Share

Bab 5: Sangat Jahat!

Di kantor

Mahesa dengan beberapa tim redaksi sedang mengadakan rapat, dengan salah seorang pembicara yang tengah mempresentasikan pemecahan masalah di perusahaan.

Beberapa dari tim memberikan masukan, sampai akhirnya mereka mengalihkan perhatiannya pada Mahesa untuk keputusan akhir.

"Saya lebih memilih opsi A, karena simpel dan tidak bertele-tele, apalagi kita mengejar waktu," singkat Mahesa. "Dan jika masih belum berhasil, kita lanjut ke plan B."

Dan akhirnya meeting pun telah selesai, Mahesa beranjak menuju ruangannya dengan sekertaris dan asisten yang menemaninya sampai ke pintu ruangan.

Saat ia mendudukkan dirinya, ia teringat akan beberapa laporan yang belum ia cek, sehingga ia pun memutuskan untuk menyelesaikannya, jika harus pulang, ia tak memiliki alasan untuk itu sedangkan Zara tidak ada. Ia merasa tak nyaman jika harus mengikuti saran Zara untuk menghabiskan waktu dengan Raisa.

Namun saat tengah mengecek laporan tiba-tiba saja ia teringat akan kejadian semalam.

Mahesa menutup laporannya dengan cukup keras. "Si*l! Kenapa aku malah memikirkan kejadian semalam?"

Entah apa yang menganggu pikirannya, yang jelas Mahesa tak bisa melepaskan bayangan Raisa. Entah karena wajahnya yang cantik, atau karena ia memecahkan perawan seorang gadis untuk pertama kalinya.

Tring

Sebuah dering dari ponselnya membuat Mahesa mengalihkan perhatiannya, tertulis nama 'Papa' di layar ponselnya.

Segera ia pun mengangkatnya. "Hallo Pa?"

"Bagaimana keadaan di kantor? Apa semuanya baik-baik saja?"

Mahesa menjawab, "Aman."

Tuan Fariz tampak manggut-manggut. "Baguslah... Lalu bagaimana dengan progam kehamilan Zara? Apa kalian bisa mewujudkan keinginan Papa?"

Mahesa diam, teringat akan keinginan papanya, sekaligus syarat waris yang harus ia penuhi agar ia bisa mendapatkan semua hak warisnya.

"Iya, kami sedang berusaha," jawab Mahesa.

"Papa sangat menunggu kabar baik dari kalian, bukankah pernikahan kalian memasuki tahun ketiga?" lanjut Tuan Fariz yang dibenarkan oleh Mahesa. "Dan sesuai kesepakatan kita, jika kamu gagal pilihannya hanya dua yaitu: kamu menceraikan Zara dan menikah dengan orang lain, atau semua harta warisan ini Papa sumbangkan ke yayasan."

"Mahesa tahu Pa," jawab Mahesa dengan membuang nafas.

Di sisi lain

Raisa berada di tempat tidurnya, ia menghembuskan nafas berkali-kali dengan mata yang menatap ke langit-langit kamarnya, ia merasa bosan berada di kamar terus-menerus, sedangkan biasanya ia sibuk diluar dan bekerja hampir separuh waktu.

"Ini baru sehari dan rasanya sungguh membosankan, bagaimana bisa aku bertahan selama 1 tahun?" gumam Raisa di bibir tipisnya.

Saat tengah melamun ia kepikiran soal kejadian semalam, perlahan namun pasti ia menyentuh bibirnya sendiri.

"Apakah ini akan menjadi penyesalan terbesarku? Menikah dengan seorang pria beristri, sedangkan aku menutupi kebenaran ini dari ibuku sendiri."

Siang telah berganti menjadi petang, Zara kini tengah bersiap di depan meja riasnya karena ia yang harus pulang.

Tiba-tiba sepasang tangan memeluknya dari belakang, dengan sebuah kecupan ringan di leher jenjang miliknya. "Kenapa harus pulang secepat ini, hm?"

Zara tersenyum memandang pantulan gambar mereka di cermin. "Jangan nakal, aku harus pulang agar si tua bangka itu tak mencurigai ku. Tahu sendiri kan, dia selalu memantau rumah kami seolah-olah kami ini penjahat?"

Damian terkekeh. "Apa Tuan Fariz masih membencimu?"

Zara memutarkan bola matanya malas. "Memangnya dia pernah menyukaiku? Bahkan setelah kematian istrinya, dia tambah membenciku."

Kemudian Zara membalikkan tubuhnya dengan mengalungkan tangannya di leher Damian, tersenyum miring dan berkata, "Walaupun aku memang penyebab utama kecelakaan itu."

"Kamu sangat jahat! Tapi itulah yang membuatku jatuh cinta padamu," bisik Damian.

Sebulan setelah pernikahannya dengan Mahesa, Zara mengajak ibu mertuanya untuk berbelanja sama seperti sebelum-sebelumnya. Namun sepulang dari mall, ia mendapatkan telepon dari Damian, dan saat itu Zara membahas soal rencana balas dendamnya pada keluarga Mahesa makanya ia masuk ke keluarga itu dengan menikahi putra tunggal mereka. Sialnya pembicaraan tersebut didengar oleh mertuanya, sehingga Zara pun berbuat nekat dan memaksanya masuk ke dalam mobil, karena memberontak Zara pun memukul kepalanya hingga pingsan. Di tengah perjalanan Nyonya Hanna tersadar, hingga terjadilah keributan di dalam mobil dengan Zara yang saat itu sedang menyetir, mobil berkelok-kelok dan akhirnya masuk ke dalam jurang, beruntung Zara melompat dan keluar dari mobil itu sehingga ia tak mengalami luka yang serius.

Bersambung,

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status