Selesai makan malam yang di hidangkan oleh koki di rumah Zev, Mia menyantap makanan sampai perutnya kenyang, masakan koki di rumah Zev masih tidak sebaik masakan yang di buat sahabatnya, Linda.
Zev berdiri, lelaki itu menuju kamar. Mia meneguk air mineral sebelum menyusul Zev.
“Apa aku boleh pulang?” tanya nya.
Zev yang baru saja mengambil jaket dari dalam lemari menoleh ke arah Mia. “Pulang? Ini rumahmu, kau ingin pulang kemana?” tanya Zev balik.
Terdiam. Ada benarnya, selain itu rumah Mia dan rumah Zev sangat jauh. Mia juga berpisah dengan Linda hanya demi bisa mendapatkan pekerjaan di daerah Los Angeles - California. Benar-benar demi pekerja Mia harus bekerja sejauh itu dari tempat tinggalnya.
Zev menghampiri setelah memakai jaketnya. “Kamu istirahat saja di sini dan jangan sampai kau berani berusaha kabur. Aku akan kembali ke rumah sakit untuk memastikan keadaan ibu.”
“Sebenarnya apa alasanmu bersikeras untuk menikahiku?”
Langkah kaki Zev berhenti. Ia berbalik melihat Mia yang sedang menunggu jawaban dari Zev.
“Tidak ada alasan khusus, aku hanya ingin kau yang menjadi istriku.”
“Tapi kita bahkan baru bertemu tadi pagi.” Sahut Mia.
Zev merendahkan bahu, membuang nafas sejenak lalu menghampiri Mia lagi. Gadis yang hanya sebatas dadanya itu mendongak, Mia berkedip beberapa kali, masih menunggu Zev berkata dengan jujur.
Kedua mata mereka saling menatap, Zev yang bermata biru dan Mia yang bermata coklat. “Kamu tau keadaan ibuku tadi?” bukannya menjawab, Zev malah memberikan pertanyaan.
Mia pun mengangangguk.
“Ini permintaan darinya. Aku tidak mau dia semakin sakit hanya karena mendengar aku tidak mau menikah. Penyakitnya akan semakin memburuk, bahkan nyawanya akan ikut terancam jika kamu memberitahunya kalau aku baru bertemu denganmu tadi pagi dan langsung membuatmu menjadi istriku.”
“Jadi ini bukan karena aku memukulimu tadi?”
Zev menggeleng. “Mungkin itu salah satu bagian kenapa aku memilihmu untuk menjadi istriku. Kau mungkin baru mengenalku dan begitupun juga aku, tapi bukan berarti dua orang asing tidak bisa bersatu dalam hubungan pernikahan ‘kan?”
“Aku masih tidak mengerti kenapa harus aku yang kamu kamu pilih di saat masih banyak gadis yang jauh lebih cantik dan pantas untuk kau pilih menjadi istrimu.”
‘Itu hal yang berbeda, kau satu-satunya gadis yang berhasil membuatku tertawa di saat pertemuan pertama.’ Kata Zev dalam hati.
“Sudah aku katakan, tidak ada alasan khusus. Saat itu aku sedang berpikir wanita seperti apa yang akan aku nikahi, lalu kau muncul tanpa aku duga. Mungkin ini yang namanya takdir, kau datang karena takdir ingin aku menjadikanmu istriku.” Kata Zev, ia menyentuh wajah Mia.
“Kamu tetap disini, aku akan kembali besok setelah menjaga ibu.” Zev mendaratkan ciuman di kening Mia sekilas, lelaki itu menatap Mia beberapa detik sebelum benar-benar berjalan pergi meninggalkan Mia yang mematung di kamar tersebut.
____
Sesekali Mia menataap jam yang ada di meja nakas, jam digital tersebut sudah menunjukkan pukul 22:30pm, tapi Mia bahkan tak bisa memejamkan matanya barang semenit untuk tidur.
Ponsel di raih, ponsel yang sudah terisi daya penuh itu menampilkan lock screen dengan wajah seekor panda menggemaskan. Mia menggeser ikon kunci dan mencari nomor Linda.
Sekarang Mia ragu untuk memberi tahu Linda atas pernikahannya dengan Zev yang mendadak ini, terlebih kondisi ibu Zev yang berbahaya jika mengalami kaget sedikit saja. Mia menimang-nimang ingin menghubungi Linda atau tidak.
“Linda, maafkan aku. Aku harus menyembunyikan pernikahanku darimu, tapi aku berjanji akan memberitahumu suatu hari nanti.”
Mia mendekap benda persegi tersebut, jika terjadi sesuatu dengan ibu Zev karena Mia, hal tersebut pasti akan membuat Mia merasa bersalah seumur hidup. Ia berbaring di atas tempat tidur yang nyaman, jauh lebih nyaman berkali lipat dari tempat yang ia sewa di Los Angeles untuk tempat tinggal sementara selama jauh dari Linda.
Sudah tepat tengah malam tapi Mia belum juga bisa memejamkan mata. Ia merasa bersalah karena tidak memberitahu Linda.
Mia tidak lupa akan statusnya dengan Zev sekarang, lelaki yang bari ia temui tadi pagi itu kini telah menjadi suaminya. Mia bingung, dirinya bahkan tidak pernah berpacaran karena sibuk bekerja, lalu tiba-tiba saja Zev muncul dan menjadikannya sebagai istri.
Dulu saat tinggal di panti ia juga sibuk untuk bekerja, setelah keluar dari panti pun Mia juga tetap sibuk bekerja tanpa peduli yang namanya berpacaran, Mia bahkan hanya mengenal satu laki-laki yang sangat dekat dengannya, dia adalah Allexin adik dari Linda. Dua orang yang sudah Mia anggap sebagai saudara.
Tanpa sadar Mia yang sedang berpikir itu terlelap dalam tidurnya.
Ke esokan hari, samar-sama Mia mendengar suara seseorang sedang mengganggu tidurnya. Kedua mata yang terpejam terbuka, sinar matahari telah terlihat dari balik jendela. Mia duduk, merenggangkan tangan sambil menguap.
“Aku dimana?” katanya sembari mengucek mata yang sedikit lengket.
Diam, kedua bola matanya memastikan posisinya sekarang ada di mana. Karena masih dalam kondisi belum sepenuhnya sadar, Mia kembali mengucek matanya hingga pintu terbukan, Zev muncul dari sana.
“Aaaaa.....!” pekik Mia.
Zev terkejut. “Ada apa? Apa kau melihat hantu?” ujar Zev yang kini sedang mencari sumber kenapa Mia berteriak seperti tadi.
“Kau siapa!” Mia menunjuk Zev.
“Aku?” Zev menunjuk dirinya sendiri, “aku suamimu, apa kau lupa setelah bangun dari tidur?” kata Zev.
Mia menurunkan tangan, berkedip beberapa kali sambil mengingat sosok Zev, begitu ia ingat mulutnya terbuka yang langsung di tutup oleh telapak tangan.
“Astaga, dia benar-benar suamiku.” Batin Mia.
Zev geleng-geleng kepala, berjalan ke arah laci meja untuk mengeluarkan sesuatu dari sana.
“Kamu baru pulang? Bagaimana keadaan ibumu?” tanya Mia, kini gadis itu turun dari tempat tidur, beralih duduk di tepi sambil menatap Zev yang sedang membelakanginya.
“Kondisinya sudah lebih baik. Apa kau ingin ikut denganku untuk menemuinya? Saat ibu sadar, hal yang dia cari itu kamu.” Zev lantas berjalan ke arah Mia, memakaikan sebuah kalung silver dengan bandul kristal biru.
Kemudian Zev memastikan cincin pernikahannya dengan Mia masih gadis itu pakai. Zev mengangguk sedangkan Mia di buat heran dengan apa yang Zev lakukan.
“Aku? kenapa dia mencariku?”
“Orang yang sangat ingin melihat aku menikah adalah ibu, dan kau adalah istriku sekarang, kemarin kau tau sendiri apa yang terjadi dengan ibu setelah upacara. Jadi jangan banyak bertanya, pergilah ke kamar mandi lalu bersiap dengan rapih, kita pergi ke rumah sakit setelah kau sarapan.”
Mia mengangguk pelan, ia berdiri ke kamar mandi seperti apa yang Zev katakan, menjadi kucing penurut. Tak lama Mia keluar menghampiri Zev di meja makan setelah membersihkan diri dan berpakaian rapih.
Seorang pelayan menyediakan menu sarapan untuk Mia, tadinya Mia tidak terbiasa dengan perlakukan seperti itu sampai membuat Mia ingin melakukan dan menyiapkan sarapannya sendiri. Namun, Zev mencekal tangan Mia dan melarang Mia untuk melakukan apapun. Akhirnya Mia hanya menghela nafas pasrah.
Selesai sarapan Zev langsung menuju rumah sakit, kini Mia di hadapkan dengan sosok ibu Zev yang juga bermata biru seperti Zev. Kedua bola mata itu menatap Mia, sudut bibir ibu Zev tertarik membentuk senyum.
“Kau cantik sekali.” Pujinya.
Mia berjalan mendekat saat Zev sedikit menepuk bahu Mia dari belakang untuk mengintrupsi. Mia merasa gugup berhadapan langsung dengan ibu Zev yang berbaring sakit, Mia mengambil duduk lalu memegang tangan perempuan bernama Jeslyn yang sudah terurulur seolah ingin menggapai Mia.
“Terima kasih sudah memuji.” Jawab Mia, ia masih merasa sangat canggung.
“Aku senang akhirnya Zev datang membawa istrinya, dia tidak akan menikahimu jika aku tidak memaksanya. Dan akhirnya setelah sekian lama dia menunjukkanmu di depanku sebagai menantuku.”
Mia tersenyum kaku. Ia menoleh ke arah Zev yang tersenyum ringan tanpa beban, berbeda dengan Mia yang menahan kegugupan dan rasa canggungnya.
“Ibu sudah melihatnya ‘kan? Ibu juga sudah memastikan aku mengikatnya dalam hubungan resmi, jadi ibu jangan menuntutku untuk menikah lagi.” Sahut Zev.
Kedua bola mata biru milik Jeslyn melihat Zev. “Kau sudah memiliki istri secantik Mia, lalu apa aku harus menyuruhmu mencari istri yang lain? Tidak, aku rasa Mia sudah cukup untuk menjadi istrimu.” Katanya.
Mia tersenyum tambah canggung, bagaimanapun juga Zev dan Jeslyn masih asing untuknya, tapi dua orang itu kini adalah keluarga Mia. Secara tidak langsung, Jeslyn kini juga adalah ibu Mia setelah menikah dengan Zev.
Jeslyn memegang erat tangan Mia sampai membuat gadis itu menoleh.
“Maaf sudah menggangu malam pangantin kalian. Harusnya Zev menemanimu di malam pertama pernikahan, bukan malah menjagaku di rumah sakit dan meninggalkanmu di rumah sendirian.”
“Malam pertama?” Mia membeo, ia kembali menatap Zev yang malah menaikkan sebelah alis. Lelaki itu mendekati Jeslyn dan berdiri di samping Mia memegang tangan ibu Zev.
“Ibu tenang saja. Masih banyak malam yang akan aku lewati dengan Mia, ibu ingin cucu? Aku akan segera buatkan, tapi ibu harus janji harus sehat.” Kata Zev.
Mia tidak terlalu bodoh dengan apa yang Zev maksud dengan membuat cucu. Mia mendongak menatap Zev, lelaki itu menunduk menatap Mia sambil tersenyum. Tiba-tiba Zev meringis karena kakinya di injak kuat oleh Mia, sedangkan Mia menahan kesal untuk Zev sambil terus menekan kakinya di atas kaki Zev.
____
Bersambung...
Mia melepaskan tas yang ia pakai lalu meletakkan di meja rias di kamar Zev yang kini juga menjadi kamarnya. Kamar dengan dominasi warna abu-abu itu terlihat sangat maskulin, persis seperti pemiliknya.Pintu yang belum lama Mia lewati terbuka kembali, Zev masuk sambil menggulung lengan kemeja sampai siku. Kedua bola matanya melihat sosok Mia yang berdiri menatapnya.“Apa aku boleh pulang?” Pertanyaan itu kembali Mia lontarkan meskipun ia tau jika Zev sudah mengatakan rumah tersebut kini juga adalah rumah Mia selama menjadi istri dari Zev.Zev menoleh. “Bukankah sudah aku katakan, rumahku adalah rumahmu.” Kemudian Zev duduk di tepi tempat tidur, meraih charger ponsel dan mengisi daya ponselnya yang hampir habis.Mia tak berani mendekati Zev, ia takut jika Zev akan melakukan apa yang lelaki itu katakan saat di depan ibunya tadi. Membuatkan cucu, jika cucu yang di maksud lahir dari kandungan Mia maka Mia bel
Mia masih dalam posisi terkejut mendapat pelukan dari sebuah tangan kekar dan hembusan nafas segar dari Zev. Saat sudah mengendalikan keterkejutannya, Mia mendorong Zev tapi Zev masih bertahan sampai terdengar suara.“Kau menemukan kamar utama yang akan kita tempati, menurutmu apakah ini takdir agar kita bisa terus bersama?” ucap Zev, Mia segera melepaskan Zev sebelum berbalik menatap Zev yang jauh lebih tinggi.“Ruangan ini berada di tempat yang sama di rumahmu, jadi kalau aku menemukannya hal itu sudah wajar. Jangan mengambil kesimpulan kita ini memang adalah takdir.” Protes Mia, Zev tersenyum tipis, kembali memeluk Mia karena saat memeluk gadis yang telah berstatus menjadi istrinya membuat Zev merasa senang.Mia memberontak dari dekapan Zev tapi tak berhasil, Zev terlalu kuat terlebih lengan kekar yang Zev miliki sangat sulit untuk Mia lepaskan. Ujungnya Mia hanya pasrah di dekap oleh Zev sampai lelaki itu melepaskan pelu
Sesekali Mia melirik ke arah Zev yang memegang sebuah ipad, duduk di sofa single yang ada di kamar di mana Mia juga ada di tempat tersebut. Hari sudah mulai larut tapi Mia bahkan tak berani tidur sampai Zev keluar dari kamar itu. Duduk sambil memangku bantal dan memperhatikan Zev, sekitar hampir dua jam lelaki itu fokus dengan layar ipad tanpa menoleh atau berbicara dengan Mia. “Kenapa dia tidak kunjung keluar?” batin Mia. Sepuluh menit kemudian terlihat Zev mematikan ipad dan di letakkan benda persegi yang cukup besar itu ke atas meja, kepala Zev bergerak pelan ke arah Mia. “Kau belum tidur?” tanya Zev. Berdiri. Zev berjalan ke arah Mia. “Berhenti!” seru Mia, Zev spontan langsung berhenti dengan tatapan bingung. “Kenapa kamu masih di sini?” tanya Mia balik. Mengernyitkan kening. “Apa maksudmu berkata seperti itu? Tentu saja aku ingin tidur, lalu kenapa kau keberatan?” dengan santainya Zev melepaskan baju, bukan be
Zev benar-benar datang ke rumah sakit untuk memeriksakan adik kecil yang ada di antara kedua pangkal pahanya. Menunggu hasil yang akan dokter jelaskan, apakah Zev memiliki penyakit aneh itu atau tidak.Duduk dengan dokter dengan hanya di batasi oleh meja, Zev menatap dokter dengan perasaan cemas.“Anda sehat, Pak. Tidak ada kelainan pada organ reproduksi Anda.” Ucap Dokter, sesaat Zev menghela nafas lega.“Lalu kenapa aku tidak tertarik untuk menyentuh istriku?” tanya Zev tanpa basa-basi.Dokter mengangguk pelan. “Hal ini memang jarang terjadi untuk pasangan baru, kemungkinan Anda dan istri Anda butuh pendekatan untuk menimbulkan keinginan saling membutuhkan. Tapi jelas, dari pemeriksaan yang di lalukan beberapa saat lalu, milik Anda sehat.” Jelas dokter.Zev mendengarkan kalimat dokter selanjutnya hingga akhirnya Zev memilih untuk keluar dari ruangan dokter itu. Jelasnya Zev sudah tau jika ia masih bisa me
Zev baru bisa tiba ketika waktu menunjukkan pukul sembilan malam, langkah lebar Zev mengarahkan lelaki itu menuju ke sebuah ruangan di salah satu rumah sakit.Pintu di buka oleh Zev, terlihat sosok Mia istrinya sedang berbaring dengan bantuan alat rumah sakit. Di samping Mia ada gadis lain yang tidak Zev kenal. Saat Zev akan mendekati Mia, gadis yang menjaga Mia menghadang langkan Zev.“Maaf, Anda siapa sampai masuk ke sini tanpa permisi?” Zev tidak menatap gadis yang menatapnya, ia hanya terfokus dengan Mia dan bagaimana keadaan istrinya saat ini.“Menepilah, aku hanya memiliki urusan dengannya.” Zev akan mendorong gadis itu dari jalannya tapi gadis itu tetap bersikeras menahan Zev agar tidak mendekati Mia.“Tidak, sebelum kamu mengatakan apa hubunganmu dengan Mia maka aku tidak akan mengijinkamu mendekatinya.”Zev menatap Linda, menghela nafas rendah lalu menjawab, “Dia istriku.”
Zev benar-benar kembali ke Los Angeles untuk melihat kondisi ibunya. Hans berdiri di depan pintu seolah memang sengaja menunggu Zev datang.“Sekarang kondisinya sudah membaik. Tadi Nyonya Jeslyn mengalami masalah sampai detak jantungnya sempat berhenti, tapi Dokter berhasil memberi bantuan hingga detak jantungnya kembali.” jelas Jordan, asisten Zev.Zev mengusap wajahnya merasa lega.“Bagaimana dengan Mia? Bukankah kamu ke Colorado untuk menjemputnya pulang?”“Dia juga ada di rumah sakit, saat ini jangan beritahu ibuku jika Mia dalam keadaan menghawatirkan.” Kemudian Zev masuk ke dalam ruangan Jeslyn di rawat, ibunya terlihat sudah membuka mata dan hal yang Jeslyn lihat adalah keberadaan Zev yang datang menghampiri.“Dimana Mia?”Lagi-lagi Mia yang di pertanyakan. Zev tidak bisa menjawab jujur mengenai kondisi Mia yang sekarang, Jeslyn hampir meregang nyawa karena kondisinya yang
Mia kembali tiba di kediaman Zev, tapi sayangnya Mia tidak ingat jika ia pernah datang ke rumah tersebut. Sapaan dari pengurus rumah menyambut kedatangan Mia dengan ramah, bahkan kelewat ramah sampai Mia mendapat tundukan kepala dari ketua pelayan tersebut.Mia menoleh ke belakang di mana Zev masih mendorong kursi rodanya, tatapan Mia seolah mengisyaratkan agar Zev berbicara sesuatu kenapa orang tadi memberikannya hormat.Sejak perjalanan dari Colorado ke Los Angeles, Zev tidak banyak berbicara, hanya satu dua patah kata saja yang lelaki itu berikan. Mia semakin di buat bingung, benarkan Zev suaminya atau bukan.Zev membuka kamar di lantai satu yang juga pernah Mia tinggali, beberapa pakaian milik Mia masih ada di dalam lemari, kamar tersebut tidak ada yang berubah sejak Mia tinggalkan.Tanpa permisi Zev mengangkat tubuh Mia dari kursi roda ke tempat tidur.“Apa tidak ada yang ingin kamu katakan padaku?” tanya Mia, sebelah
Tak terasa sudah satu minggu telah berlalu, Zev memperlakukan Mia sama seperti sebelumnya, sangat spesial tapi belum berani menyentuh Mia seperti apa yang di lakukan oleh sepasang suami istri pada umumnya.Hari ini, Jeslyn sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Zev dan Mia datang ke rumah sakit untuk mengantar Jeslyn pulang.“Mia. Aku senang kamu datang meski beberapa hari lalu aku sama sekali tidak melihatmu, aku sempat cemas Zev tidak memperlakukanmu dengan baik.” kata Jeslyn, Mia tersenyum canggung, pasalnya beberapa hari yang lalu Mia sedang dalam kondisi belum mempercayai Zev, termasuk apa yang Zev katakan mengenai kondisi Jeslyn.“Untuk sementara ibu akan tinggal denganku, aku akan pastikan semua kebutuhan ibu tercukupi.” Zev mendorong kursi roda Jeslyn menuju parkiran rumah sakit di mana mobil Zev terparkir di sana.“Apa yang Zev katakan benar, sebaiknya ibu tinggal di rumah Zev.” tambah Mia.