Mahesa baru saja sampai di rumahnya, dengan langkah yang mulai memasukinya."Selamat malam tuan," sapa beberapa maid yang ia lewati."Tari, apa Zara sudah makan?" tanya Mahesa pada salah satu maidnya."Sudah tuan."Mahesa mengangguk kecil. "Lalu bagaimana dengan gadis itu, apa dia juga sudah makan?"Tari membenarkan, "Sudah juga tuan."Mahesa merasa lega ketika mendengarnya, setelah itu ia pun kembali ke kamarnya.KlekTerdengar pintu kamarnya yang terbuka membuat Zara mengalihkan perhatiannya dari ponsel."Sayang, kamu belum tidur?" tanya Mahesa ketika waktu sudah menunjukkan pukul jam 9:30 malam."Aku masih nunggu kamu, Sayang," sahut Zara yang kemudian menghampirinya untuk memeluk.Mahesa tersenyum kecil. "Maaf karena aku pulang terlambat."Zara menganggukkan kepalanya dalam dekapan Mahesa. "Apa kamu sudah makan?" tanya Zara kemudian."Aku sudah makan sayang.""Baiklah kalau begitu, kamu pasti sangat lelah karena bekerja seharian. Mau aku siapkan air hangat untuk mandi?" tawar Zara
Dengan senang hati Raisa menganggukkan kepalanya, karena keinginan sang bayi akhirnya terpenuhi.Mahesa dan Zara kemudian mendekatinya, dengan tangan yang terulur untuk mengelus perutnya.Sang janin pun mulai bergerak ketika ia mendapat rangsangan dari ayahnya, keinginan Raisa terpenuhi sehingga membuatnya lega.Mahesa tersenyum ketika anaknya merespon sentuhannya."Dok, kira-kira apa jenis kelamin anak kami?" tanya Zara yang sudah sangat penasaran."Ini sudah memasuki bulan kelima kehamilannya, sudah sepantasnya Raisa melakukan USG untuk mengetahui kondisi bayinya.""Baiklah, kalau begitu kapan Raisa bisa melakukannya?" tanya Raisa yang juga sudah bosan berada di kamarnya.Dokter Lily menjawab, "Mungkin lusa, kalian bisa membawa Raisa ke rumah sakit untuk kontrol lebih lanjut.""Baik Dok," angguk mereka bertiga.Setelah itu Bu Titi pun membawa Dokter Lily untuk turun ke bawah, sedangkan Raisa kini tengah mengobrol dengan Zara dan juga Mahesa."Aku sudah tidak sabar untuk mengetahui j
Di ruang tamu,"Ti, tolong panggilkan Raisa untuk menemuiku disini,” titah Zara saat Bu Titi tengah membersihkan meja."Baik Nyonya,” angguk Bu Titi yang saat itu juga berlalu meninggalkan Zara, untuk membawa Raisa padanya.Sedangkan di dalam kamar, Raisa berjalan mondar-mandir karena merasa jenuhTok tok tokLangkah Raisa terhenti ketika pintu kamarnya diketuk, dan dengan segera ia pun membukanya."Bu Titi? Ada apa?" tanya Raisa ketika mendapati Bu Titi ada di depan pintu kamarnya.Bu Titi sedikit menunduk. "Maaf jika mengganggu, saya diperintahkan Nyonya Zara untuk membawa anda turun ke bawah.""Untuk apa?" Alis Raisa tampak menyatu."Nyonya berencana untuk mengajak Anda pergi keluar," jawab Bu Titi yang membuat mata Raisa berbinar-binar."Apa Bu Titi serius?" Genggam Raisa pada tangannya."Tentu saja!" senyum Bu Titi yang turut merasakan kebahagiaan Raisa.Raisa berseru, "Baiklah! Apa kita bisa turun sekarang?"Dengan pasti Lina menganggukan kepalanya. "Ayok!"Raisa tak melepaskan
Raisa dan Zara keluar dengan menenteng banyak sekali paperbag, untungnya barang-barang mereka tidak terlalu berat.Sang sopir datang terpongoh-pongoh dan menghampiri mereka, untuk mengambil alih barang-barang tersebut.“Biar saya bawakan, Bu,” ujar sang sopir."Tono, kamu tolong antar Raisa sampai ke rumah ya? Saya masih ada urusan disini," pinta Zara padanya.Tono mengangguk, "Baik Bu."Zara kemudian melirik ke arah Raisa. "Pulanglah terlebih dahulu."Raisa menganggukkan kepalanya dan menjawab, "Baiklah kalau begitu.""Mari Nona," ajak Tono pada Raisa, yang sudah siap membukakan pintu mobil untuknya."Aku duluan," pamit Raisa yang kemudian memasuki mobil tersebut.BrommmMobil pun mulai melaju meninggalkan area parkir.Setelah kepergian Raisa dan sang sopir, Zara pun segera meminta kekasihnya itu menjemput dirinya. Tak lama ia menunggu, sebuah mobil berhenti tepat di depannya.Zara kemudian memasuki mobil tersebut, yang akan membawanya pergi ke suatu tempat.Di kantor, Mahesa menyamb
Sesampainya di rumah,Mahesa bergegas masuk ke dalam rumahnya dengan mata yang terus mencari. "Zara!!! KAMU DIMANA!!??""Zara!!???" seru Mahesa yang memanggil-manggil namanya dengan kaki yang terus melangkah.Laras yang tengah melihat tuannya uring-uringan, seketika itu juga menghampirinya. "Ada apa tuan!?""Dimana Zara!?" tanya Mahesa singkat, namun penuh ketegasan."N-nyonya belum pulang Tuan-""Lalu dimana gadis itu? Bukankah Zara pergi bersama dengannya,” lanjut Mahesa.Laras menunduk. "Nona ada di dalam kamarnya, beberapa puluh menit yang lalu ia sampai di rumah."Mendengar hal itu Mahesa pun berlalu memasuki litt yang akan membawanya ke kamar Raisa.Sedangkan di dalam kamarnya Raisa tengah menikmati jusnya, dengan Tari yang juga ada disana.Brakk Brakk Brakkk!!Raisa sedikit terlonjak ketika pintu kamarnya digedor-gedor dengan sangat keras."Biar saya yang membukanya Nona," ucap Nada yang kemudian berjalan untuk membukakan pintu.KlekTampak disana Mahesa dengan wajah memerahnya
Di kamar,"Sebenarnya apa yang terjadi di antara mereka? Kenapa Mahesa kelihatan marah saat menanyakan Zara?" batin Raisa yang sedang memikirkan mereka berdua.Laras yang ada disana seketika itu juga menghampiri Raisa yang tampak termenung, "Nona pasti bertanya-tanya tentang hal ini, kan?""Iya Ras, ini pertama kalinya aku melihat Mahesa marah saat mencari Zara." Raisa menghela nafas.Laras membenarkan. "Sama, ini juga pertama kalinya saya melihat Tuan Mahesa semarah ini.""Hem semoga saja mereka baik-baik saja,” gumam Raisa."Iyo semoga saja," timpal Laras."Ngomong-ngomong kamu sudah bekerja berapa lama di sini?" tanya Raisa berbasa-basi.Laras menjawab, "Sudah lebih dari 3 tahun.""Sama seperti umur pernikahan mereka?" sahut Raisa,"Iya karena kebetulan saya direkrut saat Nyonya baru menginjakkan kakinya di sini."Raisa manggut-manggut. "Oh begitu.""Ya walaupun sebenarnya saya merasa lebih nyaman mengobrol dengan Anda Nona, Anda begitu berbaur dengan kami."Raisa mengernyitkan dah
Zara tampak mondar-mandir di dalam kamarnya, dengan jari yang ia ketukan di dagu. "Sekarang ini aku harus lebih waspada terhadap si tua bangka itu! Yang diam-diam ternyata dia memata-mataiku," gumamnya."Aku ingin sekali menelpon Damian untuk memberitahunya untuk tidak menghubungiku dulu, untung ponselku sudah aku tinggalkan di dalam mobilnya. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa dia akan menghubungi ke rumah, mumpung Mahesa tidak ada lebih baik aku telepon dia sekarang."Saat itu juga Zara menghampiri telepon rumahnya untuk menghubungi sang kekasih.TringggDamian mengalihkan perhatiannya pada sebuah telepon yang ada di atas meja kerjanya, tanpa pikir panjang ia pun segera mengangkatnya."Hallo sayang," sapa Zara dari seberang sana."Ada apa sayang? Apa ada hal penting mengenai mereka? Apa Mahesa mencurigaimu?" tanya Damian bertubi-tubi.Zara menjawab, "Bukan hanya itu saja, tapi Tuan Fariz dan antek-anteknya juga memata-mataiku, aku rasa kita tidak bisa bertemu dalam waktu dekat in
"Sayang, aku mandi dulu ya? Kebetulan ini sudah sore," ucap Zara pada Mahesa yang tengah bersandar di tempat tidurnya."Iyah," angguk Mahesa dengan mata yang tertuju pada sebuah tab yang ada di tangannya.Merasa terabaikan Zara pun mencoba untuk menghampirinya. "Sepertinya mandi bersama akan menyenangkan."Mahesa mengalihkan perhatiannya pada Zara. "Maafkan aku, tapi aku sangat sibuk."Zara mengerucutkan bibirnya, "Hmm.""Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan, kamu mandilah terlebih dahulu."Zara beranjak dari sisi ranjangnya. "Baiklah kalau begitu."Zara pun berlalu memasuki kamar mandi."Aman," pikir Mahesa yang kemudian memasangkan airpods ke telinganya.Dimana ia hendak mendengar percakapan yang terjadi di dalam telepon rumahnya, tanpa Zara sadari setiap telepon di rumahnya bisa dia akses, karena Mahesa yang dengan sengaja memasang sebuah penyadap di beberapa titik setiap telpon rumahnya.Mahesa mengklik sebuah tombol play yang ada di tab pribadinya. Tak beberapa lama kemudia