Beranda / Romansa / Terpaksa Menjadi Yang Kedua / Bab 1: Maukah Kamu Menjadi Maduku?

Share

Terpaksa Menjadi Yang Kedua
Terpaksa Menjadi Yang Kedua
Penulis: Mozarella_313

Bab 1: Maukah Kamu Menjadi Maduku?

"Raisa, aku ingin meminta sesuatu darimu. Aku mau kamu menjadi maduku, hanya untuk satu tahun."

Mendengar ucapan atasannya itu, Raisa merasa suasana restoran malam ini menjadi sangat dingin.

Beberapa hari yang lalu, dirinya memang sempat menceritakan pada Zara mengenai Ibunya yang harus melakukan operasi dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Padahal, Raisa yang hanya pegawai biasa tidak memiliki uang untuk membayar operasi Ibunya.

Saat itu, Zara yang merupakan tamu VVIP sekaligus sahabat dari pemilik butik, tempatnya bekerja. Zara mengatakan akan membantu Raisa dengan memintanya untuk datang ke tempat ini.

Tapi, siapa sangka maksudnya menjadi madu?

"Maaf, Bu. Tapi--"

Belum sempat berbicara, Zara sudah memotong ucapannya, "Aku akan membantu biaya pengobatan dan operasi ibumu hingga dia benar-benar sembuh. Aku tahu ini permintaan yang berat, tetapi kami benar-benar membutuhkan bantuanmu, Raisa."

Kali ini mata Zara berkaca-kaca seolah-olah Raisa memanglah harapan terakhir untuk dirinya dan Mahesa, suaminya.

Raisa jelas merasa dilema. Di satu sisi, ia ingin ibunya sembuh, tetapi disisi lain, ia takut menghadapi konsekuensi dari keputusan ini. Zara berpindah ke sebelah Raisa, kemudian menggenggam tangan Raisa yang dingin, Zara mencoba meyakinkannya bahwa ini adalah pilihan yang tepat.

"Raisa, tolong! Aku percaya kamu adalah wanita yang baik dan bisa membantu kami mewujudkan impian ini. Aku berjanji, setelah satu tahun, kamu bebas untuk menjalani hidupmu sendiri dan bahkan aku akan memberikan kamu lebih agar kamu dan ibumu tidak kesusahan lagi. Hanya satu tahun saja," ucap Zara dengan suara lirih seraya menoleh ke arah sang suami yang duduk di depannya.

Mahesa sendiri membuang muka, tatapannya datar dan tidak seorang pun tahu isi hatinya saat ini.

"Tapi ini terlalu berat untuk saya," ucap Raisa lirih dan hampir putus asa, "apakah tidak ada cara lain?"

"Coba pikir kembali, Raisa … Ibumu menderita kanker darah, dia membutuhkan penanganan yang intensif. Apa kamu tega membiarkannya terus kesakitan? Aku berjanji bahwa aku akan menjamin kamu, Raisa."

Zara menepuk bahu Raisa lembut dan mencoba meyakinkannya lagi.

Gadis itu sontak memejamkan matanya. Terbayang wajah tua ibunya yang kesakitan, membuat Raisa menjadi serba salah.

"Bagaimana Raisa? Apakah kamu mau menjadi maduku?" Raisa menatap Zara dengan tatapa menyiratkan penuh harapan dan permohonan.

Cukup lama ketiganya tanpa suara di meja makan itu.

Raisa tak tahu apa yang harus dilakukan. Tapi, apakah ada cara selain ini?

Menahan segala kepedihan dan pikiran yang berkecamuk, Raisa menarik napas panjang. "B-baiklah kalau begitu."

"Benarkah?"

Melihat Raisa menganggukkan kepalanya, Zara sontak menoleh ke arah Mahesa dengan senyum penuh kebahagiaan.

Tapi, entah mengapa, Raisa dapat melihat Mahesa tampak tak senang?

"Terima kasih, Raisa … besok aku akan memastikan jadwal operasi ibumu— Oh tidak! Malam ini aku akan menghubungi dokter dan rumah sakit terbaik untuk merawat ibumu, dan tentunya mereka akan melakukan operasi itu secepatnya, dan setelahnya kamu harus ikut bersama kami," jelas Zara masih dengan senyum bahagia.

Hanya saja, kali ini Raisa membelakkan matanya. "Tapi … siapa yang akan merawat ibuku?"

"Mintalah salah satu temanmu untuk menjaga ibumu, dengan beralasan bahwa kamu dipindah tugaskan oleh atasanmu ke luar kota, aku yakin ibumu pasti akan mengerti.” Zara memberi solusi.

Raisa hanya diam, sampai akhirnya ia memikirkan satu nama, Dinda, sahabat sekaligus tetangganya.

"Kamu tidak perlu cemas, aku akan meminta anak buahku untuk menjaga ibu serta temanmu selagi kamu tidak ada. Bukan begitu, Sayang?" Bersamaan dengan itu Zara melirik ke arah sang suami.

Lagi-lagi, Mahesa tidak menanggapi. Ia hanya menghela napas kasar di seberang sana, membuat Raisa semakin tak nyaman.

Apakah keputusannya ini salah?

"Jadi apa kita bisa menandatangani kontrak itu sekarang? Kebetulan aku sudah menyiapkan segalanya, sebelum aku datang kemari dan setelah pertemuan kita di butik tempat kamu bekerja." Kemudian Zara mengeluarkan selembar kertas yang lengkap dengan materainya di sana, menyodorkannya pada Raisa.

"Silahkan kamu baca isi perjanjian tersebut."

Raisa mengangguk dan menerima surat tersebut, yang di dalamnya berisi bahwa Raisa harus menjadi istri kedua suaminya selama satu tahun atau sampai melahirkan, dengan pihak pertama yang akan memberikan benefit untuk biaya rumah sakit serta operasi ibunya, tentu Zara juga akan memberikan sejumlah uang sebagai balas budinya sebesar 500 juta rupiah.

Raisa memastikan angka yang ia baca itu tidak salah, dan kemudian mengangkat suara. "Bu Zara, apa ini tidak berlebihan? 500 juta itu sangat banyak."

Zara melirik ke arah suaminya dengan senyuman, dan kembali menatap Raisa. "Karena kami akan mendapatkan hal yang lebih besar, maka dari itu kami akan sangat berterimakasih jika kamu mau menerima tawaran dari kami."

Setelah cukup menyakinkan dirinya, Raisa pun akhirnya membubuhkan tandatangannya di sana, dengan Zara dan Mahesa yang menjadi pihak pertama dan saksinya.

Dan malam itu Zara langsung menghubungi dokter serta rumah sakit terbaik untuk memindahkan Bu Mira yang tadinya hanya di rawat di rumah sakit biasa, ke rumah sakit berkelas milik pamannya.

‘Ibu, semoga Ibu tidak akan kecewa denganku,’ gumamnya sedih.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status