mia langsung menuju ke bandara.Penerbangan di lewati selama belasan jam di udara, Zev menatap Mia dari samping saat Mia melihat ke luar jendela pesawat, sudah sembilan tahun ia dan Mia memperta
“Kenapa tidak ikut dengan yang lain?” tanya Danis, Zia yang sejak tadi diam kini menoleh ke arah Danis kemudian menggeleng. Danis menghembuskan nafas, “Aku tidak apa-apa, sungguh, ini hanya luka kecil, kamu bergabunglah dengan yang lain.” katanya, namun Zia tetap menggeleng, tubuhnya duduk tegak.Dua hal yang Zia rasakan sekarang adalah rasa bersalah dan perasaan senang karena Danis mau berbicara padanya tanpa harus ia bujuk lebih dulu, namun karena itulah Zia tegang, Danis tak pernah seramah ini sebelumnya, apa luka di kakinya juga memperngaruhi kepalanya?Danis mengukir tipis senyumnya, “Kamu tidak terluka , ‘kan?” tanya nya.“Tidak, tapi karena aku kamu sekarang tidak bisa jalan. Lihatlah kakimu yang membengkak ini, aku akan menemanimu di sini.”“Kau tidak tertarik dengan pemilihan kostum halloween terbaik tahun ini?” tanya Danis.Zia menggeleng, “A
Hari hantu atau kerap kali di sebut perayaan halloween telah di lakukan, di mana-mana orang menyiapkan hal apa saja yang di butuhkan dalam perayaan tersebut, dan yang paling penting dari perayaan itu adalah kostum, baik ana-anak maupun orang dewasa mengenakannya.Mia menemani Zeus dan Zia pergi sekolah, ada pemilihan kostum terbaik dalam perayaan halloween setiap tahun yang di adakan, para orang tua siswa lain juga ikut melihat perayaan sehingga di sekolah tempat Zeus dan Zia menempuh pendidikan kini sangat ramai.Berbagai kostum unik dan mengerikan di pakai, riasan wajah yang mengerikan di gambar di wajah anak-anak yang akan mengikuti pemilihan. Zia dengan tongkat sihirnya dan juga topi kerucut bengkok, Mia menambahkan riasan di wajah anak-anaknya sesuai dengan tema pakaian yang si kembar pakai.Zia mengganti sapunya menjadi tongkat, bajunya yang semula kebesaran sudah di buat sesuai ukuran tubuh gadis itu. Sementara Zeus kini sedang pamer jub
Zev menuju ke lokasi yang di sebutkan Gracila, tidak begitu jauh dari gedung yang Zev datangi sehingga hanya butuh beberapa menit saja sampai ia melihat keberadaan Gracila bersama Celine.Jauh di luar pikiran Zev, ia pikir Gracila akan menyakiti Celine, namun ternyata Gracila justru bermain dengan Celine layaknya ibu dan anak sembari menikmati udara sore hari. Ada kehangatan yang menghampiri hati Zev melihat Celine bahagia.Zev memang bukan ayah Celine, namun Zev tau pengorbanan Cameron untuk membesarkan Celine dari sifat Gracila yang keras kepala, Gracila bahkan sempat tidak mengakui Celine sebagai putrinya sendiri.Tapi sekarang, dengan mata kepala Zev sendiri ia melihat Gracila bersikap seperti layaknya seorang ibu pada putrinya, hal yang sangat sulit di percaya, namun tawa Celine tidak bisa berbohong. Gadis kecil itu tertawa lebar bermain dengan Gracila, kebahagiaan terpancar di wajah putri Cameron.Zev tidak langsung menghampiri, diam
Masih berada di daerah peternakan, Zeus dan Zia mengikuti kakek Ben untuk memanen jagung, terlihat kebahagiaan si kembar ketika mereka mengumpulkan jagung yang sudah di pisah dari batangnya ke dalam gerobak.Mia dan Zev juga tidak mau mengalah, Ma ikut dengan istri kakek Ben untuk mencabut wortel dan mengambil beberapa bunga kol.“Sudah berapa lama kamu dan Zev menikah?” tanya Nenek Trisa sembari memasukkan wortel yang baru di cabut ke dalam keranjang.“Sudah sekitar sembilan tahun. Bibi dan paman Ben kenapa tidak pernah menemui kami sebelumnya? Jika Zev tidak mengatakan kalau paman Ben adalah kakak dari ibu Zev, aku tidak akan tau jika ada keluarga Zev juga yang tinggal di sini.”Nenek Trisa hanya tersenyum tipis. “Bibi, selain bibi dan pman Ben, apa Bibi punya anak yang menemani bibi tinggal di sini?” tanya Mia penasaran, pasalnya ia hanya melihat kakek Ben dan istrinya, lalu dua orang penj
Ke esokan hari Zev membawa kedua anaknya di tempat yang cukup jauh dari kota, ladang luas menjadi pemandangan utama, Zia dan Zeus melihat keluar dari kaca jendela sembari bergumam takjub.“Dad, Dad! Apa yang kita lakukan di tempat ini?” tanya Zia.“Zia benar, apa yang kita lakukan di sini? Kenapa kita tidak menyiapkan acara halloween untuk besok?”“Kita juga sedang menyiapkan acara halloween, tapi dengan cara sedikit berbeda.” Zev kemudian memberhentikan mobil di depan sebuah rumah kayu bertingkat dua, seorang berambut putih terlihat cukup tua berjalan menghampiri.Zeus dan Zia turun dari mobil, mereka melihat beberapa hewan berada di balik pagar pembatas, ada dua kuda, ayam, ada pula domba dan juga sapi. Zeus melihat Zev yang tengah berbicara pada pria tua yang menyapa, kemudian Zev memanggil.“Zeus, Zia! Ayo!”Si kembar berlari mengikuti langkah Zev yang berjalan ke ba
“Zia.” panggil Zeus sembari mengampiri sang adik kembar, terlihat Zia duduk membelakangi Zeus sambil memegang buku, membacanya dalam posisi berbaring di atas tempat tidur, telinganya di sumpal oleh benda yang terhubung dengan Mp3.Zeus menepuk kaki Zia, gadis itu terlonjak kaget sampai berteriak, nyaris saja Zeus terkena timpukan buku yang Zia pegang.“Kenapa kau mengagetkanku, ZEUS!”“Kau yang tidak mendengar panggilanku.”Zia melepaskan earphone, menyimpannya di atas meja. “Kenapa menemuiku? Aku sedang tidak berbicara denganmu.” ketus Zia. Namun Zeus berbaring di samping Zia, menatap langit-langit kamar sembari kedua tangannya di silangkan untuk bantal kepala.“Aku tidak melakukan kesalahan, kenapa kamu marah denganku?”Zia mendengus, “Kamu sama saja dengan Danis, selalu memihak Celine. Aku ini adikmu, tidakkah kau mau membantuku menjauhkan mereka?&rd