Mia melepaskan tas yang ia pakai lalu meletakkan di meja rias di kamar Zev yang kini juga menjadi kamarnya. Kamar dengan dominasi warna abu-abu itu terlihat sangat maskulin, persis seperti pemiliknya.
Pintu yang belum lama Mia lewati terbuka kembali, Zev masuk sambil menggulung lengan kemeja sampai siku. Kedua bola matanya melihat sosok Mia yang berdiri menatapnya.
“Apa aku boleh pulang?” Pertanyaan itu kembali Mia lontarkan meskipun ia tau jika Zev sudah mengatakan rumah tersebut kini juga adalah rumah Mia selama menjadi istri dari Zev.
Zev menoleh. “Bukankah sudah aku katakan, rumahku adalah rumahmu.” Kemudian Zev duduk di tepi tempat tidur, meraih charger ponsel dan mengisi daya ponselnya yang hampir habis.
Mia tak berani mendekati Zev, ia takut jika Zev akan melakukan apa yang lelaki itu katakan saat di depan ibunya tadi. Membuatkan cucu, jika cucu yang di maksud lahir dari kandungan Mia maka Mia belum siap.
Kursi meja rias di tarik oleh Mia sebelum ia duduki. Mia masih ingat jika ia punya rumah di Denver - Colorado, rumah itu memang tidak seluas milik Zev atau malah jauh lebih kecil dari rumah Zev, tapi bagaimanapun juga rumah itu berhasil Mia beli dengan uang tabungan yang ia kumpulkan sejak usia sepuluh tahun.
Dan sekarang Mia berada di Los Angeles, posisinya sangat jauh dari Colorado. Jika menaiki kereta maka Mia akan menghabiskan waktu sekitar delapan jam. Linda dan Allexin bahkan tidak tau jika ia ada di Los Angeles hanya untuk mendapat pekerjaan, tapi sekarang malah terjebak menjadi istri Zev.
“Apa yang kamu pikirkan?”
Mia terlonjak ketika Zev menyentuh wajahnya, Mia bergerak menghindar sampai tangan Zev terlepas. Mia mendongak, ia berdiri dan refleks menjauh dari Zev. Lelaki itu memandang Mia dengan bingung.
“Apa aku semenakutkan itu sampai kau menjauhiku seperti ini?”
Mia menggeleng tanpa berkata apapun.
“Lalu kenapa kamu menghidar?” tanya Zev.
“Kamu masih orang asing bagiku, aku baru mengenalmu kemarin.” Jawab Mia.
Zev tersenyum tipis. Ia duduk di kursi yang tadinya di duduki oleh Mia, lalu Zev menepuk pahanya sendiri. “Duduklah.”
“Duduk? Maksudmu duduk di pangkuanmu?” tanya Mia, Zev mengangguk dan Mia pun semakin menghindar.
“Tidak, tidak akan pernah.”
Salah satu sudut bibir Zev tertarik, penolakan Mia entah kenapa semakin membuatnya tertarik untuk membuat gadis itu mau menerimanya, seolah ada tantangan tersendiri ketika Mia tidak langsung menerima tawarannya meskipun Zev tau jika ujung Mia akan menurut.
Mia kini sudah membuka lemari, mengeluarkan beberapa helai pakaian untuk ia pakai. Saat ini hari sudah hampir malam dan ia butuh mandi setelah seharian beraktifitas di luar. Gerakan Mia berhenti, tubuhnya terangkat dan pakaian yang Mia pegang berjatuhan di lantai.
“ZEV!” pekiknya.
Zev tak menghiraukan seruan Mia. Lelaki itu duduk di tepi tempat tidur sambil memangku Mia, mengeratkan tangan di pinggang Mia agar gadis itu tidak berontak melepaskan diri. Sedangkan tangan Mia memegang kedua lengan Zev untuk menjaga jarak kalau Zev berusaha mendekat.
“Apa gelarku di kehidupanmu sekarang?” tanya Zev.
“Kau orang asing yang sudah menjadikanku istrimu, jadi kau adalah suamiku.” Jawab Mia apa adanya.
Zev tersenyum. “Lantas apa yang akan di lakukan suami pada istrinya setelah menikah?” tanya nya lagi.
Mia terdiam untuk berpikir. Ketika Mia menyadari arah tujuan Zev bertanya hal seperti itu, bola mata Mia melebar, ia akan melepaskan diri dari Zev tapi lelaki itu masih menahan pinggangnya dengan kuat dan tentu saja kekuatan Mia tak sebanding dengan Zev.
“Jangan macam-macam atau aku akan menjadi harimau untuk mencakarmu.” Ancam Mia, berusaha menyembunyikan rasa takut dengan bersikap berani.
Zev condong ke arah Mia, tangan Mia semakin menahan Zev sambil menghindari wajah Zev yang semakin dekat seolah akan menciumnya. “Aku tidak bercanda untuk mencakarmu jika kau berani lebih dekat!” ujar Mia.
“Aku tidak keberatan. Akan aku berikan apapun yang ingin kau cakar di tubuhku, mungkin saat aku memasukimu untuk pertama kalinya kau juga pasti akan mencakarku, bahkan sampai berdarah pun aku tidak keberatan.” Jawab Zev dengan santainya.
Mia menatap Zev, lelaki itu terlihat sangat santai seolah apa yang dia katakan barusan akan Zev lakukan. Mia tidak siap, apalagi harus di masuki oleh Zev. Meski tau di masuki dengan cara seperti apa, Mia tetap belum siap.
“Kalau begitu akan aku ubah caranya, aku akan mengigitmu.”
“Lakukan saja, apapun yang kamu inginkan terhadapku, aku tidak akan melarang.” Zev tersenyum ke arah Mia, wajahnya tinggal beberapa senti lagi dengan Mia tapi Zev di kejutkan dengan sesuatu yang terasa nyeri di bagian lengan atas sampai membuat Zev berseru.
“AWW!” dan tentu saja respon Zev yang kaget berhasil membuat tangannya yang menahan Mia merenggang, Mia melompat dari pangkuan Zev, menoleh ke meja di mana ada sebuah penghias ruangan di sana, benda itu di ambil oleh Mia lalu di acungkan ke arah Zev.
“Jangan mendekat, atau aku akan berbuat nekat!” seru Mia.
Zev mengusap lengannya yang kembali di gigit oleh Mia, Zev tidak menyangka jika Mia memiliki gigi yang sangat tajam, untungnya Mia bukan vampir yang akan menghisap darahnya sampai habis.
“Apa kamu akan membunuh suamimu sendiri? Kita baru menikah kemarin, lalu kau sudah mengancamku seperti ini?” Zev tidak mempermasalahkan gigitan Mia, Zev pun berdiri menghampiri Mia sampai membuat gadis itu mundur. Rasanya Zev tidak akan puas untuk terus menggoda Mia.
“Aku bilang jangan mendekat! Aku peringatkan padamu sekali lagi!” ujar Mia.
Menggemaskan. Mia yang ketakutan seperti ini sangat menghibur untuk semakin Zev jahili.
Mia sudah mentok di tepi meja, ia sudah tidak bisa mundur lagi di saat Zev sudah semakin dekat. Penghias ruangan di arahkan pada Zev, benda yang sedikit runcing itu kini sudah hampir menyentuh baju yang Zev kenakan.
Bukan takut dengan ancaman yang Mia berikan, Zev semakin mendekat sampai benda yang Mia pegang berhasil menyentuh kulitnya. Benda tersebut tidak terlalu tajam jadi Zev tidak akan khawatir benda tersebut akan melukainya.
Wajah Mia pucat pasi, tapi bibirnya yang merah basah alami menjadikan gadis itu menarik. Sesaat Zev tidak mengatakan apapun, ia fokus menatap lekat ke wajah Mia yang ketakutan sampai tiba-tiba Zev tertawa terbahak-bahak saat puas menatap wajah Mia.
Mundur. Zev mengabaikan Mia yang bingung karena melihat Zev tertawa seperti itu. Zev melepaskan kancing kemeja lalu ia lepaskan benda itu dari tubuhnya, memamerkan bisep kekar di lengan dan perut Zev.
Glekk.
Bohong jika Mia tidak tertarik dengan tubuh Zev, tapi karena ego Mia yang terlalu tinggi akhirnya gadis itu memilih memalingkan wajah, tak ingin menatap Zev tanpa baju walaupun pemandangan saat ini sungguh sangat indah.Zev masih tertawa, Mia masih dapat mendengar suara gelak tawa Zev hingga lelaki itu hilang di balik pintu kamar mandi. Hembusan nafas lega keluar dari bibir Mia sambil mengusap dadanya yang berdebar tak karuan. Penghias Ruangan di kembalikan di atas meja, Mia mengambil ponsel di dalam tas lalu keluar dari kamar.
Sejak kemarin Mia tinggal di rumah Zev tapi belum tau selum beluk rumah tersebut selain ruang tamu, dapur dan kamar. Mia berjalan sesuai kakinya melangkah. Beberapa kali Mia melihat maid lewat dan sedikit membungkuk untuk menghormati Mia, secara refleks Mia pun balas membungkuk.
Kamar yang Mia tempati ada di lantai bawah tak jauh dari tangga. Mia memberanikan naik ke lantai dua, sejak kemarin ia penasaran dengan situasi di lantai dua rumah Zev.
Kaki Mia kini sudah menginjak lantai dua, di sana ada beberapa ruangan yang tertutup, Mia tidak tau ruangan apa yang ada di sana, Mia juga tidak berani membuka ruangan itu selain hanya lewat begitu saja.
Langkah kaki Mia bergerak ke balkon yang menghadap langsung ke arah kolam renang. Langit sudah gelap, bulan mulai memancarkan sinar yang terpantul dari air yang ada di kolam.
Hembusan angin di rasakan oleh Mia, matanya terpejam menikmati angin yang bercampur dengan aroma air yang khas. Merasa cukup menikmati udara di balkon, Mia kembali melangkah, ia tidak tau kenapa kakinya di arahkan ke satu pintu yang tertutup tak jauh dari balkon yang menghadap kolam.
Karena penasaran, Mia pun membuka pintu tersebut. Hal pertama yang Mia lihat adalah gelap, tangannya bergerilya untuk mencari saklar lampu.
Klik.
Ruangan menjadi terang. Kamar yang di dominasi warna hitam dan putih itu jauh lebih indah dari kamar yang ada di lantai bawah, Mia melihat ke segala penjuru kamar tersebut. Aroma khas milik Zev mengusai kamar itu, apa ini adalah kamar utama milik Zev?
Terdapat tempat tidur berwarna putih dengan selimut berwarna hitam. Mia mendekat dan duduk di sana, sangat nyaman. Tubuhnya di baringkan dengan posisi telentang sampai Mia dapat melihat chandelier yang menggantung di tengah kamar.
Kamar tersebut dua kali lipat lebih mewah dari kamar sebelumnya. Mia kembali duduk, menatap pintu yang tertutup.
“Zev tidak akan marah kalau aku masuk ke sini tanpa ijinnya ‘kan?” batin Mia.
Rasa penasaran Mia tidak berhenti begitu saja terhadap kamar yang ia masuki, ia berdiri menghampiri ruangan yang berdekatan dengan kamar mandi. Mia lantas di buat takjub dengan isi di dalam ruangan itu karena isinya adalah pakaian pria dan beberapa kasesoris pria.
Sudah di pastikan, kamar itu pasti kamar utama yang Zev miliki. Buktinya ada ruangan yang dekat dengan kamar mandi dan isi di ruangan tersebut adalah pakaian milik Zev. Mia sibuk menatap takjub ruangan yang tidak begitu besar itu karena isinya sudah seperti toko pakaian.
Ketakjuban Mia berganti rasa kaget ketika mendapat pelukan dari belakang tubuhnya, bukan hanya sekedar pelukan saat hembusan hangat nafas seseorang terasa di bagian leher. Mia meremang, jangan bilang itu adalah Zev yang akan marah? Astaga!
___
Bersambung...
Mia masih dalam posisi terkejut mendapat pelukan dari sebuah tangan kekar dan hembusan nafas segar dari Zev. Saat sudah mengendalikan keterkejutannya, Mia mendorong Zev tapi Zev masih bertahan sampai terdengar suara.“Kau menemukan kamar utama yang akan kita tempati, menurutmu apakah ini takdir agar kita bisa terus bersama?” ucap Zev, Mia segera melepaskan Zev sebelum berbalik menatap Zev yang jauh lebih tinggi.“Ruangan ini berada di tempat yang sama di rumahmu, jadi kalau aku menemukannya hal itu sudah wajar. Jangan mengambil kesimpulan kita ini memang adalah takdir.” Protes Mia, Zev tersenyum tipis, kembali memeluk Mia karena saat memeluk gadis yang telah berstatus menjadi istrinya membuat Zev merasa senang.Mia memberontak dari dekapan Zev tapi tak berhasil, Zev terlalu kuat terlebih lengan kekar yang Zev miliki sangat sulit untuk Mia lepaskan. Ujungnya Mia hanya pasrah di dekap oleh Zev sampai lelaki itu melepaskan pelu
Sesekali Mia melirik ke arah Zev yang memegang sebuah ipad, duduk di sofa single yang ada di kamar di mana Mia juga ada di tempat tersebut. Hari sudah mulai larut tapi Mia bahkan tak berani tidur sampai Zev keluar dari kamar itu. Duduk sambil memangku bantal dan memperhatikan Zev, sekitar hampir dua jam lelaki itu fokus dengan layar ipad tanpa menoleh atau berbicara dengan Mia. “Kenapa dia tidak kunjung keluar?” batin Mia. Sepuluh menit kemudian terlihat Zev mematikan ipad dan di letakkan benda persegi yang cukup besar itu ke atas meja, kepala Zev bergerak pelan ke arah Mia. “Kau belum tidur?” tanya Zev. Berdiri. Zev berjalan ke arah Mia. “Berhenti!” seru Mia, Zev spontan langsung berhenti dengan tatapan bingung. “Kenapa kamu masih di sini?” tanya Mia balik. Mengernyitkan kening. “Apa maksudmu berkata seperti itu? Tentu saja aku ingin tidur, lalu kenapa kau keberatan?” dengan santainya Zev melepaskan baju, bukan be
Zev benar-benar datang ke rumah sakit untuk memeriksakan adik kecil yang ada di antara kedua pangkal pahanya. Menunggu hasil yang akan dokter jelaskan, apakah Zev memiliki penyakit aneh itu atau tidak.Duduk dengan dokter dengan hanya di batasi oleh meja, Zev menatap dokter dengan perasaan cemas.“Anda sehat, Pak. Tidak ada kelainan pada organ reproduksi Anda.” Ucap Dokter, sesaat Zev menghela nafas lega.“Lalu kenapa aku tidak tertarik untuk menyentuh istriku?” tanya Zev tanpa basa-basi.Dokter mengangguk pelan. “Hal ini memang jarang terjadi untuk pasangan baru, kemungkinan Anda dan istri Anda butuh pendekatan untuk menimbulkan keinginan saling membutuhkan. Tapi jelas, dari pemeriksaan yang di lalukan beberapa saat lalu, milik Anda sehat.” Jelas dokter.Zev mendengarkan kalimat dokter selanjutnya hingga akhirnya Zev memilih untuk keluar dari ruangan dokter itu. Jelasnya Zev sudah tau jika ia masih bisa me
Zev baru bisa tiba ketika waktu menunjukkan pukul sembilan malam, langkah lebar Zev mengarahkan lelaki itu menuju ke sebuah ruangan di salah satu rumah sakit.Pintu di buka oleh Zev, terlihat sosok Mia istrinya sedang berbaring dengan bantuan alat rumah sakit. Di samping Mia ada gadis lain yang tidak Zev kenal. Saat Zev akan mendekati Mia, gadis yang menjaga Mia menghadang langkan Zev.“Maaf, Anda siapa sampai masuk ke sini tanpa permisi?” Zev tidak menatap gadis yang menatapnya, ia hanya terfokus dengan Mia dan bagaimana keadaan istrinya saat ini.“Menepilah, aku hanya memiliki urusan dengannya.” Zev akan mendorong gadis itu dari jalannya tapi gadis itu tetap bersikeras menahan Zev agar tidak mendekati Mia.“Tidak, sebelum kamu mengatakan apa hubunganmu dengan Mia maka aku tidak akan mengijinkamu mendekatinya.”Zev menatap Linda, menghela nafas rendah lalu menjawab, “Dia istriku.”
Zev benar-benar kembali ke Los Angeles untuk melihat kondisi ibunya. Hans berdiri di depan pintu seolah memang sengaja menunggu Zev datang.“Sekarang kondisinya sudah membaik. Tadi Nyonya Jeslyn mengalami masalah sampai detak jantungnya sempat berhenti, tapi Dokter berhasil memberi bantuan hingga detak jantungnya kembali.” jelas Jordan, asisten Zev.Zev mengusap wajahnya merasa lega.“Bagaimana dengan Mia? Bukankah kamu ke Colorado untuk menjemputnya pulang?”“Dia juga ada di rumah sakit, saat ini jangan beritahu ibuku jika Mia dalam keadaan menghawatirkan.” Kemudian Zev masuk ke dalam ruangan Jeslyn di rawat, ibunya terlihat sudah membuka mata dan hal yang Jeslyn lihat adalah keberadaan Zev yang datang menghampiri.“Dimana Mia?”Lagi-lagi Mia yang di pertanyakan. Zev tidak bisa menjawab jujur mengenai kondisi Mia yang sekarang, Jeslyn hampir meregang nyawa karena kondisinya yang
Mia kembali tiba di kediaman Zev, tapi sayangnya Mia tidak ingat jika ia pernah datang ke rumah tersebut. Sapaan dari pengurus rumah menyambut kedatangan Mia dengan ramah, bahkan kelewat ramah sampai Mia mendapat tundukan kepala dari ketua pelayan tersebut.Mia menoleh ke belakang di mana Zev masih mendorong kursi rodanya, tatapan Mia seolah mengisyaratkan agar Zev berbicara sesuatu kenapa orang tadi memberikannya hormat.Sejak perjalanan dari Colorado ke Los Angeles, Zev tidak banyak berbicara, hanya satu dua patah kata saja yang lelaki itu berikan. Mia semakin di buat bingung, benarkan Zev suaminya atau bukan.Zev membuka kamar di lantai satu yang juga pernah Mia tinggali, beberapa pakaian milik Mia masih ada di dalam lemari, kamar tersebut tidak ada yang berubah sejak Mia tinggalkan.Tanpa permisi Zev mengangkat tubuh Mia dari kursi roda ke tempat tidur.“Apa tidak ada yang ingin kamu katakan padaku?” tanya Mia, sebelah
Tak terasa sudah satu minggu telah berlalu, Zev memperlakukan Mia sama seperti sebelumnya, sangat spesial tapi belum berani menyentuh Mia seperti apa yang di lakukan oleh sepasang suami istri pada umumnya.Hari ini, Jeslyn sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Zev dan Mia datang ke rumah sakit untuk mengantar Jeslyn pulang.“Mia. Aku senang kamu datang meski beberapa hari lalu aku sama sekali tidak melihatmu, aku sempat cemas Zev tidak memperlakukanmu dengan baik.” kata Jeslyn, Mia tersenyum canggung, pasalnya beberapa hari yang lalu Mia sedang dalam kondisi belum mempercayai Zev, termasuk apa yang Zev katakan mengenai kondisi Jeslyn.“Untuk sementara ibu akan tinggal denganku, aku akan pastikan semua kebutuhan ibu tercukupi.” Zev mendorong kursi roda Jeslyn menuju parkiran rumah sakit di mana mobil Zev terparkir di sana.“Apa yang Zev katakan benar, sebaiknya ibu tinggal di rumah Zev.” tambah Mia.
Ke esokan harinya Zev telah pergi ke Seattle seperti yang lelaki itu katakan. Mia mendapat pesan dari Linda jika akan datang bersama Allexin. Mia sangat bersemangat menyambut ke datangan kedua sahabatnya.Mia mengirimkan alamat yang ia dapat dari Smith untuk lokasi rumah Zev. Kemungkinan Linda dan Allexin akan datang saat sore atau malam hari.Untuk sesaat Mia merasakan kosong karena Zev telah pergi selama kurang lebih tiga hari di Seattle untuk mengurus pekerjaan, dan selama itu Mia punya kesempatan untuk bermain dengan kedua sahabatnya. Namun, Mia masih belum sepenuhnya melupakan apa yang terjadi dengannya dan Zev kemarin sore.Bayangan saat berada di gereja sama persis dengan video yang Zev tunjukkan pada Allexin. Terlebih kalimat yang Zev katakan kemarin terasa sangat nyata dan pernah Mia dengarkan sebelumnya.Jantung Mia kembali berdebar-debar saat mengingat kalimat Zev, wajah Mia bersemu hangat dengan kalimat Zev. Pikiran Mia buyar karena sebu