Laura terkejut ketika ditarik pamannya untuk menikah dengan seorang pria yang tidak ia ketahui. Ketika ditolak, Laura diancam harus membayar 2 miliar. Tidak ada pilihan lain, Laura pun menyetuinya. Namun siapa sangka, kalau dia ternyata menjadi istri kedua pria itu. Belum lagi, Laura dinikahkan hanya untuk mendapatkan keturunan sah dari pria itu. "Aku akan menceraikanmu, ketika kamu berhasil memberikanku keturunan!"
View MoreSatu tamparan mendarat di pipi Devan saat Papah Agatha baru saja turun hendak sarapan pagi. Ia geram dengan perlakuan putra keduanya telah mengabaikan istri yang satunya lagi. "Pah," teriak Mama syok dengan apa yang di lihatnya sekarang, ia tak menyangka suaminya akan melakukan kekerasan pada putranya. "Dasar anak tak berguna, kenapa kamu jadi pria bajingan seperti ini, Devan." tegas Papah Agatha sudah geram dengan sikap putranya itu, ia mendapatkan informasi tentang kehidupan rumah tangga putranya dengan perempuan yang tak lain adalah Laura. Ia mencari tahu dengan detail permasalahannya rumah tangga yang di jalani oleh putra kedua itu, fakta mengejutkan baginya setelah berkas yang di kirim oleh kepercayaan bahwa putranya sudah keterlaluan pada perempuan tak tahu apapun harus terseret dalam permasalahan ini. Hanya ingin mendapatkan hak waris perusahaan jatuh padanya. "Ada apa ini, Pah. Kita bisa bicarakan dengan baik-baik, jangan seperti ini." ucap Mama Linda ingin mencairkan
"Janin itu masih hidup, kamu tak perlu khawatir saya yang akan menjaganya." sahut seorang pria baya berada di ambang pintu sedang menatap kearah Laura. "Tuan," tunduk pelayan itu pamit untuk keluar dari kamar majikannya. Tatapan Laura bingung dengan adanya pria baya tak ia kenal sama sekali tapi pernah melihatnya entah di mana? "Saya Agatha, ayahnya Kenan." ucapnya Papah Agatha tahu dengan tatapan wanita itu sepertinya bingung dengan keberadaannya. Ia datang kerumahnya Kenan tanpa sepengetahuannya karena ingin tahu keadaan istri dari putranya Devan. Laura hanya mengangguk pelan, ia takut dengan tatapan pria baya sedang menatapnya dengan intens. "Gimana keadaan mu?" tanya Papah Agatha ingin tahu keadaan mantunya itu. "Saya baik, Tuan." jawab Laura merasa mencekam berada di dalam kamarnya yang ia tempati di rumah ini. "Kehamilan mu?" tanya Papah Agatha lagi. Laura tak menjawab ia malah menatap kearah pria baya itu dengan menyelidik tak mengerti pria baya itu tahu kondisi
Setelah di periksa secara insentif dokter itu pergi setelah Kenan menyuruhnya lalu menatap dengan tajam agar temannya tak memberitahukan kepada siapapun termasuk keluarganya jika dirinya sedang menyembunyikan perempuan yang ia kenal juga. Kenan menatap kearah Laura masih tak sadarkan diri dengan selang infus masih berjalan, ia merasa kasihan dengan wajah pucat nya. "Aku akan menolong mu, entah kenapa aku begitu perduli terhadap mu." gumam Kenan, tak biasanya ia perduli terhadap seorang wanita kecuali keluarganya. ponselnya berbunyi ia pun keluar untuk mengangkat panggilan tersebut. "Halo, Pah?" ucap Kenan. "Di mana kamu? Cepat pulang sekarang." titah Papah Agatha langsung mematikan panggilan sepihak. Kenan pun membuang napasnya ia mendengar suara Papahnya sepertinya ada sesuatu di rumah itu sampai dirinya di suruh pulang sekarang juga. Sampai di rumah Kenan pun mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Papahnya yang tadi menghubunginya. "Papah di mana, BI?" tanya Kenan tak m
"Sya? Kapan pemeriksaan jadwal kehamilan mu?" tanya Papah Agatha rasanya tak sabar ingin menimang cucu dari putranya Devan. "bulan depan, Pah. Kemarin kan sudah sebelum Papah pulang." jelas Nasya sambil mengelus perut buncitnya. Ia berakting agar Papah mertuanya itu percaya jika dirinya sedang hamil beneran. Papah Agatha mengangguk-anggukkan saja lalu menatap kearah istrinya hanya terdiam saja tanpa menimpali omongannya. Ketika sedang berkumpul tiba-tiba Devan turun dengan tergesa. "Devan, ada apa? Kamu kan masih sakit, Nak." cegah mamah Linda melihat putranya itu keluar dari kamarnya. "Devan lagi nungguin sesuatu, Mah." jawab Devan tak sabar ingin segera menikmati apa yang di pesannya beberapa menit lalu. "Memang kamu pesan apa?" tanya Mama Linda penasaran dengan keinginan putranya. "Manisan mangga muda, Mah." jawab Devan biasa saja. Tapi tidak dengan Mama Linda terkejut dengan pengakuan putranya itu tak masuk akal. "Jangan aneh-aneh kamu, Van. Ini masih pagi loh." uc
"Jangan gila," sentak Arjun, bukan ia tak mau menemani tidur bersama Nasya, menemani sampai kelelahan pun ia sanggup. Tapi beda situasi nya karena di rumah ini bukan hanya Devan saja melainkan ada Om Agatha sudah kembali dari pengobatan nya. Tak tak ingin gegabah dalam bertindak untuk menguasai seluruh kekayaan nya melalui orang-orang keluarga nya. "Kenapa sih semua orang menolak ku?" teriak Nasya langsung Arjun membekap mulut Nasya, ia tak ingin ada orang yang mendengarnya jika dirinya sedang bersama dengan Nasya. "Jangan berisik, kamu mau kita ketahuan?" bisik Arjun, ia tak ingin di ketahui dengan cepat apa yang di lakukannya di belakang keluarga Agatha. Nasya pun mengangguk, ia lupa sedang berada di kediaman suaminya. Arjun melepaskan tangannya lalu menatap kearah Nasya sudah paham apa yang di katakan nya barusan. "Sana tidur, sudah malam." perintah Arjun, dirinya pusing tujuh keliling mencari keberadaan Laura setelah kejadian di mana dirinya akan menghabisi janin berada
"Sedang apa kamu di sana?" tanya Kenan mengernyitkan dahinya melihat wanita duduk sendirian di samping rumah. "Saya hanya mencari udara segar, Tuan." jawab Laura memberikan alasan, ia merasa bosan terus berada di dalam kamar. "Ini untuk mu, sedang hamil kan bawaan pengen makan," ucap Kenan meletakkan apa yang di bawanya di samping Laura. "Apa ini, Tuan?" tanya Laura melihat banyaknya bungkusan plastik yang di letakkan di sampingnya. "Itu makanan," "Iya, saya tahu. Makanan apa yang di bawa, Tuan?" tanya Laura tak sabar ingin tahu apa yang di berikan pria tersebut saking penasarannya, ingin membuka rasanya sangat malu sekali. "Buka saja, tapi jangan di sini." titah Kenan. Laura mengangguk, ia pun membawa bungkusan plastik itu kedalam ruang dapur meletakkan sambil mengambil piring untuk meletakkan makanan tersebut. Berbagai macam jajanan yang di beli Kenan satu persatu hingga membuat Laura mengernyitkan keningnya. "Banyak sekali," gumam Laura, ia kadang suka lapar tapi rasanya
Entah kenapa Devan sangat menginginkan buah tersebut, ia sampai tak sabaran setelah buah itu di belikan oleh seorang pelayan rumah."Mas, kamu kenapa sih?" tanya Nasya aneh dengan sikap suaminya tersebut. Bukannya Devan tak pernah menyukai buah tersebut,dan mengapa sampai tak sabaran ingin memakan buah tersebut.Mama Linda juga heran dengan sikap putranya, ia juga tahu apa yang di sukai dan tidak di sukai itu hingga bertanya-tanya mungkin kah Nasya hamil?"Devan seperti tak pernah memakan buah saja, Mah." bisik Nasya aneh dengan suaminya itu."Mama juga aneh, gak apa-apa mungkin Devan memainkan peran nya agar Papa percaya jika kamu memang sedang hamil beneran." Nasya mengangguk setuju, ia pun duduk di pinggiran ranjang sambil menunggu suaminya sedang menikmati buah semangka."Mas?" panggil Nasya melihat suaminya sedang memakan buah tersebut entah kenapa ia ingin juga memakannya."Minta dong," ucap Nasya."Gak boleh, ini punya aku, Sya. Kamu beli saja sana." "Kamu aneh , Mas. Gak bia
Keduanya pun pergi keluar untuk mencari keinginan Laura menginginkan buah semangka, buah bulat besar itu tak sulit untuk di carinya hingga tiba di pedagang kaki lima yang di inginkan Laura."Kenapa beli di sini? Di supermarket lebih bagus." tawar Kenan, bukannya ia menolak di ajak membeli di pinggiran jalan tapi ia tak suka orang-orang melihat kearahnya tanpa berkedip."Di sini saja, Tuan. Buahnya juga masih segar dengan harga terjangkau." jawab Laura polos, ia tahu di supermarket itu harganya mahal-mahal dengan uang yang ia punya tak seberapa."Ya udah turun," titah Kenan menyuruh wanita itu untuk turun memilih buah yang di inginkannya.Laura terdiam sesaat, ia masih saja ketakutan untuk turun bertemu orang-orang di luar sana terutama takut pada pria bernama Arjun sepupu dari suaminya tersebut."Kenapa?" tanya Kenan mengernyitkan dahinya tak paham dengan sikap wanita tersebut."Boleh Tuan saja yang membelinya, saya takut sekali." jawab Laura menjawab apa yang ada dalam benaknya.Kena
Penolakan yang kesekian kalinya di lakukan oleh Devan terhadapnya, Nasya merasa kesal ingin segera di sentuh oleh Devan sudah sering menolak ajakannya. Entah kenapa sampai Devan tak seperti dulu selalu ingin segera di layani dengan segera.Nasya bangkit dari duduknya, ia turun dari atas ranjang setelah penolakan yang di berikan suaminya.Ia menghubungi seseorang yang selalu ada buatnya di mana menginginkan sentuhan dari lawan jenis."Di mana?" tanya Nasya ingin segera menghampiri Arjun."Jangan ganggu aku dulu, aku sedang sibuk." jawab Arjun di sebrang sana langsung mematikan sambungan teleponnya."AAarrrrgghh, brengsek semua gak ada yang mau ngertiin aku." teriak Nasya berada di halaman rumah mertuanya. ia kesal benar-benar kesal dengan sikap kedua pria tersebut.Di dalam kamar Devan terus saja memuntahkan isi perutnya terus menerus hingga dirinya tak memiliki tenaga lagi untuk berdiri. Ia menopang tubuhnya di tembok agar dirinya tak ambruk ke lantai.Tak mendapati istrinya entah per
"Kamu tuh sudah kujual pada orang kaya itu!"Tentu saja Laura terkejut melihat mendengar kenyataan itu. Sepasang matanya terbelalak sempurna,Dia dijual? Oleh satu-satunya paman yang ia miliki?Air mata tiba-tiba menggenang di mata Laura. "Sekarang, kamu gak usah banyak tanya, dan masuk ke dalam lalu bersiaplah." titah Paman Samsul, sebelum kemudian mendorong Laura ke dalam kamar putrinya. "Jangan berani kabur, atau kamu akan menyesal, Laura!"Di dalam kamar milik sepupunya tersebut, Laura tidak sendiri. Ada dua orang wanita di sana, lengkap dengan peralatan tata rias dan segala jenis aksesoris yang pernah Laura temui di pesta pernikahan.Laura menoleh ke arah Paman Samsul yang berdiri di ambang pintu berteriak dengan tak sabarnya. "Aku gak akan melakukan apapun sebelum Paman menjelaskan apa yang terjadi!” kata gadis itu dengan tegas. Plak!Satu tamparan diberikan Paman Samsul kepada Laura, membuat gadis itu mundur beberapa langkah karena rasa sakit dan terkejut."K-Kenapa Paman mel
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments