Rahim Sewaan Tuan Justino

Rahim Sewaan Tuan Justino

last updateLast Updated : 2023-12-18
By:  El Nunna  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
22Chapters
1.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Menikah denganku! Atau kau harus membayar hutang orang tuamu yang tak sedikit itu, dengan jangka waktu tertentu." Lucyana Callandra terkejut, dua bulan terbaring koma rupanya mengalami banyak perubahan garis takdirnya. Kecelakaan yang merenggut orang tuanya, kekasih yang hilang entah ke mana, dan sekarang ia diberikan dua pilihan sulit, membuatnya menyesal tak turut mati bersama orang tuanya. Sementara Justino Kappey Lottario, CEO di perusahaan mobil terbesar di Italia, menawarkan kerjasama yang menurutnya menguntungkan bagi mereka, di mana Lucyana harus bersedia menikah hanya untuk mendapatkan penerus di keluarga Lottario selanjutnya, sekaligus menyelamatkan pernikahannya dengan sang istri. "Kabari aku jika kau berubah pikiran! Ini kartu namaku." Apa Lucyana menerima tawaran itu? Atau sebaliknya berusaha melunasi hutang pada Tuan Justino?

View More

Latest chapter

Free Preview

Penawaran Terbaik

“Sakit sekali!”Lucyana memijat pelipisnya yang terasa nyeri, pandangan masih mengabur seiring dengan rasa lapar yang menyerang, haus juga mendera, kerongkongan yang terasa kering menuntut untuk segera diisi. Entah bagaimana ceritanya ia sudah ada di ruangan serba putih, dengan aroma khas obat-obatan. Seingatnya, ia masih berada di dalam mobil dan tengah berdebat dengan orang tuanya. “Mama, Papa, ... Di mana mereka? Aku harus mencari mereka!”Lucyana bergerak, tapi sekujur tubuhnya seperti remuk. Wajah pucat pasi terlihat lemah, ia meringis menahan sakit, hingga suara bariton mengejutkannya dari pintu masuk.“Kau sudah sadar rupanya.”Langkah lebarnya mendekat, seiring dengan aroma maskulin yang menguar dengan kuat. Wajah dengan rahang kokoh itu menatap Lucyana tanpa seulas senyum, tatapannya setajam elang, seperti mengintimidasi gadis yang kini tengah memicing ke arahnya.“Kau, siapa?” Pria itu belum menjawab, tapi menarik kursi dan duduk di sebelah Lucyana.“Sepertinya kau salah m

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
El Nunna
jangan lupa baca novelku ya
2023-11-11 18:06:15
0
user avatar
alafi cuakep
aroma perselingkuhan Matheo dan Sarah kek nya mulai tercium
2023-11-08 08:26:43
0
user avatar
Asad alafi Mubarok
Sarah terlalu ambisius
2023-11-08 08:22:08
0
22 Chapters

Penawaran Terbaik

“Sakit sekali!”Lucyana memijat pelipisnya yang terasa nyeri, pandangan masih mengabur seiring dengan rasa lapar yang menyerang, haus juga mendera, kerongkongan yang terasa kering menuntut untuk segera diisi. Entah bagaimana ceritanya ia sudah ada di ruangan serba putih, dengan aroma khas obat-obatan. Seingatnya, ia masih berada di dalam mobil dan tengah berdebat dengan orang tuanya. “Mama, Papa, ... Di mana mereka? Aku harus mencari mereka!”Lucyana bergerak, tapi sekujur tubuhnya seperti remuk. Wajah pucat pasi terlihat lemah, ia meringis menahan sakit, hingga suara bariton mengejutkannya dari pintu masuk.“Kau sudah sadar rupanya.”Langkah lebarnya mendekat, seiring dengan aroma maskulin yang menguar dengan kuat. Wajah dengan rahang kokoh itu menatap Lucyana tanpa seulas senyum, tatapannya setajam elang, seperti mengintimidasi gadis yang kini tengah memicing ke arahnya.“Kau, siapa?” Pria itu belum menjawab, tapi menarik kursi dan duduk di sebelah Lucyana.“Sepertinya kau salah m
Read more

Posisi Kedua

“Kau sudah siap?”Lucyana yang tadinya menatap pantulan wajah di kaca sedikit terkesiap. Tak ada senyum bahagia yang terpancar seperti yang dialami pengantin pada umumnya. Hanya dengan kode kecil, perias yang ia sewa undur diri setelah menerima satu amplop cokelat tebal uang.Wajahnya semakin cantik bahkan terlihat berbeda, dengan balutan gaun putih, juga mahkota di atas kepala membuatnya bagai seorang putri yang akan bersanding dengan pangeran berkuda putih impiannya, sayang itu hanya dongeng, yang sering ibunya baca waktu kecil, menjadi cerita pengantar tidur yang masih kelas teringat hingga kini. “Turunlah!”Lucyana mengangguk. Bahkan Justino seperti tak peduli, tak ada sedikit saja sanjungan, nyatanya ia memang hanya dijadikan opsi kedua, tak ada yang istimewa di pernikahan ini. Buktinya hanya ada beberapa saksi yang hadir, juga pendeta yang ia sewa. Tentu saja Lucyana tak memiliki andil dalam persiapan pernikahannya sendiri. Harusnya di hari pernikahan, ia juga dipertemukan den
Read more

SADAR DIRI

Kolam di hadapannya menjadi suatu objek yang paling menarik untuk ia lirik di pagi hari, baju kaos longgar sepaha, ditambah celana pendek yang tak terlihat karena tertutup baju yang ia kenakan, membuatnya terlihat lebih lucu. Kaki jenjang nan mulus milik Lucy terekspos bebas, sepasang kaki itu juga menjuntai ke dalam kolam. Sejak pagi tadi, ia tak menemukan Justino di sisinya. Mungkin pria itu langsung terbangun larut malam, apa pedulinya. Ia hanya istri kedua yang terahasia, bukan begitu? “Sandro, tidakkah kau merindukanku? Padahal aku berharap, ketika tersadar, yang pertama kujumpai adalah kamu, bukan Justino.”Lucyana mengingat puing kenangannya bersama Anna dan Mario. Sebelumnya mereka keluarga yang bahagia dan utuh, terlebih memiliki kekasih sebaik Sandro, andai lamaran pria itu diterima, mungkin tak ada insiden di mana ia diharuskan pindah untuk melupakan Sandro, mungkin tak ada kejadian mengerikan yang membuat Lucyana kehilangan segalanya, termasuk mahkota yang ia jaga hanya
Read more

Posesif

“Nyonya baik-baik saja?”Salah satu pria mendekati mobil, jelas sekali ia pemilik mobil yang ada di hadapannya. Pria seusianya itu menatap cemas, terlebih ketika melihat wajah Sarah yang terlihat sedikit pucat, sekali pun lipstik merona itu sudah menutupi bibir indahnya. Sarah menoleh sekilas, kemudian mengangguk pelan. Matanya memicing, menatap mobil di depannya.“Mobilmu mengalami kerusakan. Kau ingin ganti rugi?”“Tak perlu nyonya! Saya bisa memperbaikinya sendiri,” tolak pria itu halus. Tapi seakan tak mendengarkan penjelasannya sama sekali, Sarah malah menyerahkan kartu namanya pada pria yang belum ia ketahui namanya. “Hubungi saya jika mobilmu mengalami kerusakan parah! Saya buru-buru sekarang.”Sarah memutar balik arah dan mencari jalur yang lain. Bisa-bisanya ia menabrak mobil pengendara lain, semua karena ia tak fokus. Ia tetap mengendarai mobil, tujuannya tentu saja perusahaan Justino, entah kenapa tiba-tiba merindukan dekapan suaminya. Sarah melihat arloji di pergelangan ta
Read more

Disangka Mati

Lucyana terjaga, dan seperti biasa Justino pasti sudah enyah dari tempatnya sejak semalam. Ia sudah tak peduli, sedikit tertatih berlalu ke kamar mandi, membiarkan tubuh polosnya diguyur shower cukup lama. Setelah puas, jemari lentiknya meraih kimono mandi, dan berjalan menuju lemari. Mencari pakaian terbaik tapi yang ia temui hanya baju-baju wanita sosialita yang ia yakin betul itu milik Sarah.“Jadi aku diberikan barang bekas? Kalau saja tidak urgent, aku tak sudi mengenakannya,” keluhnya sembari meraih dress biru tua selutut, sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Rambut panjang dibiarkan tergerai, heels hitam menjadi sasaran.Sebelumnya ia adalah anak yang semua kebutuhannya terpenuhi, dengan pekerjaan orang tuanya ia bisa meraup banyak uang dalam waktu singkat, apa pun yang ia inginkan pasti akan terkabul tanpa protes, sebab ia juga anak tunggal, tapi sekarang malah harus menukar semua itu dengan harga dirinya.Polesan make up tipis di dalam laci meja rias kamar, membu
Read more

EGOIS

“Pilih mobil mana yang kau suka!”Mata Lucyana berbinar ketika pandangannya berpendar, dari satu mobil ke mobil yang lain. Jejeran mobil mewah berbaris rapi, pun ada beberapa mobil impian Lucyana yang belum sempat tergapai. Lucy mendekati salah satu mobil, dan akhirnya tersenyum senang. Tanpa sadar, Justino turut menarik sedikit kedua sudut bibirnya ketika melihat reaksi Lucyana yang begitu gembira.“Kau suka?”Lucyana mengangguk antusias, menatap Justino yang sedetik kemudian langsung memudarkan senyumnya. Merasa segan terpergok memberi seulas senyum untuk wanita selain istrinya, membuat Justino langsung memasang wajah dingin dan akhirnya membeli mobil impian Lucyana.“Apa kau sangat mencintai nyonya Sarah Lee?” tanya Lucyana ketika mereka berada dalam satu mobil. Sebenarnya tak ingin melempar pertanyaan sebodoh itu, hanya saja ia bingung membuka topik pembicaraan lebih dulu, ketika sepanjang jalan Justino mendiamkannya. Pria itu masih bungkam, seperti memang malas menanggapi. Hingga
Read more

Menjadi Ibu

“Hamil? Lucyana hamil?”Justino tampak berbinar senang, menatap wajah pucat Lucyana yang terlihat biasa saja. Ia yakin kabar ini akan membuat Sarah Lee bahagia. Tak sadar ia justru memeluk dan mengecup kening Lucyana, membuat wanita itu sedikit terkejut tapi tak sedikit pun mengelak. Lucyana masih bungkam, bingung harus bersikap seperti apa, bahagia atau malah sebaliknya. Tangan halusnya mengusap permukaan perut yang masih rata, hampir saja menangis jika tak mengingat masih ada Justino dan dokter yang ditugaskan khusus untuk Lucyana sendiri. Ia menatap wajah Justino yang masih terlampau bahagia, angannya mulai bergerak liar dan berharap yang ada di hadapannya saat ini adalah Sandro.“Selamat, Tuan. Sebentar lagi Anda akan menjadi seorang ayah,” ujar dokter itu tulus. Justino seperti kegirangan, lekas mengusap lembut perut rata istrinya. Terlampau bahagia, melihat raut bahagia Justino, Lucy tak sampai hati menghindar, membiarkan Justino menikmati masa-masa menjadi calon ayah.“Anda ba
Read more

Dia tak Mencintaimu

Bangunan mewah terpampang di hadapan, tak banyak yang berubah setelah beberapa tahun tak pernah ia kunjungi, sejak masuk sel kala itu. Ia menatap kartu nama di tangan sekali lagi, memastikan bahwa ini benar-benar alamat wanita yang pernah tak sengaja menabrak mobilnya. Rasanya ia baru melihat Sarah Lee, apa ketika mereka menikah dirinya masih berada di dalam jeruji besi? Entah.Tujuannya ke sini adalah untuk memastikan jika alamat yang ada di kartu nama Sarah memang alamat Justino, dan benar adanya. Malam semakin larut, harusnya ia memang tak bertamu, tapi jika berbalik arah tanpa bertemu sahabatnya lebih dulu rasanya tak mungkin.Langkah lebarnya keluar dari mobil, entah kenapa pagar ya tidak terkunci. Seingatnya rumah Justino penuh dengan privasi, tak sembarang orang bisa keluar masuk sesuka hati jika bukan karena perintahnya. Bel pintu ditekan, dua kali tak ada sahutan pun dengan pintu yang masih tertutup rapat. Tapi tiba-tiba salah satu wanita paruh baya membuka pintu, lengkap den
Read more

Cemburu 2

“Aku tak sendiri, pelayanmu adalah saksi.”Matheo menatap tenang seperti tak ada raut ketakutan di sana, sementara Justino kini menatap Sarah yang sepertinya menatap dingin ke arahnya. Perlahan ia mendekat, mengambil tempat di sebelah Sarah Lee kemudian menggenggam jemarinya. Entah kenapa ketika mendengar suara Justino, ia mendadak terbangun dari tidurnya, padahal tadi merasakan kantuk tak tertahan hingga tertidur di pelukan Matheo. Jika mengingat itu, ia justru merasa bersalah dan malu, akhirnya mendekap Justino bukan karena rasa rindu, melainkan rasa bersalah yang tiba-tiba menyergap begitu saja.“Bagian mana yang sakit?” Justino meraih pergelangan tangan Sarah yang diperban, lantas mengecupnya dengan lembut.“Apa yang kau lakukan, Sayang? Jangan seperti ini!”Matheo berdehem sebentar, membuat keduanya beralih menatap Matheo.“Sepertinya wanita memang seperti itu jika sakit hati.” Satu kalimat yang terlontar dari bibir Matheo memantik penasaran, kemudian tatapannya kembali beralih
Read more

Hampir Keguguran

Kolam yang terbentang di hadapan menjadi objek yang kerap kali ia lihat akhir-akhir ini, meski sejatinya seperti tak menarik, bahkan respons juga tatapannya tak seceria sebelumnya, tak seantusias dulu, terlihat biasa saja dengan wajah yang dibiarkan tanpa seutas senyuman. Kaki jenjangnya menyentuh air jernih tersebut, rasa dingin menjalar tapi tak mampu menyejukkan isi kepalanya yang mendadak pusing.Satu yang harus ia persiapkan mulai saat ini, ia akan pergi setelah menyerahkan anak ini pada Justino dan istrinya, lantas menerima bayaran sesuai perjanjian. Ya, hidupnya akan jauh lebih tenteram setelah mendapatkan banyak harta, dengan begitu ia bisa mencari Sandro dan memulai hidup baru bersama kekasihnya itu.“Nyonya, waktunya makan siang dan minum vitaminnya!” Wanita paruh baya yang dibayar untuk menjaga kesehatan Lucy terlihat berdiri di sisi kiri, dengan tangan yang memegang nampan berisi makanan juga segelas susu hamil, tak lupa vitamin untuk memperkuat janinnya. “Letakkan saja
Read more
DMCA.com Protection Status