Sesekali Mia melirik ke arah Zev yang memegang sebuah ipad, duduk di sofa single yang ada di kamar di mana Mia juga ada di tempat tersebut. Hari sudah mulai larut tapi Mia bahkan tak berani tidur sampai Zev keluar dari kamar itu.
Duduk sambil memangku bantal dan memperhatikan Zev, sekitar hampir dua jam lelaki itu fokus dengan layar ipad tanpa menoleh atau berbicara dengan Mia.
“Kenapa dia tidak kunjung keluar?” batin Mia.
Sepuluh menit kemudian terlihat Zev mematikan ipad dan di letakkan benda persegi yang cukup besar itu ke atas meja, kepala Zev bergerak pelan ke arah Mia.
“Kau belum tidur?” tanya Zev. Berdiri. Zev berjalan ke arah Mia.
“Berhenti!” seru Mia, Zev spontan langsung berhenti dengan tatapan bingung. “Kenapa kamu masih di sini?” tanya Mia balik.
Mengernyitkan kening. “Apa maksudmu berkata seperti itu? Tentu saja aku ingin tidur, lalu kenapa kau keberatan?” dengan santainya Zev melepaskan baju, bukan berniat menggoda Mia tapi kebiasaan Zev memang suka tidur tanpa memakai baju.
“Aaa...!”
Bukan hanya Mia yang kaget, Zev juga kaget karena hampir tengah malam seperti ini mendengar suara teriakan Mia.
“Kau kenapa? Apa ada sesuatu yang mengerikan di kamar ini?” tanya Zev, Mia mengangguk sambil menunjuk ke arah Zev. “Aku?” Zev menunjuk diri sendiri, Mia mengangguk. Zev pun lantas tersenyum, timbul pikiran jahil di otaknya.
Baju kaos yang sudah berhasil di lepaskan dari tubuh Zev di lemparkan ke sofa, Mia mendelik. Gadis itu berdiri di atas tempat tidur menghindari keberadaan Zev, bantal yang sementara Mia pegang di lempar ke arah lelaki itu, Zev justru semakin ingin menjahili Mia.
“Aku bilang jangan mendekat! Kalau kamu mau tidur kenapa tidak tidur di kamar utama?” Mia masih menghindar, tapi Zev semakin ingin mendapatkan Mia.
“Kenapa aku harus tidur di kamar utama jika di sini ada hal yang jauh lebih menarik untuk menaniku tidur.” Zev menjawab, wajahnya terlihat serius meski hatinya tertawa geli melihat raut wajah Mia.
Sejak pernikahannya dengan Mia, Zev memang belum pernah tidur satu kamar dengan gadis itu. Pernikahan antara Zev dan Mia pun juga sangat mendadak, bisa di katakan itu adalah pertemuan pertama yang berujung pernikahan di hari yang sama.
Melihat reaksi Mia yang ketakutan saat di dekati membuat Zev sedikit merasa aneh. Apa yang kurang darinya sampai Mia bahkan tidak mau mendekat? Apakah ia terlalu mengerikan untuk Mia?
“Aku peringatkan untuk jangan mendekat!” Mia kembali berujar. “tidurlah di kamarmu, dan biarkan aku tidur di sini.” Tambahnya.
“Kau lupa siapa dirimu sekarang? Kau adalah istriku, apa salahnya seorang suami istri tidur di tempat yang sama?”
“Aku masih tidak ingin tidur denganmu. Aku juga tidak lupa jika aku sudah menjadi istrimu, tapi jangan memaksaku untuk lebih dekat denganmu.”
“Lalu kapan kau ingin aku tidur denganmu?” sahut Zev. Mia terdiam tidak tau harus menjawab apa sampai Zev kembali bersuara. “C’mon, ini hanya sekedar tidur. Aku tidak akan melakukan apapun padamu.”
“Kau serius?” Mia bertanya dan tidak bergerak untuk menghindari Zev, “kau sungguh tidak akan melakukan apapun padaku?” katanya lagi. Zev pun mengangguk.
Jarak antara Zev dan Mia di batasi oleh tempat tidur, Zev memutari tempat tidur untuk menghampiri Mia, karena Mia yang sudah yakin jika Zev tidak akan melakukan sesuatu akhirnya ia tidak menghindar lagi.
Namun, dugaan Mia salah. Tubuhnya kini terangkat dan jatuh di atas kasur empuk di mana Zev ada di depannya, bertumpu dengan kedua siku agar tubuh Zev yang besar tidak menindih Mia.
“Kau bilang tidak akan melakukan apapun!” Mia lagi-lagi berontak, Zev bukannya merasa risih dengan gerakan berontak yang Mia lakukan, lelaki itu justru tertawa geli. Pukulan Mia tidak berarti apa-apa, mungkin gigitan semut jauh lebih sakit dari pukulan tangan Mia.
Dengan posisi sedekat ini Zev bisa merasakan aroma buah dari tubuh Mia, kedua bola mata Zev menunduk menatap tepat ke kedua bibir Mia yang kemerahan. Lalu Zev beralih menatap sepasang bola mata Mia yang kecoklatan.
Aneh, sudah sedekat ini tapi Zev bahkan tidak merasakan ingin menyentuh Mia. Apakah dua tahun tidak berhubungan dengan wanita manapun membuat sistem kekuatan Zev sebagai lelaki menurun?
Masih dalam posisi mengurung Mia dengan tubuhnya, Mia juga tidak lagi memberontak ketika mata biru milik Zev menatapnya dengan kelembutan yang baru kali ini Mia rasakan. Satu tangan Zev mengusap untaian rambut di bagian atas telinga Mia.
“Berapa usiamu?” tanya Zev, tangannya beralih membelai wajah Mia.
“Untuk apa kamu ingin tau berapa usiaku?”
“Katakan saja, aku hanya ingin tau.”
“Aku akan dua puluh tahun sekitar dua minggu lagi.” Jawab Mia pada akhirnya.
Pandangan Zev menurun untuk kembali melihat bibir Mia. Tidak mungkin Zev punya penyakit impoten ‘kan? Kenapa tubuhnya tidak merespon apapun saat sudah sedekat ini dengan Mia, bahkan bibir menggoda milik Mia pun tidak menarik minat Zev untuk mengulum dan memainkannya.
“Jangan menatapku seperti itu, sekarang angkat tubuhmu dariku karna kau berat.” Kedua tangan Mia berada di dada Zev, mencoba mendorong tapi apalah dayanya yang tidak kuat menyingkirkan Zev.
“Boleh aku menciummu?” pertanyaan konyol itu keluar dari bibir Zev, jika ia memang ingin melakukannya bisa saja Zev tak perlu meminta ijin. Tapi entahlah, ada hal yang sulit untuk Zev jelaskan kenapa ia tidak tertarik dengan tubuh Mia di saat ia tertarik dengan sikap gadis di bawahnya ini.
Mia mendelik, wajahnya di palingkan. Kedua tangannya masih berada di dada bidang Zev yang tidak memakai baju, kulit tangan Mia bisa merasakan betapa keras otot di tubuh Zev secara langsung tanpa di lapisi oleh baju.
Malu untuk mengijinkan Zev menciumnya, pertanyaan bodoh itu kenapa harus di ucapkan ketika Zev bisa melakukannya langsung. Wajah Mia menghangat, ia ingin merasakan apa yang namanya berciuman tapi jelas hal itu tidak mungkin di ucapkan secara gamblang.
Tak mendapat respon dari Mia, Zev beranjak dari posisi yang tidak nyaman itu, kembali memakai bajunya dan keluar dari kamar tanpa mengatakan apapun lagi, Zev kembali ke kamar utama dan tidur di sana.
Mia menghela nafas panjang, antara lega dan kecewa. Lega karena Zev tidak menuntut, tapi kecewa karena Zev tidak melakukan apa yang lelaki itu katakan.
Mengulum bibirnya sendiri, Mia berbaring dengan memeluk salah satu bantal, menarik selimut dengan satu tangan hingga menutupi seluruh tubuhnya agar siapapun tidak ada yang melihat jika saat ini Mia sedang menyembunyikan rasa malu di bawah selimut.
Sedangkan Zev hanya berbaring telentang, satu tangan di atas keningnya dengan mata terpejam.
“Kenapa aku hanya tertarik dengan sifat Mia daripada tubuhnya?” batin Zev. Sebelum dua tahun berlalu, Zev memang sering berganti banyak wanita untuk memuaskan diri sebagai lelaki sampai akhirnya Zev memutuskan untuk fokus dalam bekerja tanpa dekat ataupun mengencani wanita.
Setelah dua tahun berlalu, kini Zev baru menyadari ada yang salah dengannya. Tidak mungkin penyakit mengerikan itu menyerang organ intimnya untuk tak bisa bereproduksi. Jika benar ia memiliki penyakit itu, lalu bagaimana ia memiliki keturunan?
Hembusan nafas keluar dari bibir Zev, bergerak duduk sambil mengusap wajah dengan kedua tangan. Sebenarnya Mia cukup menarik, gadis itu memiliki lekukan tubuh yang indah di balik pakaian yang sering di gunakan. Jika Zev masih menjadi pribadi seperti dua tahun lalu, saat ini Mia pasti tidak akan berhenti berteriak meminta ampun agar Zev berhenti menyentuh tubuhnya.
Zev menunduk, menatap sesuatu yang terbungkus oleh celananya. “Sepertinya aku harus memeriksakanmu ke dokter besok, jangan sampai kau menjadi kendalaku untuk memiliki keturunan.” Ucap Zev. Kembali hembusan nafas di hela oleh lelaki itu.
Tubuhnya di baringkan, membayangkan tindakannya yang menikahi Mia tanpa mencari tau siapa gadis itu sebenarnya.
“Apakah tindakanku ini sudah benar?” batin Zev sebelum ia akhirnya terlelap dalam tidur.
____
Bersambung...
Zev benar-benar datang ke rumah sakit untuk memeriksakan adik kecil yang ada di antara kedua pangkal pahanya. Menunggu hasil yang akan dokter jelaskan, apakah Zev memiliki penyakit aneh itu atau tidak.Duduk dengan dokter dengan hanya di batasi oleh meja, Zev menatap dokter dengan perasaan cemas.“Anda sehat, Pak. Tidak ada kelainan pada organ reproduksi Anda.” Ucap Dokter, sesaat Zev menghela nafas lega.“Lalu kenapa aku tidak tertarik untuk menyentuh istriku?” tanya Zev tanpa basa-basi.Dokter mengangguk pelan. “Hal ini memang jarang terjadi untuk pasangan baru, kemungkinan Anda dan istri Anda butuh pendekatan untuk menimbulkan keinginan saling membutuhkan. Tapi jelas, dari pemeriksaan yang di lalukan beberapa saat lalu, milik Anda sehat.” Jelas dokter.Zev mendengarkan kalimat dokter selanjutnya hingga akhirnya Zev memilih untuk keluar dari ruangan dokter itu. Jelasnya Zev sudah tau jika ia masih bisa me
Zev baru bisa tiba ketika waktu menunjukkan pukul sembilan malam, langkah lebar Zev mengarahkan lelaki itu menuju ke sebuah ruangan di salah satu rumah sakit.Pintu di buka oleh Zev, terlihat sosok Mia istrinya sedang berbaring dengan bantuan alat rumah sakit. Di samping Mia ada gadis lain yang tidak Zev kenal. Saat Zev akan mendekati Mia, gadis yang menjaga Mia menghadang langkan Zev.“Maaf, Anda siapa sampai masuk ke sini tanpa permisi?” Zev tidak menatap gadis yang menatapnya, ia hanya terfokus dengan Mia dan bagaimana keadaan istrinya saat ini.“Menepilah, aku hanya memiliki urusan dengannya.” Zev akan mendorong gadis itu dari jalannya tapi gadis itu tetap bersikeras menahan Zev agar tidak mendekati Mia.“Tidak, sebelum kamu mengatakan apa hubunganmu dengan Mia maka aku tidak akan mengijinkamu mendekatinya.”Zev menatap Linda, menghela nafas rendah lalu menjawab, “Dia istriku.”
Zev benar-benar kembali ke Los Angeles untuk melihat kondisi ibunya. Hans berdiri di depan pintu seolah memang sengaja menunggu Zev datang.“Sekarang kondisinya sudah membaik. Tadi Nyonya Jeslyn mengalami masalah sampai detak jantungnya sempat berhenti, tapi Dokter berhasil memberi bantuan hingga detak jantungnya kembali.” jelas Jordan, asisten Zev.Zev mengusap wajahnya merasa lega.“Bagaimana dengan Mia? Bukankah kamu ke Colorado untuk menjemputnya pulang?”“Dia juga ada di rumah sakit, saat ini jangan beritahu ibuku jika Mia dalam keadaan menghawatirkan.” Kemudian Zev masuk ke dalam ruangan Jeslyn di rawat, ibunya terlihat sudah membuka mata dan hal yang Jeslyn lihat adalah keberadaan Zev yang datang menghampiri.“Dimana Mia?”Lagi-lagi Mia yang di pertanyakan. Zev tidak bisa menjawab jujur mengenai kondisi Mia yang sekarang, Jeslyn hampir meregang nyawa karena kondisinya yang
Mia kembali tiba di kediaman Zev, tapi sayangnya Mia tidak ingat jika ia pernah datang ke rumah tersebut. Sapaan dari pengurus rumah menyambut kedatangan Mia dengan ramah, bahkan kelewat ramah sampai Mia mendapat tundukan kepala dari ketua pelayan tersebut.Mia menoleh ke belakang di mana Zev masih mendorong kursi rodanya, tatapan Mia seolah mengisyaratkan agar Zev berbicara sesuatu kenapa orang tadi memberikannya hormat.Sejak perjalanan dari Colorado ke Los Angeles, Zev tidak banyak berbicara, hanya satu dua patah kata saja yang lelaki itu berikan. Mia semakin di buat bingung, benarkan Zev suaminya atau bukan.Zev membuka kamar di lantai satu yang juga pernah Mia tinggali, beberapa pakaian milik Mia masih ada di dalam lemari, kamar tersebut tidak ada yang berubah sejak Mia tinggalkan.Tanpa permisi Zev mengangkat tubuh Mia dari kursi roda ke tempat tidur.“Apa tidak ada yang ingin kamu katakan padaku?” tanya Mia, sebelah
Tak terasa sudah satu minggu telah berlalu, Zev memperlakukan Mia sama seperti sebelumnya, sangat spesial tapi belum berani menyentuh Mia seperti apa yang di lakukan oleh sepasang suami istri pada umumnya.Hari ini, Jeslyn sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Zev dan Mia datang ke rumah sakit untuk mengantar Jeslyn pulang.“Mia. Aku senang kamu datang meski beberapa hari lalu aku sama sekali tidak melihatmu, aku sempat cemas Zev tidak memperlakukanmu dengan baik.” kata Jeslyn, Mia tersenyum canggung, pasalnya beberapa hari yang lalu Mia sedang dalam kondisi belum mempercayai Zev, termasuk apa yang Zev katakan mengenai kondisi Jeslyn.“Untuk sementara ibu akan tinggal denganku, aku akan pastikan semua kebutuhan ibu tercukupi.” Zev mendorong kursi roda Jeslyn menuju parkiran rumah sakit di mana mobil Zev terparkir di sana.“Apa yang Zev katakan benar, sebaiknya ibu tinggal di rumah Zev.” tambah Mia.
Ke esokan harinya Zev telah pergi ke Seattle seperti yang lelaki itu katakan. Mia mendapat pesan dari Linda jika akan datang bersama Allexin. Mia sangat bersemangat menyambut ke datangan kedua sahabatnya.Mia mengirimkan alamat yang ia dapat dari Smith untuk lokasi rumah Zev. Kemungkinan Linda dan Allexin akan datang saat sore atau malam hari.Untuk sesaat Mia merasakan kosong karena Zev telah pergi selama kurang lebih tiga hari di Seattle untuk mengurus pekerjaan, dan selama itu Mia punya kesempatan untuk bermain dengan kedua sahabatnya. Namun, Mia masih belum sepenuhnya melupakan apa yang terjadi dengannya dan Zev kemarin sore.Bayangan saat berada di gereja sama persis dengan video yang Zev tunjukkan pada Allexin. Terlebih kalimat yang Zev katakan kemarin terasa sangat nyata dan pernah Mia dengarkan sebelumnya.Jantung Mia kembali berdebar-debar saat mengingat kalimat Zev, wajah Mia bersemu hangat dengan kalimat Zev. Pikiran Mia buyar karena sebu
Linda dan Allexin hanya menginap satu malam, ke esokan harinya adik kakak itu pun kembali ke Colorado. Mia masih belum merasa puas bersama kedua sahabatnya, tapi Mia juga tidak bisa menahan Linda dan Allexin untuk menetap lebih lama lagi. Mia keluar dari rumah, gerakannya itu tentu saja langsung di cegat oleh penjaga di rumah Zev. Mia menghela nafas pasrah, ia tidak bisa keluar dari rumah itu sampai Zev pulang dan mengijinkannya. Sore hari terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Mia tidak begitu penasaran dengan siapa yang datang, ia tetap berada di kamar sambil bermain ponsel. Sangat jarang Mia bisa bersantai seperti ini, jadi apa salahnya menikmati hari santainya tanpa bekerja? Ceklek.!Tanpa menoleh, Mia sudah menebak siapa yang datang. Berpura-pura tak peduli, ponsel Mia langsung di rebut oleh Zev membuat gadis itu spontan langsung berbalik merebut ponsel yang kini ada di tangan Zev. “Kembalikan.” ucap Mia bernada peringat
Apa yang Zev katakan benar-benar terjadi. Kini Mia sudah memakai gaun cantik berwarna putih tulang dengan taburan pernak pernik seperti berlian, atau mungkin memang berlian? Entahlah.Kejadian ini terasa dejavu, Mia merasa seperti pernah merasakannya tapi benar-benar tidak ingat kapan kejadian itu pernah ia alami. Pintu kamar di buka. Sosok Zev dengan balutan tuksedo hitam membalut tubuh kekar lelaki itu di baliknya.Demi apapun, Zeveran sangat tampan. Sepertinya Mia yang sangat beruntung bisa mendapatkan sosok Zev sebagai suaminya. Tapi Mia merasa kesal saat menyadari Zev masih menyita ponselnya sejak kemarin.“Sahabatku harus tau aku menikah, tapi kenapa kau mengambil ponselku!”“Sahabat? Pernikahan pertama kita juga kau berkata seperti ini. Tapi aku tidak mau menunggu, sahabatmu ada di Colorado, butuh waktu setidaknya sekitar sembilan jam untuk tiba di sini. Aku tidak mau menunda pernikahan kedua kita yang sebentar lagi akan di
Bagi orang tua yang menyaksikan tumbuh kembang putra dan putrinya dengan sehat adalah suatu kebanggan tersendiri. Waktu terasa berlalu begitu cepat, seandainya jika dulu Mia tidak bertemu dengan Zev dan membuat masalah dengan lelaki itu, mungkin kehidupannya sekarang tidak seperti ini.Tidak ada yang tau takdi yang menanti di depan sana dan dengan cara apa orang menghampiri masa depannya.Kini, sudah sepuluh tahun usia pernikahan Mia dengan Zev, lelaki yang dulunya adalah seorang boss di tempat kerja Mia, tak menyangka menjadi suaminya sampai sekarang.“Aku tidak mengerti kenapa kali ini istri kita mengandung bersamaan.” ucap Zev ketika melihat Nelvan yang menggandeng tangan istrinya yang juga sedang mengandung.“Dan aku juga baru tau rasanya menjadi ayah yang harus mengalami morning sickness yang mengerikan.” setelah mengatakan itu Nelvan melepaskan tangannya dari Linda untuk bergegas mencari toilet terdekat, Zev terkekeh namun ia pun tak lama me
Pagi hari yang indah, seindah saat mata terbuka langsung di suguhkan pemandangan paling sempurna yang pernah Mia dapatkan dalam hidupnya. Yaitu sosok laki-laki tampan yang masih terlelap dalam tidurnya, lelaki yang sudah menjadikannya sebagai seorang istri hingga usia pernikahan mereka menginjak angka sembilan tahun.Sudah berlalu sangat lama, tapi Mia masih ingat pertemuan pertamanya dengan Zev meski ia sempat melupakan hal itu. Namun kini, Mia tidak akan melupakan momen tersebut.Dirinya hanyalah seorang karyawan yang beruntung, pekerjaan yang Mia lakukan tidak pernah membuat Mia berpikir bisa mendapat seorang boss sebagai suaminya, terlebih boss itu dari tempatnya bekerja.Lebih tidak menyangka lagi, Mia memukuli Zev di pertemuan pertama, tak tau jika orang yang ia pukuli kala itu adalah pemilik tempatnya bekerja. Takdir menyusun rangkaian pertemuannya dengan Zev dengan cara yang unik, tak ada cinta saat pernikahan, namun semakin lama
Dua hari kemudian, Zev dan Mia sudah mengemasi barang mereka untuk persiapan liburan. Dua hari ini Zia dan Zeus tinggal di rumah Danis sampai kondisi kaki Danis bisa di gunakan berjalan seperti biasa walau masih sedikit pincang.Suara keributan si kembar yang baru pulang terdengar, Mia dan Zev menarik koper membuat kedua anak mereka melihat heran.“Mom dan Dad mau pergi kemana?” tanya Zeus.“Kami akan pergi beberapa hari, untuk sementara kalian tinggal dengan Grandma, ya? Dad akan mengantar kalian ke rumah Grandma hari ini sampai mom dan Dad pulang, kalian harus bersikap baik dengan Grandma, mengerti?” ucap Zev.Zeus dan Zia tidak berkomentar, mereka mengikut saat di antar ke rumah Jeslyn, setelahnya Zev dan Mia langsung menuju ke bandara.Penerbangan di lewati selama belasan jam di udara, Zev menatap Mia dari samping saat Mia melihat ke luar jendela pesawat, sudah sembilan tahun ia dan Mia memperta
“Kenapa tidak ikut dengan yang lain?” tanya Danis, Zia yang sejak tadi diam kini menoleh ke arah Danis kemudian menggeleng. Danis menghembuskan nafas, “Aku tidak apa-apa, sungguh, ini hanya luka kecil, kamu bergabunglah dengan yang lain.” katanya, namun Zia tetap menggeleng, tubuhnya duduk tegak.Dua hal yang Zia rasakan sekarang adalah rasa bersalah dan perasaan senang karena Danis mau berbicara padanya tanpa harus ia bujuk lebih dulu, namun karena itulah Zia tegang, Danis tak pernah seramah ini sebelumnya, apa luka di kakinya juga memperngaruhi kepalanya?Danis mengukir tipis senyumnya, “Kamu tidak terluka , ‘kan?” tanya nya.“Tidak, tapi karena aku kamu sekarang tidak bisa jalan. Lihatlah kakimu yang membengkak ini, aku akan menemanimu di sini.”“Kau tidak tertarik dengan pemilihan kostum halloween terbaik tahun ini?” tanya Danis.Zia menggeleng, “A
Hari hantu atau kerap kali di sebut perayaan halloween telah di lakukan, di mana-mana orang menyiapkan hal apa saja yang di butuhkan dalam perayaan tersebut, dan yang paling penting dari perayaan itu adalah kostum, baik ana-anak maupun orang dewasa mengenakannya.Mia menemani Zeus dan Zia pergi sekolah, ada pemilihan kostum terbaik dalam perayaan halloween setiap tahun yang di adakan, para orang tua siswa lain juga ikut melihat perayaan sehingga di sekolah tempat Zeus dan Zia menempuh pendidikan kini sangat ramai.Berbagai kostum unik dan mengerikan di pakai, riasan wajah yang mengerikan di gambar di wajah anak-anak yang akan mengikuti pemilihan. Zia dengan tongkat sihirnya dan juga topi kerucut bengkok, Mia menambahkan riasan di wajah anak-anaknya sesuai dengan tema pakaian yang si kembar pakai.Zia mengganti sapunya menjadi tongkat, bajunya yang semula kebesaran sudah di buat sesuai ukuran tubuh gadis itu. Sementara Zeus kini sedang pamer jub
Zev menuju ke lokasi yang di sebutkan Gracila, tidak begitu jauh dari gedung yang Zev datangi sehingga hanya butuh beberapa menit saja sampai ia melihat keberadaan Gracila bersama Celine.Jauh di luar pikiran Zev, ia pikir Gracila akan menyakiti Celine, namun ternyata Gracila justru bermain dengan Celine layaknya ibu dan anak sembari menikmati udara sore hari. Ada kehangatan yang menghampiri hati Zev melihat Celine bahagia.Zev memang bukan ayah Celine, namun Zev tau pengorbanan Cameron untuk membesarkan Celine dari sifat Gracila yang keras kepala, Gracila bahkan sempat tidak mengakui Celine sebagai putrinya sendiri.Tapi sekarang, dengan mata kepala Zev sendiri ia melihat Gracila bersikap seperti layaknya seorang ibu pada putrinya, hal yang sangat sulit di percaya, namun tawa Celine tidak bisa berbohong. Gadis kecil itu tertawa lebar bermain dengan Gracila, kebahagiaan terpancar di wajah putri Cameron.Zev tidak langsung menghampiri, diam
Masih berada di daerah peternakan, Zeus dan Zia mengikuti kakek Ben untuk memanen jagung, terlihat kebahagiaan si kembar ketika mereka mengumpulkan jagung yang sudah di pisah dari batangnya ke dalam gerobak.Mia dan Zev juga tidak mau mengalah, Ma ikut dengan istri kakek Ben untuk mencabut wortel dan mengambil beberapa bunga kol.“Sudah berapa lama kamu dan Zev menikah?” tanya Nenek Trisa sembari memasukkan wortel yang baru di cabut ke dalam keranjang.“Sudah sekitar sembilan tahun. Bibi dan paman Ben kenapa tidak pernah menemui kami sebelumnya? Jika Zev tidak mengatakan kalau paman Ben adalah kakak dari ibu Zev, aku tidak akan tau jika ada keluarga Zev juga yang tinggal di sini.”Nenek Trisa hanya tersenyum tipis. “Bibi, selain bibi dan pman Ben, apa Bibi punya anak yang menemani bibi tinggal di sini?” tanya Mia penasaran, pasalnya ia hanya melihat kakek Ben dan istrinya, lalu dua orang penj
Ke esokan hari Zev membawa kedua anaknya di tempat yang cukup jauh dari kota, ladang luas menjadi pemandangan utama, Zia dan Zeus melihat keluar dari kaca jendela sembari bergumam takjub.“Dad, Dad! Apa yang kita lakukan di tempat ini?” tanya Zia.“Zia benar, apa yang kita lakukan di sini? Kenapa kita tidak menyiapkan acara halloween untuk besok?”“Kita juga sedang menyiapkan acara halloween, tapi dengan cara sedikit berbeda.” Zev kemudian memberhentikan mobil di depan sebuah rumah kayu bertingkat dua, seorang berambut putih terlihat cukup tua berjalan menghampiri.Zeus dan Zia turun dari mobil, mereka melihat beberapa hewan berada di balik pagar pembatas, ada dua kuda, ayam, ada pula domba dan juga sapi. Zeus melihat Zev yang tengah berbicara pada pria tua yang menyapa, kemudian Zev memanggil.“Zeus, Zia! Ayo!”Si kembar berlari mengikuti langkah Zev yang berjalan ke ba
“Zia.” panggil Zeus sembari mengampiri sang adik kembar, terlihat Zia duduk membelakangi Zeus sambil memegang buku, membacanya dalam posisi berbaring di atas tempat tidur, telinganya di sumpal oleh benda yang terhubung dengan Mp3.Zeus menepuk kaki Zia, gadis itu terlonjak kaget sampai berteriak, nyaris saja Zeus terkena timpukan buku yang Zia pegang.“Kenapa kau mengagetkanku, ZEUS!”“Kau yang tidak mendengar panggilanku.”Zia melepaskan earphone, menyimpannya di atas meja. “Kenapa menemuiku? Aku sedang tidak berbicara denganmu.” ketus Zia. Namun Zeus berbaring di samping Zia, menatap langit-langit kamar sembari kedua tangannya di silangkan untuk bantal kepala.“Aku tidak melakukan kesalahan, kenapa kamu marah denganku?”Zia mendengus, “Kamu sama saja dengan Danis, selalu memihak Celine. Aku ini adikmu, tidakkah kau mau membantuku menjauhkan mereka?&rd