Mia kembali tiba di kediaman Zev, tapi sayangnya Mia tidak ingat jika ia pernah datang ke rumah tersebut. Sapaan dari pengurus rumah menyambut kedatangan Mia dengan ramah, bahkan kelewat ramah sampai Mia mendapat tundukan kepala dari ketua pelayan tersebut.
Mia menoleh ke belakang di mana Zev masih mendorong kursi rodanya, tatapan Mia seolah mengisyaratkan agar Zev berbicara sesuatu kenapa orang tadi memberikannya hormat.
Sejak perjalanan dari Colorado ke Los Angeles, Zev tidak banyak berbicara, hanya satu dua patah kata saja yang lelaki itu berikan. Mia semakin di buat bingung, benarkan Zev suaminya atau bukan.
Zev membuka kamar di lantai satu yang juga pernah Mia tinggali, beberapa pakaian milik Mia masih ada di dalam lemari, kamar tersebut tidak ada yang berubah sejak Mia tinggalkan.
Tanpa permisi Zev mengangkat tubuh Mia dari kursi roda ke tempat tidur.
“Apa tidak ada yang ingin kamu katakan padaku?” tanya Mia, sebelah
Tak terasa sudah satu minggu telah berlalu, Zev memperlakukan Mia sama seperti sebelumnya, sangat spesial tapi belum berani menyentuh Mia seperti apa yang di lakukan oleh sepasang suami istri pada umumnya.Hari ini, Jeslyn sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Zev dan Mia datang ke rumah sakit untuk mengantar Jeslyn pulang.“Mia. Aku senang kamu datang meski beberapa hari lalu aku sama sekali tidak melihatmu, aku sempat cemas Zev tidak memperlakukanmu dengan baik.” kata Jeslyn, Mia tersenyum canggung, pasalnya beberapa hari yang lalu Mia sedang dalam kondisi belum mempercayai Zev, termasuk apa yang Zev katakan mengenai kondisi Jeslyn.“Untuk sementara ibu akan tinggal denganku, aku akan pastikan semua kebutuhan ibu tercukupi.” Zev mendorong kursi roda Jeslyn menuju parkiran rumah sakit di mana mobil Zev terparkir di sana.“Apa yang Zev katakan benar, sebaiknya ibu tinggal di rumah Zev.” tambah Mia.
Ke esokan harinya Zev telah pergi ke Seattle seperti yang lelaki itu katakan. Mia mendapat pesan dari Linda jika akan datang bersama Allexin. Mia sangat bersemangat menyambut ke datangan kedua sahabatnya.Mia mengirimkan alamat yang ia dapat dari Smith untuk lokasi rumah Zev. Kemungkinan Linda dan Allexin akan datang saat sore atau malam hari.Untuk sesaat Mia merasakan kosong karena Zev telah pergi selama kurang lebih tiga hari di Seattle untuk mengurus pekerjaan, dan selama itu Mia punya kesempatan untuk bermain dengan kedua sahabatnya. Namun, Mia masih belum sepenuhnya melupakan apa yang terjadi dengannya dan Zev kemarin sore.Bayangan saat berada di gereja sama persis dengan video yang Zev tunjukkan pada Allexin. Terlebih kalimat yang Zev katakan kemarin terasa sangat nyata dan pernah Mia dengarkan sebelumnya.Jantung Mia kembali berdebar-debar saat mengingat kalimat Zev, wajah Mia bersemu hangat dengan kalimat Zev. Pikiran Mia buyar karena sebu
Linda dan Allexin hanya menginap satu malam, ke esokan harinya adik kakak itu pun kembali ke Colorado. Mia masih belum merasa puas bersama kedua sahabatnya, tapi Mia juga tidak bisa menahan Linda dan Allexin untuk menetap lebih lama lagi. Mia keluar dari rumah, gerakannya itu tentu saja langsung di cegat oleh penjaga di rumah Zev. Mia menghela nafas pasrah, ia tidak bisa keluar dari rumah itu sampai Zev pulang dan mengijinkannya. Sore hari terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Mia tidak begitu penasaran dengan siapa yang datang, ia tetap berada di kamar sambil bermain ponsel. Sangat jarang Mia bisa bersantai seperti ini, jadi apa salahnya menikmati hari santainya tanpa bekerja? Ceklek.!Tanpa menoleh, Mia sudah menebak siapa yang datang. Berpura-pura tak peduli, ponsel Mia langsung di rebut oleh Zev membuat gadis itu spontan langsung berbalik merebut ponsel yang kini ada di tangan Zev. “Kembalikan.” ucap Mia bernada peringat
Apa yang Zev katakan benar-benar terjadi. Kini Mia sudah memakai gaun cantik berwarna putih tulang dengan taburan pernak pernik seperti berlian, atau mungkin memang berlian? Entahlah.Kejadian ini terasa dejavu, Mia merasa seperti pernah merasakannya tapi benar-benar tidak ingat kapan kejadian itu pernah ia alami. Pintu kamar di buka. Sosok Zev dengan balutan tuksedo hitam membalut tubuh kekar lelaki itu di baliknya.Demi apapun, Zeveran sangat tampan. Sepertinya Mia yang sangat beruntung bisa mendapatkan sosok Zev sebagai suaminya. Tapi Mia merasa kesal saat menyadari Zev masih menyita ponselnya sejak kemarin.“Sahabatku harus tau aku menikah, tapi kenapa kau mengambil ponselku!”“Sahabat? Pernikahan pertama kita juga kau berkata seperti ini. Tapi aku tidak mau menunggu, sahabatmu ada di Colorado, butuh waktu setidaknya sekitar sembilan jam untuk tiba di sini. Aku tidak mau menunda pernikahan kedua kita yang sebentar lagi akan di
Mia melihat Zev menyuruh orang-orangnya untuk mengisi lemari Mia dengan baju-baju baru. Beberapa orang masuk bergantian untuk merapikan baju yang datang dan ada yang memasukkan ke lemari, bukan hanya sekedar pakaian, tapi juga pernak pernik yang lain seperti tas dan perhiasan, lengkap dengan sepatu yang seukuran dengan kaki Mia. Mia tidak tau darimana Zev tau ukuran kakinya yang bahkan tidak pernah Mia bicarakan pada Zev. “Kau membeli semua ini untukku?” Mia bertanya setelah kamar kosong dan hanya tersisa ia dan Zev di kamar itu. “Lalu siapa yang aku belikan semua barang ini jika bukan untukmu?” Zev tersenyum lembut, membuktikan jika Zev bukanlah tipe pria kejam yang sering Mia dengar dari kehiduapan lelaki bernama Nelvano Xander, lelaki yang tak lain adalah boss Linda saat ini. Zev mendekat, Mia yang tidak terbiasa dengan kedekatan berjarak minim membuatnya spontan menghindari Zev. “Aku tau kau sudah menikahiku, tapi aku harap kau tidak memaksaku unt
Tiga hari berlalu, selama itu Zev menghindari untuk menjahili Mia atau ia benar-benar kehilangan kendali untuk menerkam Mia saat itu juga. Sejak kejadian pagi hari beberapa hari yang lalu, Zev tadinya tidak tertarik untuk menyentuh Mia kini telah berubah. Zev sangat menantikan kapan Mia memberinya ijin untuk menikmati apa yang harusnya Zev miliki sejak awal pernikahan mereka.Selama tiga hari itu pula Zev menghabiskan banyak waktu ke kantor, sesekali menjenguk Jeslyn yang kondinsinya semakin membaik. Ketika pulang pun Zev enggan menyapa Mia, Zev lebih memilih mengalihkan pandangan. Bukan ia membenci Mia, tapi ketika menatap wajah Mia saja telah berhasil membuat Zev panas, lalu apa jadinya jika Zev lebih banyak dekat dengan Mia?Zev tidak ingin memaksa, biarkan Mia menentukan kapan gadis itu bersedia. Maka dengan begitu Zev bisa merasakan kenikmatan yang seharusnya tanpa merasa bersalah.Kamar bernuansa hitam dan putih yang terkesan maskulin, kamar
Kegilaan yang menyakitkan tapi juga menyenangkan. Namun dari kegiatan gila yang menyenangkan itu telah berhasil membuat tubuh Mia rasanya di remuk, tak ada bagian yang terasa nyaman, semuanya sakit termasuk di bagian antara pangkal pahanya.Bayangan semalam terlintas di otak kecil Mia, jantungnya seperti akan lepas dari posisi karena terlalu cepat berdetak. Menyaksikan Zev yang mengusainya selama hampir satu jam penuh di kali pertama percobaan. Bukankah itu hal yang gila? Tapi juga menyenangkan, minusnya ada rasa sakit yang harus Mia rasakan.Tidak ada darah kesucian yang tumpah, Mia takut Zev meragukan kesuciannya karena tak ada darah yang terlihat saat melakukan hubungan dewasa. Mia sering mendengar jika pertama kali melakukan hubungan dewasa akan ada selaput yang di robek dan mengeluarkan darah, tapi ini ... Mia tidak melihat darah setetes pun yang ia keluarkan.Ada rasa bersalah, tapi sumpah demi apapun jika Mia belum pernah di sentuh oleh pria.&ldqu
Chapter 19. Marah +1Pembohong. Satu kata yang terlintas di pikiran Mia mengenai Zev sekarang ini. Lelaki itu bilang akan pulang sebelum larut malam tapi saat Mia bangun ke esokan paginya Zev masih juga belum pulang. Ponsel Zev juga tidak aktif.Bisa-bisanya lelaki itu meninggalkannya setelah percintaan panas mereka kemarin malam. Berjanji akan sebentar tapi ini sudah hampir dua hari Zev tidak pulang, sungguh sangat menyebalkan.“Awas saja jika kau pulang. Aku benar-benar akan membalasmu.” Mia berjanji pada diri sendiri, sekarang sudah cukup sore dan Zev masih juga belum kelihatan akan pulang.“Smith!” panggil Mia pada pengurus rumah tangga atau bisa di sebut kepala pelayan.Lelaki yang sudah beruban itu mendekati Mia. “Ada yang bisa saya bantu, Nona?” tanya Smith sopan.“Kapan Zeveran akan pulang?” tanya Mia yang sudah tidak sabar ingin menghajar Zev.Smith menggeleng pelan. “Maaf
Bagi orang tua yang menyaksikan tumbuh kembang putra dan putrinya dengan sehat adalah suatu kebanggan tersendiri. Waktu terasa berlalu begitu cepat, seandainya jika dulu Mia tidak bertemu dengan Zev dan membuat masalah dengan lelaki itu, mungkin kehidupannya sekarang tidak seperti ini.Tidak ada yang tau takdi yang menanti di depan sana dan dengan cara apa orang menghampiri masa depannya.Kini, sudah sepuluh tahun usia pernikahan Mia dengan Zev, lelaki yang dulunya adalah seorang boss di tempat kerja Mia, tak menyangka menjadi suaminya sampai sekarang.“Aku tidak mengerti kenapa kali ini istri kita mengandung bersamaan.” ucap Zev ketika melihat Nelvan yang menggandeng tangan istrinya yang juga sedang mengandung.“Dan aku juga baru tau rasanya menjadi ayah yang harus mengalami morning sickness yang mengerikan.” setelah mengatakan itu Nelvan melepaskan tangannya dari Linda untuk bergegas mencari toilet terdekat, Zev terkekeh namun ia pun tak lama me
Pagi hari yang indah, seindah saat mata terbuka langsung di suguhkan pemandangan paling sempurna yang pernah Mia dapatkan dalam hidupnya. Yaitu sosok laki-laki tampan yang masih terlelap dalam tidurnya, lelaki yang sudah menjadikannya sebagai seorang istri hingga usia pernikahan mereka menginjak angka sembilan tahun.Sudah berlalu sangat lama, tapi Mia masih ingat pertemuan pertamanya dengan Zev meski ia sempat melupakan hal itu. Namun kini, Mia tidak akan melupakan momen tersebut.Dirinya hanyalah seorang karyawan yang beruntung, pekerjaan yang Mia lakukan tidak pernah membuat Mia berpikir bisa mendapat seorang boss sebagai suaminya, terlebih boss itu dari tempatnya bekerja.Lebih tidak menyangka lagi, Mia memukuli Zev di pertemuan pertama, tak tau jika orang yang ia pukuli kala itu adalah pemilik tempatnya bekerja. Takdir menyusun rangkaian pertemuannya dengan Zev dengan cara yang unik, tak ada cinta saat pernikahan, namun semakin lama
Dua hari kemudian, Zev dan Mia sudah mengemasi barang mereka untuk persiapan liburan. Dua hari ini Zia dan Zeus tinggal di rumah Danis sampai kondisi kaki Danis bisa di gunakan berjalan seperti biasa walau masih sedikit pincang.Suara keributan si kembar yang baru pulang terdengar, Mia dan Zev menarik koper membuat kedua anak mereka melihat heran.“Mom dan Dad mau pergi kemana?” tanya Zeus.“Kami akan pergi beberapa hari, untuk sementara kalian tinggal dengan Grandma, ya? Dad akan mengantar kalian ke rumah Grandma hari ini sampai mom dan Dad pulang, kalian harus bersikap baik dengan Grandma, mengerti?” ucap Zev.Zeus dan Zia tidak berkomentar, mereka mengikut saat di antar ke rumah Jeslyn, setelahnya Zev dan Mia langsung menuju ke bandara.Penerbangan di lewati selama belasan jam di udara, Zev menatap Mia dari samping saat Mia melihat ke luar jendela pesawat, sudah sembilan tahun ia dan Mia memperta
“Kenapa tidak ikut dengan yang lain?” tanya Danis, Zia yang sejak tadi diam kini menoleh ke arah Danis kemudian menggeleng. Danis menghembuskan nafas, “Aku tidak apa-apa, sungguh, ini hanya luka kecil, kamu bergabunglah dengan yang lain.” katanya, namun Zia tetap menggeleng, tubuhnya duduk tegak.Dua hal yang Zia rasakan sekarang adalah rasa bersalah dan perasaan senang karena Danis mau berbicara padanya tanpa harus ia bujuk lebih dulu, namun karena itulah Zia tegang, Danis tak pernah seramah ini sebelumnya, apa luka di kakinya juga memperngaruhi kepalanya?Danis mengukir tipis senyumnya, “Kamu tidak terluka , ‘kan?” tanya nya.“Tidak, tapi karena aku kamu sekarang tidak bisa jalan. Lihatlah kakimu yang membengkak ini, aku akan menemanimu di sini.”“Kau tidak tertarik dengan pemilihan kostum halloween terbaik tahun ini?” tanya Danis.Zia menggeleng, “A
Hari hantu atau kerap kali di sebut perayaan halloween telah di lakukan, di mana-mana orang menyiapkan hal apa saja yang di butuhkan dalam perayaan tersebut, dan yang paling penting dari perayaan itu adalah kostum, baik ana-anak maupun orang dewasa mengenakannya.Mia menemani Zeus dan Zia pergi sekolah, ada pemilihan kostum terbaik dalam perayaan halloween setiap tahun yang di adakan, para orang tua siswa lain juga ikut melihat perayaan sehingga di sekolah tempat Zeus dan Zia menempuh pendidikan kini sangat ramai.Berbagai kostum unik dan mengerikan di pakai, riasan wajah yang mengerikan di gambar di wajah anak-anak yang akan mengikuti pemilihan. Zia dengan tongkat sihirnya dan juga topi kerucut bengkok, Mia menambahkan riasan di wajah anak-anaknya sesuai dengan tema pakaian yang si kembar pakai.Zia mengganti sapunya menjadi tongkat, bajunya yang semula kebesaran sudah di buat sesuai ukuran tubuh gadis itu. Sementara Zeus kini sedang pamer jub
Zev menuju ke lokasi yang di sebutkan Gracila, tidak begitu jauh dari gedung yang Zev datangi sehingga hanya butuh beberapa menit saja sampai ia melihat keberadaan Gracila bersama Celine.Jauh di luar pikiran Zev, ia pikir Gracila akan menyakiti Celine, namun ternyata Gracila justru bermain dengan Celine layaknya ibu dan anak sembari menikmati udara sore hari. Ada kehangatan yang menghampiri hati Zev melihat Celine bahagia.Zev memang bukan ayah Celine, namun Zev tau pengorbanan Cameron untuk membesarkan Celine dari sifat Gracila yang keras kepala, Gracila bahkan sempat tidak mengakui Celine sebagai putrinya sendiri.Tapi sekarang, dengan mata kepala Zev sendiri ia melihat Gracila bersikap seperti layaknya seorang ibu pada putrinya, hal yang sangat sulit di percaya, namun tawa Celine tidak bisa berbohong. Gadis kecil itu tertawa lebar bermain dengan Gracila, kebahagiaan terpancar di wajah putri Cameron.Zev tidak langsung menghampiri, diam
Masih berada di daerah peternakan, Zeus dan Zia mengikuti kakek Ben untuk memanen jagung, terlihat kebahagiaan si kembar ketika mereka mengumpulkan jagung yang sudah di pisah dari batangnya ke dalam gerobak.Mia dan Zev juga tidak mau mengalah, Ma ikut dengan istri kakek Ben untuk mencabut wortel dan mengambil beberapa bunga kol.“Sudah berapa lama kamu dan Zev menikah?” tanya Nenek Trisa sembari memasukkan wortel yang baru di cabut ke dalam keranjang.“Sudah sekitar sembilan tahun. Bibi dan paman Ben kenapa tidak pernah menemui kami sebelumnya? Jika Zev tidak mengatakan kalau paman Ben adalah kakak dari ibu Zev, aku tidak akan tau jika ada keluarga Zev juga yang tinggal di sini.”Nenek Trisa hanya tersenyum tipis. “Bibi, selain bibi dan pman Ben, apa Bibi punya anak yang menemani bibi tinggal di sini?” tanya Mia penasaran, pasalnya ia hanya melihat kakek Ben dan istrinya, lalu dua orang penj
Ke esokan hari Zev membawa kedua anaknya di tempat yang cukup jauh dari kota, ladang luas menjadi pemandangan utama, Zia dan Zeus melihat keluar dari kaca jendela sembari bergumam takjub.“Dad, Dad! Apa yang kita lakukan di tempat ini?” tanya Zia.“Zia benar, apa yang kita lakukan di sini? Kenapa kita tidak menyiapkan acara halloween untuk besok?”“Kita juga sedang menyiapkan acara halloween, tapi dengan cara sedikit berbeda.” Zev kemudian memberhentikan mobil di depan sebuah rumah kayu bertingkat dua, seorang berambut putih terlihat cukup tua berjalan menghampiri.Zeus dan Zia turun dari mobil, mereka melihat beberapa hewan berada di balik pagar pembatas, ada dua kuda, ayam, ada pula domba dan juga sapi. Zeus melihat Zev yang tengah berbicara pada pria tua yang menyapa, kemudian Zev memanggil.“Zeus, Zia! Ayo!”Si kembar berlari mengikuti langkah Zev yang berjalan ke ba
“Zia.” panggil Zeus sembari mengampiri sang adik kembar, terlihat Zia duduk membelakangi Zeus sambil memegang buku, membacanya dalam posisi berbaring di atas tempat tidur, telinganya di sumpal oleh benda yang terhubung dengan Mp3.Zeus menepuk kaki Zia, gadis itu terlonjak kaget sampai berteriak, nyaris saja Zeus terkena timpukan buku yang Zia pegang.“Kenapa kau mengagetkanku, ZEUS!”“Kau yang tidak mendengar panggilanku.”Zia melepaskan earphone, menyimpannya di atas meja. “Kenapa menemuiku? Aku sedang tidak berbicara denganmu.” ketus Zia. Namun Zeus berbaring di samping Zia, menatap langit-langit kamar sembari kedua tangannya di silangkan untuk bantal kepala.“Aku tidak melakukan kesalahan, kenapa kamu marah denganku?”Zia mendengus, “Kamu sama saja dengan Danis, selalu memihak Celine. Aku ini adikmu, tidakkah kau mau membantuku menjauhkan mereka?&rd