My Girl [Elsha - Aris]

My Girl [Elsha - Aris]

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-06-10
Oleh:  PRINCESSATamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
11 Peringkat. 11 Ulasan-ulasan
41Bab
27.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Ketika orangtua Elsha memilih berpisah dan meninggalkannya dengan sang adik tercinta, Elsha tidak lagi bisa menikmati kehidupan seperti kebanyakan wanita seusianya. Yang Elsha tahu hanya lah bekerja dan bekerja. Biaya kuliah adiknya serta biaya hidup yang semakin mahal, membuat Elsha terpaksa memilih pekerjaan dengan bayaran besar. Salah satunya menjadi jalang kelas elit di sebuah kelab malam ternama. Lalu, takdir membawa Elsha pada cinta pertamanya sewaktu remaja. Apalagi pria itu juga yang pernah mengambil mahkota berharga miliknya. Bisakah Elsha bertahan dari godaan pria tersebut ketika Elsha tahu kalau pria itu lah pelanggan pertamanya sebagai jalang? Elsha juga tidak mau terjebak cinta masalalu ketika pria itu mengatakan hubungan mereka belum usai. Karena yang Elsha tahu, pria yang dia puaskan pada malam panas tersebut bukan lah pria lajang lagi, tapi pria yang sudah beristri. "Will you marry me, El?" "Kamu gila, Mas."

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Jebakan

Malam telah tiba. Jam di dinding menunjukkan pukul delapan. Sudah saatnya Elsha akan bekerja. Mencari uang demi membiayai kehidupannya dan kehidupan sang adik.

Semenjak orangtua mereka berpisah, lalu pergi meninggalkan mereka, Elsha-lah yang turun tangan langsung untuk mencari pekerjaan. Sedangkan adiknya –Sashi– tengah menjalani status sebagai mahasiswi di salah satu universitas di Ibu Kota.

Malam ini, Elsha akan mendapatkan tantangan baru. Bekerja dengan upah yang lebih besar dari pekerjaan sebelumnya, dan itu akan sedikit memperbaiki kehidupan mereka. Lagipula, dia butuh banyak biaya untuk sekolah sang adik.

"Dek?"

Elsha keluar dari kamarnya sambil memanggil Sashi. Mulai malam ini, Elsha akan meninggalkan sang adik sendirian di rumah jika ia akan mulai bekerja. Biasanya Elsha dan Sashi akan menghabiskan waktu berdua hanya pada malam hari. Tapi keadaan berubah. Elsha bekerja di tempat yang berbeda.

"Ya, Kak?" Sashi keluar dari dapur dengan beberapa camilan di tangannya.

"Kakak pergi dulu, kamu hati-hati di rumah. Kunci pintunya baik-baik."

Sashi mengangguk dan duduk di sofa sambil menyalakan televisi.

"Ingat, jangan tidur larut malam. Nanti Kakak usahakan pulang cepat," lanjut Elsha. Sashi kembali mengangguk. Elsha mencium kening Sashi lalu berjalan keluar rumah.

Menghela napas, Elsha menatap langit malam dengan sendu. Kenapa Tuhan menguji mereka seperti ini? Elsha juga ingin hidup normal seperti wanita seusianya. Menjalin hubungan dengan seorang pria, lalu melanjutkan ke jenjang yang lebih serius hingga menikah. Jangankan menjalin hubungan, bahkan Elsha lupa caranya menghabiskan waktu untuk memanjakan diri sendiri karena terlalu sibuk mencari uang.

"Kamu kuat, El," bisiknya sebagai mantra untuk meyakinkan diri.

Elsha memesan taksi dan kendaraan itu berlalu menuju tempat yang akan menjadi penghasil uang bagi Elsha mulai malam ini. Beberapa kali Elsha melamun selama perjalanan menuju tempat kerjanya. Entah berapa menit yang Elsha habiskan di dalam kendaraan beroda empat itu. Yang jelas, sekarang dia sudah berada di tempat tujuannya.

Elsha mendongak menatap sebuah bangunan di depan matanya. Sambil menghela napas berkali-kali, Elsha berjalan masuk.

"Hai, Dear."

Elsha tersenyum saat dirinya berada di meja tinggi yang menghalangi dirinya dan beberapa orang di balik sana yang kini sibuk meracik minuman.

"Baru pertama kali? Mau minum apa? Alkohol?"

Elsha menggeleng. Dia sedang menunggu seseorang yang akan mempekerjakannya di sini. Elsha tidak akan minum. Wanita itu memperhatikan banyaknya manusia yang mencari hiburan malam ini. Berjoget, bersulang, dan bercumbu.

Sial. Elsha meneguk ludah susah payah. Hatinya kembali ragu untuk melanjutkan niatnya datang kemari.

Tapi....

Ah, sudahlah.

Nasi sudah menjadi bubur. Elsha juga bukan wanita suci yang masih perawan. Dia sudah bolong. Sudah dicoblos oleh kekasihnya saat SMA dulu. Jadi, apalagi yang musti Elsha khawatirkan?

"Hai," sapa seseorang yang baru saja duduk di sebelah Elsha. Elsha tersenyum dan membalas uluran tangan dari lawan bicaranya.

"Sorry lama. Tadi ada urusan dulu."

Elsha mengangguk saja dan mulai meremas tangannya. Jujur, Elsha merasakan ketakutan yang entah karena apa.

"Langsung ke atas aja. Ke ruangan gue."

Elsha mengikuti wanita yang ia perkirakan seusia dengannya itu menuju lantai atas. Kelab malam ini yang akan menjadi tempat Elsha mencari uang.

"Duduk."

Elsha duduk dan menunggu wanita di depannya bicara dengan harap-harap cemas.

"Lo..., seriusan udah gak perawan, kan?"

Elsha meneguk ludah sambil mengangguk kecil.

"Nakal juga, ya, lo." Kekehan geli keluar dari bibir wanita di depan Elsha.

"Oke, langsung aja. Malam ini lo pakai ini. Lo bakal turun langsung melayani pelanggan baru."

Elsha menerima gaun malam yang sangat pendek dari tangan lawan bicaranya. Sungguh, sedikit saja Elsha membungkuk, dia yakin celana dalamnya akan terlihat.

"Ini?" tanya Elsha ragu.

"Ya. Dan ini juga."

Wanita itu kembali memberikan sepasang pakaian dalam super tipis. Bahkan Elsha sangat yakin kalau payudaranya akan kedinginan karena jaring sialan itu sangatlah transparan.

"Kamar 8320. Lo ganti pakaian di sana. Setengah jam lagi tamunya bakal ke sana."

Elsha mengangguk meski terpaksa. Tanpa semangat sedikitpun, Elsha keluar dari ruangan serba hitam itu lalu menuju kamar yang tadi disebutkan oleh bos barunya.

"8320," gumam Elsha sambil memperhatikan nomor di pintu kamar.

***

"Brengsek. Gue masih punya tangan buat ngocok kalau kalian lupa."

Beberapa pria terbahak dan menggeleng.

"Mana puas sama tangan doang anjir! Pakai lobang juga dong. Gue yakin lo bakal muncrat lebih deras."

Oh, sial. Ingin rasanya Aris menyumpal mulut ketiga sahabatnya ini. Aris yang selama ini tidak pernah memasuki kelab malam, terpaksa berakhir di sini karena tipuan ketiganya.

"Udahlah, Ris, ngapain kerja lembur bagai kuda mulu? Siapa yang bakal lo nafkahi? Istri gak punya. Anak apalagi," ejek Dio dengan senyuman geli.

"Bener. Dasar duda jaman now. Tebar pesona dikit kek. Lo mau jadi duda abadi abad ini?" Arkan ikut mengompori.

Aris meneguk kasar minuman di gelas yang dia ambil secara asal dari atas meja. Oh, bangsat! Tenggorokannya terasa terbakar. Aris juga merasakan kepalanya sedikit pening. Matanya berkunang dan pendengarannya berdengung.

"Lo teler, Ris?" tanya Bian menatap Aris dengan pandangan bahagia. Sahabat biadab memang mereka ini.

"Gue mau balik. Lo pada senang-senang aja. Gue bayarin. Nih!" Aris melempar sebuah kartu ke atas meja dan beranjak dari duduknya dengan sempoyongan.

"Baru segelas udah teler. Lembek banget lo."

Aris menatap malas ketiga sahabatnya dan mulai berjalan meninggalkan mereka. Namun, sialnya Aris merasa gerah di seluruh tubuhnya. Aris mengusap tengkuknya tanpa sadar karena merasa gelisah. Suara dentuman musik semakin memperburuk keadaannya.

Dio memperhatikan Aris dari jauh dan tersenyum. Pria itu memberi isyarat kepada kedua sahabatnya untuk menyusul Aris dan membawanya ke atas. Mereka bertiga sudah merencanakan ini. Aris butuh pelepasan hebat. Mereka sangat yakin dan percaya kalau sahabat mereka yang satu itu bukanlah pria tangguh seperti yang mereka lihat selama ini.

Bahkan beberapa kali Aris mengigau saat tidur di kantor sambil menyebut nama wanita yang jelas-jelas mereka mengenalnya. Sahabat mereka itu belum sepenuhnya move on dari cinta pertamanya.

Elsha. Mantan kekasihnya saat SMA. Tidak. Mereka belum resmi putus karena Aris dan Elsha kehilangan kontak tanpa pernah mengucapkan kata berpisah.

"Kamar nomor berapa, sih?" tanya Bian sambil memapah Aris yang kini sudah cukup teler.

Mereka tahu, Aris dan alkohol adalah musuh. Baru segelas saja sudah seperti orang minum belasan botol alkohol saja.

"8320," jawab Arkan.

Mereka mencari kamar 8320 di lantai atas dan menemukannya. Lalu Dio dan Arkan masuk bersama Bian yang masih memapah Aris.

"Ceweknya udah lo booking?" tanya Dio pada Arkan.

"Udah. Sepupu gue udah bilang beres kok setengah jam yang lalu."

"Ini anak orang tinggal begini aja nih?" Bian menatap Aris yang benar-benar mengenaskan.

"Udah, biarin. Kita balik ke bawah aja. Gue juga butuh asupan gizi." Dio terkekeh dan merangkul Bian agar segera pergi dari sana.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Sarti Lestari
ceritanya menarik
2023-04-14 23:43:14
0
user avatar
Fitri Yani
kak ko novel sweetplayboy ga ada??
2022-01-02 07:01:12
0
default avatar
theonlyyours_
ceritanya sangat bagus
2021-12-07 07:03:07
0
user avatar
FANYA DEAR
bagus banget deh
2021-11-24 02:05:39
0
user avatar
Dahlia Erfinna
Bagus banget
2021-08-03 08:14:13
0
user avatar
Dahlia Erfinna
singkat dan padat
2021-07-31 00:49:34
0
user avatar
Dahlia Erfinna
Bagus banget
2021-07-31 00:48:35
0
user avatar
Rahayu avilia
mantul 👍👍👍👍
2021-07-17 09:24:28
0
user avatar
wetped
dari wetped kesini demi jingan Aris😎
2021-07-16 20:46:14
1
user avatar
Authoring
Semangat kak, update terus ya. Salam dari Married With Killer's Teacher
2021-05-08 13:47:48
1
user avatar
Authoring
Cerita, alurnya bagus sekali, kak. Dapat salam dari >> My Girl is mine
2021-04-30 12:50:44
2
41 Bab
1. Jebakan
Malam telah tiba. Jam di dinding menunjukkan pukul delapan. Sudah saatnya Elsha akan bekerja. Mencari uang demi membiayai kehidupannya dan kehidupan sang adik.Semenjak orangtua mereka berpisah, lalu pergi meninggalkan mereka, Elsha-lah yang turun tangan langsung untuk mencari pekerjaan. Sedangkan adiknya –Sashi– tengah menjalani status sebagai mahasiswi di salah satu universitas di Ibu Kota.Malam ini, Elsha akan mendapatkan tantangan baru. Bekerja dengan upah yang lebih besar dari pekerjaan sebelumnya, dan itu akan sedikit memperbaiki kehidupan mereka. Lagipula, dia butuh banyak biaya untuk sekolah sang adik."Dek?"Elsha keluar dari kamarnya sambil memanggil Sashi. Mulai malam ini, Elsha akan meninggalkan sang adik sendirian di rumah jika ia akan mulai bekerja. Biasanya Elsha dan Sashi akan menghabiskan waktu berdua hanya pada malam hari. Tapi keadaan berubah. Elsha bekerja di tempat yang berbeda."Ya, Kak?" Sashi keluar dari dapur d
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-20
Baca selengkapnya
2. Jalang
Elsha meremas kedua tangannya. Pantulan dirinya di dalam cermin sudah menunjukkan kalau wanita itu siap untuk bekerja melayani pelanggan pertamanya. Tapi, entah kenapa Elsha sedikit gugup. Ya, wajar sih, namanya juga pertama kali bekerja kotor begini.Elsha menghembuskan napas berulang kali dan menatap pantulan dirinya di cermin yang kini tampak begitu menantang.Telanjang? Tidak.Elsha bahkan berpakaian. Hanya saja pakaian yang tidak sepenuhnya tertutup. Aset pentingnya terlihat dengan sangat jelas."Gila. Benar-benar gila."Elsha membalikkan badan dan membuka pintu kamar mandi lalu dengan pelan berjalan menuju ranjang. Mata Elsha menatap sosok pria yang kini berbaring pasrah di atas ranjang. Rasa gugup dan takut kembali menyerang Elsha. Kali ini lebih dahsyat dari sebelumnya."Aku bisa," bisik Elsha pelan dan berjalan dengan langkah berat menuju ranjang."Selamat malam, Tuan, saya-""Berisik!"Elsha mengatupkan bibirny
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-20
Baca selengkapnya
3. Terluka
Napas kedua manusia yang telah merenggut kenikmatan itu saling berpacu. Mata mereka terpejam menikmati sisa-sisa percintaan panas yang entah sudah berapa lama terjadi.Elsha yang lebih dulu membuka mata, lalu ia menatap ke sampingnya di mana Aris tengah berbaring. Dalam hati, Elsha sangat merindukan pria ini. Sangat. Tapi keadaan sudah tidak sama lagi. Elsha tahu Aris sudah beristri. Kenyataan yang saat itu membuatnya kehilangan harapan untuk bisa kembali ke pelukan sang mantan kekasih.Mantan? Benarkah mereka sudah berakhir menjadi mantan?Seingat Elsha, tidak ada yang mengucapkan kata-kata berpisah di antara mereka. Hanya Elsha yang terlalu pengecut dan melarikan diri karena masalah keluarga yang dulu mencekiknya.Dia menyerah pada hubungan mereka karena Elsha yakin kalau hubungan yang terjalin saat itu tidak akan berhasil. Apalagi Elsha tahu, saat itu Aris harus melanjutkan studi ke luar negeri.Menghela napas panjang, Elsha beranjak setelah pua
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-20
Baca selengkapnya
4. Apartemen
Aris menjambak rambutnya karena kesal. Sudah berjam-jam dia duduk di kursi kebesarannya sambil menatap layar komputer yang menampilkan laporan pendapatan perusahaan. Tapi tidak sedetikpun otaknya berhenti memikirkan percintaan panasnya bersama Elsha seminggu yang lalu.Sial.Pengaruh Elsha masih sebesar itu terhadap dirinya. Sejak dulu, Aris selalu bergantung kepada Elsha. Hanya wanita itu tempat Aris berkeluh kesah dari permasalahan keluarganya. Saat Aris terpuruk, Elsha-lah yang menghibur dan membuatnya bangkit. Lalu, saat cinta sedang mekarnya di antara mereka, Elsha menghilang tak tahu ke mana.Terakhir mereka bertemu kala itu saat Aris mengajaknya untuk ikut bersamanya ke luar negeri di mana Aris akan kuliah. Tentu saja saat itu Elsha menolak. Ada Sashi yang harus dia jaga. Karena tidak ingin egois, Aris meminta Elsha untuk menunggunya. Tapi wanita itu malah menghilang.Aris menjalani hari-hari berat tanpa Elsha. Pria itu sempat alpa studi karena tid
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-20
Baca selengkapnya
5. Sarapan
Elsha bergerak lincah di dapur apartemen Aris. Wanita itu tengah membuatkan bubur untuk Aris. Benar. Pria itu ternyata tengah demam. Elsha tadi juga sudah mampir ke apotek membeli beberapa obat untuk jaga-jaga kalau saja di sini tidak ada obat apa pun."Akhirnya," Elsha bernapas lega saat bubur yang dibuatnya sudah jadi.Elsha melirik ruang tamu di mana Aris tengah berbaring di sofa. Pria itu sama sekali tidak mau Elsha suruh untuk pindah ke dalam kamar. Padahal lebih nyaman tidur di atas kasur daripada sofa.Setelah meletakkan mangkuk berisi bubur dan gelas berisi air putih ke atas nampan, Elsha berjalan ke ruang tamu. Wanita itu meletakkan nampan ke atas meja di depan sofa lalu mendekat ke tempat Aris berbaring."Mas, bangun dulu," panggil Elsha sambil menepuk pelan pipi Aris.Aris mengerjap dan membuka mata, lalu menatap wajah Elsha yang kini sangat dekat dengannya. Aris tersenyum dan menarik tangan Elsha untuk dia bawa ke pipinya sebagai bantal
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-20
Baca selengkapnya
6. Duda Gila
Aris bahkan tidak terpengaruh dengan penolakan Elsha yang mendorong tubuhnya. Pria itu jauh lebih kuat. Elsha mana mungkin menang melawannya."Mending kamu diem deh, daripada ini mobil makin heboh goyangannya."Elsha melotot. Aris benar-benar sudah gila. Ini masih sangat pagi untuk melakukan hal mesum. Apalagi mereka berada di depan rumah Elsha. Kemungkinan besar orang-orang yang lewat di jalanan depan akan curiga kalau seandainya memang benar mobil ini bergoyang. Dan jangan lupakan Sashi yang bisa saja keluar tiba-tiba."Mas, plis," ujar Elsha memohon agar Aris tidak melanjutkan aksi nekatnya.Boro-boro berhenti, Aris malah semakin menindih Elsha dan mengendus tubuh wanita itu. Elsha menyerah. Matanya nyalang menatap atap mobil. Sekuat tenaga Elsha menahan segala suara yang akan keluar dari bibirnya.Aris tersenyum di ceruk leher Elsha. Dia menang. "Diem, aku janji cuma sebentar," bisik Aris lembut sambil mengecup pipi Elsha.Ya, aksi jinga
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-20
Baca selengkapnya
7. Amarah Aris
Aris mendengar pintu ruangannya diketuk, tapi dia tidak mengalihkan pandangannya pada layar ponsel di atas meja kerja. Sejak lamarannya tertolak tadi pagi, Aris tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Pria itu sibuk melamun memikirkan kekurangan apa yang ada pada dirinya sehingga Elsha menolaknya."Woi!"Aris terlonjak kaget sehingga kursi yang ia duduki terdorong ke belakang. Mata tajam pria itu menatap jengkel pada pelaku yang baru saja memasuki ruangannya."Ngapain lo ke sini?" tanya Aris pada adiknya, Andreas."Gak ada. Mampir."Aris mengusap rambutnya lalu bangkit dan ikut duduk di sofa yang berhadapan dengan Andreas. "Gak kuliah lo?"Andreas menggeleng. "Dosennya gak masuk. Btw, Mas, gue butuh bantuan."Aris menatap adiknya dengan sebelah alis yang terangkat. Bantuan? Dia kira Aris akan sukarela membantunya? Terlalu percaya diri."Apaan? Gak mungkin lo kekurangan duit," cibir Aris."Bukan, Dog. Bantu
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-20
Baca selengkapnya
8. Kehangatan
Aris terus menyerang Elsha tanpa ampun. Bibirnya tidak berhenti mengecup dan menghisap dengan lembut leher jenjang wanita itu. Yang Elsha lakukan hanya mendesah dan menjambak rambut Aris sebagai pelampiasan."Tubuh kamu gak bisa bohong, El," bisik Aris kala kini wajahnya dan wajah Elsha saling berhadapan.Napas Elsha masih memburu karena menikmati sisa-sisa cumbuan Aris di bibir dan lehernya. Wanita itu tahu kalau dirinya munafik. Bibirnya berkata tidak, tapi tubuhnya mengatakan semua yang ia rasakan. Seberapa besar cintanya pada Aris, dan seberapa pasrah dia disentuh oleh pria itu."Aku benci sama kamu," balas Elsha di depan bibir Aris.Mata Aris tidak lepas menatap ekspresi wanita di atas pangkuannya. Aris tahu Elsha sedang menguji kesabarannya saat ini. Wanita itu ingin memancing amarahnya lebih banyak lagi."Kamu suka lihat aku marah-marah?" tanya Aris dengan suara serak.Mereka tidak hanya sibuk saling membalas ucapan. Tapi tubuh keduan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-20
Baca selengkapnya
9. Pusing
Pagi hari, sebelum Aris bangun dari tidur lelapnya, Elsha sudah lebih dulu meninggalkan apartemen pria itu. Elsha akan segera pulang karena adiknya pasti akan mencarinya. Saat Elsha tiba di rumah, ternyata Sashi masih tertidur. Wanita itu tersenyum melihat Sashi yang tidur nyenyak di dalam kamarnya. Elsha menutup pintu kamar Sashi, lalu memasuki kamarnya di sebelah kamar sang adik.Elsha merasakan perutnya mual tapi dia tidak muntah. Mungkin dia masuk angin atau sakit mag-nya kambuh. Menghela napas, Elsha meraih obat di dalam tasnya. Lebih tepatnya obat yang ditukar oleh Aris dengan vitamin kesuburan.Elsha meminum dua butir sekaligus karena dia tidak mau hamil anak mantan kekasihnya itu. Elsha menganggap ini sebagai pekerjaannya untuk memuaskan hasrat duda tersebut. Elsha tidak akan terikat lagi dengan Aris karena Elsha tahu, keluarga pria itu bukan keluarga yang selevel dengannya."Kak?"Elsha menoleh kala pintu kamarnya terbuka dan Sashi melongok kan k
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-20
Baca selengkapnya
10. Khawatir
Elsha menatap pintu kamarnya yang terbuka. Sashi tersenyum padanya. "Aku pergi dulu, ya, Kak, mau nitip sesuatu gak? Sekalian, kan, di minimarket juga," tawar Sashi."Hm, beliin es krim rasa vanila dong. Lagi kepengin itu," kata Elsha pelan.Sashi mengangguk dan berlalu dari hadapan Elsha. Sepeninggalan sang adik, Elsha kembali memejamkan mata. Sosok Aris tiba-tiba terlintas di benaknya. Pria itu bilang otw ke sini, tapi belum juga sampai. Dan ini sudah beberapa jam berlalu sejak Aris mengatakan hal tersebut."Baguslah kalau tuh laki gak jadi ke sini," Elsha mendengkus pelan dalam pejaman matanya.Dalam sudut hati Elsha ada sedikit rasa khawatir. Apa sesuatu terjadi pada Aris? Elsha tahu Aris sejak dulu, kalau sudah mengatakan A maka pria itu pasti akan melakukannya. Kalau pun membatalkannya, Aris pasti juga akan memberitahukannya."Ish! Nyebelin banget sih tuh laki. Mondar-mandir mulu di pikiranku!Elsha meraih ponselnya yang berad
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-20
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status