Adelia mengurungkan niatnya untuk memberikan kejutan kepada Farid, sang suami saat ia melihat seorang wanita yang sedang hamil besar berada di rumahnya. Siapa sesungguhnya wanita itu?
View More“Sebentar lagi obatnya pasti akan bekerja!” tukas Ludwig yang seketika membuat gelas wine di cengkeraman Adeline terlepas.
Bunyi pekak beling yang berhamburan, sontak menarik perhatian banyak orang yang tengah berada di acara lelang lukisan I&S Hotel.Dengan manik terbelalak, Adeline segera menyahut, “apa yang kau lakukan, Kak Ludwig?!”Bukannya menjelaskan, Ludwig Daniester malah mendekati adik tirinya. Dengan tatapan penuh hasrat berbahaya, pria itu menyeringai seolah mengejek Adeline.“Berhenti memanggilku Kakak, Adeline. Wanita ular sepertimu, hanya pantas untuk pria bernafsu binatang sepertiku.” Pria itu berbisik dengan sinisnya. “Jadi, mari kita nikmati malam ini bersama!”Adeline yang tahu rencana bejat Ludwig untuk menidurinya, sekejap panik bukan main. ‘Sialan! Ludwig telah menjebakku. Tidak bisa, aku tidak boleh diam saja!’“Benarkah? Kalau begitu lihat, apa Kakak bisa menghadapiku?!” sungut wanita itu yang lantas membuat Ludwig mengernyit.Belum sempat sang pria bertanya maksud Adeline, wanita itu lebih dulu memekik, “tolong! Pria ini telah melakukan pelecahan seksual pada saya!”Sontak, semua pasang mata terkejut mendengar pernyataan Adeline. Termasuk Ludwig yang saat ini berubah cemas, karena rencananya menjebak Adeline malah menjadi boomerang baginya.“Hei! Apa yang kau katakan, Adeline?!” Ludwig memberang sembari mencekal kedua bahu adik tirinya.Adeline pun kembali berteriak dengan wajah gemetar ketakutan. “Tidak … to-tolong menjauhlah! Siapapun, tolong saya! Tolong selamatkan saya!”Mendapati Adeline semakin kesulitan, para pengunjung pun mulai geram dengan tingkah Ludwig. Hingga seorang wanita paruh baya mendengus kencang. “Lepaskan Nona itu, Tuan! Anda benar-benar tidak tahu malu!”“Tolong, penjaga! Bawa pergi pria yang tidak punya sopan santun itu dan masukan dia ke penjara!” Pengunjung lain pun ikut memberi suara.Ludwig yang tersudut, kini berpaling dengan sorot tatapan tajamnya. “Aku tidak melakukan apapun! Wanita ini—”“Mari ikut kami, Tuan!” Seorang penjaga keamanan tiba-tiba menyeret Ludwig, sebelum pria itu merampungkan katanya.“Sialan! Singkirkan tangan kalian! Aku tidak melakukan apapun pada wanita itu. Dia hanya berbohong, jadi lepaskan aku sekarang!” sambar Ludwig coba memberontak.“Wanita itu tidak akan berteriak, jika Anda tidak berulah. Jadi, katakan semua omong kosong Anda di kantor Polisi!”Penjaga keamanan tadi tak menggubris ucapan Ludwig. Dia dan satu rekan lainnya terus menarik putra sulung keluarga Daniester tersebut secara paksa.Melihat Ludwig diseret pergi, Adeline pun merasa lega. Akan tetapi, senyum sinisnya yang samar seperti memberi salam ejekan pada Ludwig.Kakak tirinya yang melihatnya pun kembali memberang, “berengsek! Aku tidak akan melepaskan jalang sialan sepertimu, Adeline!”Beberapa orang kini menghampiri Adeline. Mereka tampak khawatir dengan keadaan wanita yang malang tersebut.“A-apa Anda baik-baik saja, Nona? Wajah Anda terlihat sangat pucat.” Seorang perempuan muda bertanya.Mereka semua bersimpati, tapi sialnya obat perangsang yang dicampur Ludwig dalam minuman Adeline, kini mulai beraksi. Adeline merasakan sensasi aneh menyerang tubuhnya, dan tentunya dia tidak bisa terus berada di tempat ini.‘A-aku harus segera pergi,’ batinnya dalam hati.“Ya, saya baik-baik saja. Sa-saya sangat terkejut dengan tindakan pria itu, jadi … sepertinya saya harus pulang sekarang. Terima kasih karena Anda semua sudah membantu saya.”Akhirnya Adeline pun mangkir usai memberikan salam hormat. Dia berjalan sempoyongan menuju lift, bahkan dahi dan tengkuknya penuh keringat dingin karena sensasi panas terus menyiksa.Adeline tak bisa terus berjalan dengan keadaan seperti ini, hingga tanpa ragu dirinya masuk ke salah satu kamar lantai tersebut. Dengan tangan gemetar, dirinya mengunci pintu itu agar tak ada orang yang masuk. Namun, agaknya kesialan tak berhenti di sana.“Apa yang Anda lakukan, Nona?!” tukas suara baritone seorang pria.Adeline segera berpaling, maniknya berubah selebar cakram kala melihat seorang pria tengah memegang pistol ke arah lelaki yang ini terkapar di lantai.Dalam hati, wanita itu pun membatin tegang. ‘D-dia … dia membunuhnya?!’“Bagaimana bisa kucing kecil sampai ke tempat ini, hah?” tukas River-pria yang membawa pistol tadi dengan sengitnya.Adeline yang masih membeku, tak bisa menjawab apapun. Bahkan, ketegangan kini menjalari leher wanita itu saat River melangkah ke arahnya.‘Aish, sial! A-apa yang harus aku lakukan?’ geming sang wanita buncah dalam hatinya.Adeline terjebak. Dia tak bisa keluar sebab tak ingin mengacau di depan umum karena pengaruh obat, tapi jika tetap di sini, dirinya mungkin bisa kehilangan nyawa!“T-tuan … saya tidak melihat apapun!” tukas Adeline terbata.Kakinya perlahan mundur ketika River semakin dekat padanya. Namun, sorot tajam netra pria itu seperti menekan dirinya, hingga Adeline kesulitan bernapas.“Sungguh, saya akan menganggap tidak melihat apa-apa. Jadi tolong biarkan saya pergi!” Wanita itu berbalik, dan dengan cepat meraih kenop pintu.Akan tetapi, River segera mendorong ambang tersebut sampai Adeline tak bisa membukanya.Pria tersebut menghimpit Adeline ke pintu, lantas berbisik di belakang telinganya. “Siapa yang akan percaya omong kosong itu, Nona? Anda melihat semuanya, itu berarti … Anda juga harus mati!”Seketika, asupan oksigen di sekitar Adeline seperti lenyap. Dirinya sesak bukan main mendengar pernyataan mengerikan tersebut. Namun, dia tak bisa diam begitu saja, karena pasrah bukanlah gayanya.“Saya akan melakukan apapun, asal Anda melepaskan saya!” sahut Adeline yang lantas berpaling menatap River. “Berapa yang Anda inginkan? Saya akan membayar semuanya. Biarkan saya pergi, maka Anda akan mendapatkan uang. Bukankah itu lebih menguntungkan?!”Sang pria menyeringai sinis mendengar tawaran wanita itu. “Sepertinya Anda tidak mengerti situasinya, Nona. Saya tidak butuh uang receh Anda, yang saya inginkan adalah nyawa Anda. Itulah cara membayarnya!”Sontak, wajah pucat Adeline berubah kian pasi. Otaknya tak bisa berpikir jernih lagi, karena tekanan dan pengaruh obat yang diberikan Ludwig. Terlebih saat deru napas River yang menghangatkan tengkuknya, juga tangan kasar pria itu yang mencengkeram lehernya, sungguh membangkitkan sensasi panas yang memecah kewarasan Adeline.‘T-tidak! Tidak boleh dengan pria ini!’ Adeline memperingati diri sendiri dalam hati.Akan tetapi, hasrat tak sopan karena pengaruh obat perangsang, kian lama kian mendominasi. Tubuh Adeline menginginkan River!Bahkan tanpa sadar, tangan wanita itu merengkuh wajah River. Membelainya dengan lembut hingga ke dada, yang tentunya merangsang gairah River sebagai pria. Namun, River tak bisa hanyut dalam situasi ini begitu saja.Dia mencekal tangan Adeline agar menyingkir dari dadanya seraya mendecak, “Anda sadar dengan apa yang Anda lakukan sekarang?!”“To-tolong … saya mohon, tolong saya, Tuan,” balas sang wanita disertai bulu matanya yang gemetar.Alis tebal River saling bertaut, tapi dia tak mengatakan apapun karena memang tidak mengerti maksud Adeline. Akan tetapi, bagi wanita itu, diam artinya setuju. Hingga tanpa berpikir panjang lagi, Adeline langsung mengecup bibir River dengan berani.‘Sialan! Apa yang sedang dilakukan wanita ini?’Bab 68"Mbak Adel," tangan Rini bergerak, mengisyaratkan agar aku mendekat. Aku pun menurutinya, mendekat ke arah Rini."Mbak, maafin Rini, ya! Rini telah merusak rumah tangga Mbak Adel dengan Mas Farid. Mas Farid tidak bersalah, Mbak. Rini lah yang sudah menjebak dan memaksa Mas Farid. Ini semua adalah kesalahan Rini. Rini mohon, berikan kesempatan kedua buat Mas Farid, Mbak. Mas Farid sangat menyayangimu, Mbak."Rini kemudian menceritakan kisah masa lalunya. Mulai dari penolakannya saat dilamar oleh Mas Farid, sampai akhirnya ia nekat menyusul Mas Farid ke kota. Di stasiun seorang preman menawarkan bantuan, dan preman itulah yang menjebaknya dan merenggut kesuciannya. Rini juga menceritakan semua kisah pilunya saat dijual oleh preman tersebut hingga akhirnya ia terjebak, menjadi wanita penghibur di tempat prostitusi.Rini juga bercerita saat ia menjebak Mas Farid, hingga ia hamil dan tidak tahu anak siapa. Karena Rini tidak hanya berhubungan dengan Mas Farid, ia juga melakukan hubun
Bab 67Aku, Mas Farid, Ibu dan juga Mama, kini berada di rumah sakit umum, di ruang rawatnya Rini.Entah apa yang terjadi pada Rini sehingga kondisinya kritis seperti itu. Rini berbaring lemah tak berdaya di atas kasur yang hanya berukuran untuk satu orang itu. Di hidungnya dipasang selang pernapasan, sedangkan di punggung tangannya terdapat selang infus.Mas Farid tertunduk lesu melihat kondisi istrinya itu, sementara ibu mertua, entahlah. Aku tidak bisa menerka-nerka bagaimana perasaannya saat ini.Tak lama kemudian, seorang anggota kepolisian datang menghampiri kami. Beliau kemudian menjelaskan kondisi Rini kepada kami."Selamat pagi, Pak, Bu. Tadi, pasien sempat siuman, dia meminta agar kami menghubungi saudari Adel. Katanya ada hal penting yang ingin ia katakan pada saudari Adel," ucapnya sambil memandangi tubuh Rini yang kini sedang berbaring lemah tak berdaya."Sebenarnya, apa yang terjadi pada Rini, Pak?" tanya Mama penasaran. Ternyata Mama sama denganku, aku juga ingin menany
Bab 66Kembali? Berarti Mas Farid telah salah mengira. Ia pikir dengan aku memaafkannya, aku akan bersedia kembali lagi padanya. Aku memang sudah memaafkannya, tapi tidak untuk kembali lagi padanya."Tidak, Mas. Aku memang sudah memaafkanmu. Tapi untuk kembali, maaf aku tidak bisa," ucapku dengan tegas."Itu berarti, kamu belum ikhlas maafin Mas, Dek. Mas harus meyakinkanmu dengan cara apa lagi? Biar kamu tahu betapa Mas sangat mencintaimu?" Mas Farid terlihat frustasi, hingga ia menjambak rambutnya sendiri."Apa karena kaki Mas sudah cacat? Makanya kamu tidak bersedia lagi menerima Mas? Jawab, Dek." Mas Farid terus mendesakku agar menjawab pertanyaannya."Sejujurnya, bukan karena kondisi fisikmu yang membuatku tidak mau lagi bersama denganmu, Mas. Tetapi karena kebohongan dan juga pengkhianatanmu itulah yang membuatku enggan untuk kembali lagi bersamamu," tegasku lagi agar Mas Farid bisa mengerti.Andai saja Mas Farid tidak mengkhianatiku, mungkin saat ini aku masih setia mendampingi
Bab 65. POV AdeliaSyukurlah, akhirnya Rini ditangkap polisi. Kini tidak ada lagi yang mengusik ketenanganku. Sekarang, Rini sudah mendekam di dalam penjara, ia pantas menerima balasan atas apa yang telah ia lakukan terhadapku.Mas Farid juga sudah siuman dan kini kondisinya sudah semakin membaik. Mas Farid telah keluar dari rumah sakit dan kini ia tinggal di kontrakan bersama ibunya. Sedangkan Mas Rudi, memilih untuk kembali lebih dulu ke kampung karena tidak bisa berlama-lama meninggalkan anak dan istrinya.Sejak Rini ditangkap polisi, aku tidak pernah lagi menjenguk Mas Farid. walaupun Ibu dan Mas Rudi berulang-kali menelponku dan memintaku untuk datang, tapi aku tidak bisa memenuhi permintaan mereka.Ibu bilang, Mas Farid ingin sekali bertemu denganku, dan ia juga ingin meminta maaf padaku.Aku tidak berniat lagi untuk menemui Mas Farid. Bagiku, ia bukan siapa-siapa lagi, meskipun kami belum resmi bercerai. Tapi sekarang, proses perceraian kami sedang diproses dan sebentar lagi ka
Bab 64Semenjak Mbak Adel ninggalin rumah, Mas Farid selalu murung, apalagi setelah kami pindah ke kontrakan karena rumah tersebut sudah disita.Aku sudah mencoba menghiburnya, melakukan apapun agar bisa menarik perhatiannya dan membuatnya jatuh cinta padaku. Tapi sekeras apa pun usahaku, tetap saja tidak berhasil.Hingga pada suatu hari, Mas Farid nekat menemui Mbak Adel di butiknya. Aku tahu, pasti Mas Farid ingin membujuk Mbak Adel agar mau balikan padanya.Usaha Mas Farid gagal total karena aku berusaha memanas-manasi Mbak Adel dengan cara meminta harta gono-gini. Aku sudah tahu bahwa butik itu milik Mbak Adel, aku sengaja melakukannya agar Mbak Adel semakin kesal.Mas Farid terlihat kesal saat seorang ibu-ibu datang bersama seorang lelaki yang mengaku sebagai calon suaminya Mbak Adel.Mas Farid tidak terima, bahkan sampai adu jotos dengan lelaki itu.Aku dan Mbak Adel berusaha untuk melerai mereka, karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan.Mbak Adel memilih untuk pergi meni
Bab 63Akhirnya, aku nekat mendatangi rumah Mas Farid. Aku ingin tinggal bersama Mas Farid dan istrinya. Awalnya Mas Farid menolak, tapi akhirnya ia setuju setelah aku kembali mengancamnya. Saat Mbak Adel mendapati bahwa aku telah berada di rumahnya, ia terlihat tidak suka dan sepertinya menaruh curiga. Tapi aku beralasan bahwa aku adalah sepupunya Mas Farid dan suamiku sudah meninggal. Dengan berat hati, Mbak Adel mengizinkanku tinggal di rumah mereka. Rumah yang akan menjadi milikku juga.Hidup satu atap bersama Mas Farid dan istrinya membuatku tidak nyaman. Aku ingin, Mas Farid menjadi milikku satu-satunya. Aku tidak ingin berbagi.Aku sengaja berlagak seperti tuan putri di rumah itu agar Mbak Adel merasa tidak tenang dan akhirnya pergi meninggalkan Mas Farid. Aku sengaja membuat Rumah berantakan seperti kapal pecah, dengan begitu aku berharap agar mereka bertengkar dan akhirnya berpisah.Aku juga sering meminta sesuatu yang tidak wajar. Seperti AC misalnya. Agar Mbak Adel cembur
Bab 62Bus yang aku tumpangi sudah tiba di terminal. Hanya butuh waktu sekitar tiga puluh menit lagi untuk sampai ke kampung halaman. Desa tempat tinggalku merupakan desa terpencil, sehingga tidak bisa dilintasi oleh bus. Hanya mobil angkot lah satu-satunya angkutan umum di desaku.Sambil menunggu angkot, aku menyempatkan diri mengganti pakaian dengan yang lebih sopan. Untungnya, tadi Bang Zon menghentikan motornya di sebuah butik dan menyuruhku untuk membeli beberapa helai pakaian. Menurutnya, pakaian yang kukenakan tidak pantas dipakai oleh wanita baik-baik. Yah, Bang Zon menginginkan agar aku berubah menjadi wanita yang lebih baik setelah keluar dari tempat tersebut.Setelah mengganti pakaian, aku kembali ke tempat semula. Ternyata di sana sudah ada angkot yang menunggu penumpang.Aku pun segera menaiki angkot tersebut dan tidak lupa menyebutkan nama kampungku.Di tengah perjalanan, angkot yang aku tumpangi tiba-tiba mogok. Sementara, penumpangnya tinggal aku sendiri dan saat ini k
Bab 61"Mampir ke cafe dulu ya, Bang. Rini lapar nih," ucapku kepada Bang Zon saat kami dalam perjalanan pulang menuju tempat pros--titusi yang sudah menjadi tempat tinggalku. "Iya," ucapnya sambil menganggukkan kepala.Saat Bang Zon menghentikan laju motornya di depan cafe, aku melihat sosok seorang lelaki yang selama ini ku cari-cari. Lelaki itu adalah Mas Farid, lelaki yang sangat kurindukan dan sangat kucintai.Mas Farid keluar dari dalam cafe, bergandengan tangan dengan seorang wanita berhijab. Parasnya sangat cantik dan ayu. Aku tidak tahu siapa wanita itu.Tanpa terasa, bulir bening mengalir dari sudut netra saat melihat dengan langsung sang pujaan hati bergandengan dengan wanita lain. Ingin segera kupeluk lelaki yang sangat kucintai itu, tapi kuurungkan niatku. Tidak mungkin aku menemuinya dengan penampilanku yang seperti sekarang, apalagi Mas Farid sedang bersama dengan wanita lain.Aku masih berdiri, mematung di depan cafe sambil memandangi Mas Farid dari belakang. Mas Fari
Bab 60Saat membuka mata, aku shock bukan main saat mendapati lelaki yang sudah berumur, tidur satu selimut denganku. Tubuhku hanya ditutupi oleh selimuti, begitu juga lelaki itu, ia juga sama sepertiku.Air mata tidak bisa lagi kutahan, mengalir dengan deras begitu saja. Aku sudah kotor, najis dan hina. Tubuhku sudah tidak suci lagi. Aku menangis sejadi-jadinya, meratapi nasibku."Kamu kenapa nangis?" Lelaki tersebut mendekat dan mencoba untuk mengelap air mataku. "Jangan sentuh aku," bentakku, membuat ia terkejut dan langsung bangkit dari tempat tidur."Nggak usah munafik. Kamu 'kan melakukannya bukan untuk yang pertama kalinya, kenapa malah menangis seperti itu? Kayak baru kehilangan keperawanan aja," ejeknya sambil memunguti bajunya yang berserakan di lantai."By the way, om suka pelayananmu. Lain kali, om akan boo-king kamu lagi," ucapnya. Setelah itu, lelaki itu pun pergi.Tubuhku masih dibalut oleh selimut. Perlahan, aku bangkit dari atas ranjang, memunguti pakaianku yang jug
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments