Membongkar Pengkhianatan Suamiku

Membongkar Pengkhianatan Suamiku

last updateLast Updated : 2023-04-30
By:  Ade EsrianiCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
3 ratings. 3 reviews
68Chapters
63.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Adelia mengurungkan niatnya untuk memberikan kejutan kepada Farid, sang suami saat ia melihat seorang wanita yang sedang hamil besar berada di rumahnya. Siapa sesungguhnya wanita itu?

View More

Chapter 1

Siapa Wanita Itu?

“Sebentar lagi obatnya pasti akan bekerja!” tukas Ludwig yang seketika membuat gelas wine di cengkeraman Adeline terlepas.

Bunyi pekak beling yang berhamburan, sontak menarik perhatian banyak orang yang tengah berada di acara lelang lukisan I&S Hotel.

Dengan manik terbelalak, Adeline segera menyahut, “apa yang kau lakukan, Kak Ludwig?!”

Bukannya menjelaskan, Ludwig Daniester malah mendekati adik tirinya. Dengan tatapan penuh hasrat berbahaya, pria itu menyeringai seolah mengejek Adeline.

“Berhenti memanggilku Kakak, Adeline. Wanita ular sepertimu, hanya pantas untuk pria bernafsu binatang sepertiku.” Pria itu berbisik dengan sinisnya. “Jadi, mari kita nikmati malam ini bersama!”

Adeline yang tahu rencana bejat Ludwig untuk menidurinya, sekejap panik bukan main. ‘Sialan! Ludwig telah menjebakku. Tidak bisa, aku tidak boleh diam saja!’

“Benarkah? Kalau begitu lihat, apa Kakak bisa menghadapiku?!” sungut wanita itu yang lantas membuat Ludwig mengernyit.

Belum sempat sang pria bertanya maksud Adeline, wanita itu lebih dulu memekik, “tolong! Pria ini telah melakukan pelecahan seksual pada saya!”

Sontak, semua pasang mata terkejut mendengar pernyataan Adeline. Termasuk Ludwig yang saat ini berubah cemas, karena rencananya menjebak Adeline malah menjadi boomerang baginya.

“Hei! Apa yang kau katakan, Adeline?!” Ludwig memberang sembari mencekal kedua bahu adik tirinya.

Adeline pun kembali berteriak dengan wajah gemetar ketakutan. “Tidak … to-tolong menjauhlah! Siapapun, tolong saya! Tolong selamatkan saya!”

Mendapati Adeline semakin kesulitan, para pengunjung pun mulai geram dengan tingkah Ludwig. Hingga seorang wanita paruh baya mendengus kencang. “Lepaskan Nona itu, Tuan! Anda benar-benar tidak tahu malu!”

“Tolong, penjaga! Bawa pergi pria yang tidak punya sopan santun itu dan masukan dia ke penjara!” Pengunjung lain pun ikut memberi suara.

Ludwig yang tersudut, kini berpaling dengan sorot tatapan tajamnya. “Aku tidak melakukan apapun! Wanita ini—”

“Mari ikut kami, Tuan!” Seorang penjaga keamanan tiba-tiba menyeret Ludwig, sebelum pria itu merampungkan katanya.

“Sialan! Singkirkan tangan kalian! Aku tidak melakukan apapun pada wanita itu. Dia hanya berbohong, jadi lepaskan aku sekarang!” sambar Ludwig coba memberontak.

“Wanita itu tidak akan berteriak, jika Anda tidak berulah. Jadi, katakan semua omong kosong Anda di kantor Polisi!”

Penjaga keamanan tadi tak menggubris ucapan Ludwig. Dia dan satu rekan lainnya terus menarik putra sulung keluarga Daniester tersebut secara paksa.

Melihat Ludwig diseret pergi, Adeline pun merasa lega. Akan tetapi, senyum sinisnya yang samar seperti memberi salam ejekan pada Ludwig.

Kakak tirinya yang melihatnya pun kembali memberang, “berengsek! Aku tidak akan melepaskan jalang sialan sepertimu, Adeline!”

Beberapa orang kini menghampiri Adeline. Mereka tampak khawatir dengan keadaan wanita yang malang tersebut.

“A-apa Anda baik-baik saja, Nona? Wajah Anda terlihat sangat pucat.” Seorang perempuan muda bertanya.

Mereka semua bersimpati, tapi sialnya obat perangsang yang dicampur Ludwig dalam minuman Adeline, kini mulai beraksi. Adeline merasakan sensasi aneh menyerang tubuhnya, dan tentunya dia tidak bisa terus berada di tempat ini.

‘A-aku harus segera pergi,’ batinnya dalam hati.

“Ya, saya baik-baik saja. Sa-saya sangat terkejut dengan tindakan pria itu, jadi … sepertinya saya harus pulang sekarang. Terima kasih karena Anda semua sudah membantu saya.”

Akhirnya Adeline pun mangkir usai memberikan salam hormat. Dia berjalan sempoyongan menuju lift, bahkan dahi dan tengkuknya penuh keringat dingin karena sensasi panas terus menyiksa.

Adeline tak bisa terus berjalan dengan keadaan seperti ini, hingga tanpa ragu dirinya masuk ke salah satu kamar lantai tersebut. Dengan tangan gemetar, dirinya mengunci pintu itu agar tak ada orang yang masuk. Namun, agaknya kesialan tak berhenti di sana.

“Apa yang Anda lakukan, Nona?!” tukas suara baritone seorang pria.

Adeline segera berpaling, maniknya berubah selebar cakram kala melihat seorang pria tengah memegang pistol ke arah lelaki yang ini terkapar di lantai.

Dalam hati, wanita itu pun membatin tegang. ‘D-dia … dia membunuhnya?!’

“Bagaimana bisa kucing kecil sampai ke tempat ini, hah?” tukas River-pria yang membawa pistol tadi dengan sengitnya.

Adeline yang masih membeku, tak bisa menjawab apapun. Bahkan, ketegangan kini menjalari leher wanita itu saat River melangkah ke arahnya.

‘Aish, sial! A-apa yang harus aku lakukan?’ geming sang wanita buncah dalam hatinya.

Adeline terjebak. Dia tak bisa keluar sebab tak ingin mengacau di depan umum karena pengaruh obat, tapi jika tetap di sini, dirinya mungkin bisa kehilangan nyawa!

“T-tuan … saya tidak melihat apapun!” tukas Adeline terbata.

Kakinya perlahan mundur ketika River semakin dekat padanya. Namun, sorot tajam netra pria itu seperti menekan dirinya, hingga Adeline kesulitan bernapas.

“Sungguh, saya akan menganggap tidak melihat apa-apa. Jadi tolong biarkan saya pergi!” Wanita itu berbalik, dan dengan cepat meraih kenop pintu.

Akan tetapi, River segera mendorong ambang tersebut sampai Adeline tak bisa membukanya.

Pria tersebut menghimpit Adeline ke pintu, lantas berbisik di belakang telinganya. “Siapa yang akan percaya omong kosong itu, Nona? Anda melihat semuanya, itu berarti … Anda juga harus mati!”

Seketika, asupan oksigen di sekitar Adeline seperti lenyap. Dirinya sesak bukan main mendengar pernyataan mengerikan tersebut. Namun, dia tak bisa diam begitu saja, karena pasrah bukanlah gayanya.

“Saya akan melakukan apapun, asal Anda melepaskan saya!” sahut Adeline yang lantas berpaling menatap River. “Berapa yang Anda inginkan? Saya akan membayar semuanya. Biarkan saya pergi, maka Anda akan mendapatkan uang. Bukankah itu lebih menguntungkan?!”

Sang pria menyeringai sinis mendengar tawaran wanita itu. “Sepertinya Anda tidak mengerti situasinya, Nona. Saya tidak butuh uang receh Anda, yang saya inginkan adalah nyawa Anda. Itulah cara membayarnya!”

Sontak, wajah pucat Adeline berubah kian pasi. Otaknya tak bisa berpikir jernih lagi, karena tekanan dan pengaruh obat yang diberikan Ludwig. Terlebih saat deru napas River yang menghangatkan tengkuknya, juga tangan kasar pria itu yang mencengkeram lehernya, sungguh membangkitkan sensasi panas yang memecah kewarasan Adeline.

‘T-tidak! Tidak boleh dengan pria ini!’ Adeline memperingati diri sendiri dalam hati.

Akan tetapi, hasrat tak sopan karena pengaruh obat perangsang, kian lama kian mendominasi. Tubuh Adeline menginginkan River!

Bahkan tanpa sadar, tangan wanita itu merengkuh wajah River. Membelainya dengan lembut hingga ke dada, yang tentunya merangsang gairah River sebagai pria. Namun, River tak bisa hanyut dalam situasi ini begitu saja.

Dia mencekal tangan Adeline agar menyingkir dari dadanya seraya mendecak, “Anda sadar dengan apa yang Anda lakukan sekarang?!”

“To-tolong … saya mohon, tolong saya, Tuan,” balas sang wanita disertai bulu matanya yang gemetar.

Alis tebal River saling bertaut, tapi dia tak mengatakan apapun karena memang tidak mengerti maksud Adeline. Akan tetapi, bagi wanita itu, diam artinya setuju. Hingga tanpa berpikir panjang lagi, Adeline langsung mengecup bibir River dengan berani.

‘Sialan! Apa yang sedang dilakukan wanita ini?’

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
wieanton
gemes2 pengen tab*k si farid
2024-02-20 05:53:25
0
user avatar
Agus Irawan
hai numpang promo. mampir juga ke Novelku ya... pokoknya seru deh dan sudah tamat... judul" KEMBANG DESA SANG MILIARDER" pena" AGUS IRAWAN
2023-05-03 09:19:24
0
user avatar
Ade Esriani
suka dengan ceritanya
2022-11-22 18:05:17
0
68 Chapters
Siapa Wanita Itu?
Bab 1 Mesin motor sengaja aku matikan saat sampai di halaman rumah. Mendorongnya pelan-pelan ke garasi agar Mas Farid--suamiku tidak mengetahui kedatanganku. Aku sengaja pulang lebih awal karena sudah tidak sabar ingin memberi kejutan untuknya. Setelah memarkirkan motor, aku mengeluarkan kado spesial dari dalam jok. Sebuah jam tangan yang sudah lama diidam-idamkan oleh Mas Farid akan kuberikan untuknya sebagai hadiah ulang tahun pernikahan kami yang ke empat. Tentunya sebagai ucapan terima kasih juga karena telah setia mendampingi dan membuatku bahagia selama bersama dengannya. Kue tart toping coklat leleh yang dihiasi tulisan happy anniversary, kukeluarkan dari dalam kantong plastik yang tergantung di motor, kemudian membawanya. Aku masuk melalui pintu belakang yang kebetulan sedang terbuka. Mungkin saja suamiku sedang berada di dapur. Aku sudah tidak sabar untuk memberinya kejutan, pasti suamiku akan senang sekali mendapat kejutan dariku. Pelan-pelan kulangkahkan kaki agar ti
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more
Suara Itu
Bab 2."Kalau boleh tahu, sepupu yang mana ya?" tanyaku penuh selidik. Ya, aku harus tahu dengan jelas dari mana asal usul wanita itu."Kamu nggak kenal, Dek, soalnya kalian belum pernah bertemu sebelumnya," sahut Mas Farid. Dari gelagatnya saja, aku sudah bisa menebak siapa dia. "Sepertinya Mbak Adel tidak suka melihat kedatangan Rini. Maaf jika kehadiran Rini di rumah ini membuat Mbak jadi terganggu. Jika Mbak Adel keberatan dengan kehadiranku disini, aku akan pergi, Mbak," ucapnya. Raut wajahnya berubah menjadi sedih. Aku tidak tahu apakah ia benar-benar merasa bersalah atau justru ini hanya berakting.Aku memang tidak suka jika wanita itu tinggal di sini. Jelas, aku merasa terganggu, pulang-pulang melihat suamiku sedang berduaan dengan wanita asing di rumahku sendiri."Iya, aku keberatan. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba ada wanita asing di dalam rumahku. Jelas saja aku berpikiran lain." Aku sengaja berkata seperti untuk melihat bagaimana expresi Mereka.Mas Farid haru
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more
Semakin Curiga
Bab 3Suara siapa itu? Rini hanya sendirian di dalam. Apa jangan-jangan Mas Farid berada di dalam? Terus suara itu ....Tiba-tiba saja kepalaku terasa pusing, tubuhku luruh ke lantai dan selanjutnya aku tidak ingat apa-apa lagi.***Saat membuka mata, ternyata aku sudah berada di dalam kamar.Kepalaku masih terasa pusing. Aku berusaha mengingat kejadian semalam saat Mas Farid tidak berada di sisiku.Desahan yang kudengar dari kamar Rini, dan … suara itu? Apa mungkin aku hanya bermimpi? Tapi kenapa rasanya seperti nyata? Aku yakin sekali bahwa apa yang kualami semalam bukanlah mimpi.Seingatku, semalam aku terjatuh di depan kamar Rini. Saat membuka mata ternyata malah berada di atas ranjang. Mas Farid juga masih terlelap di sampingku.Terakhir yang kuingat sebelum tidur, Mas Farid memberiku jus buah, terus setelah itu aku langsung tertidur. Biasanya aku tidur di atas jam sembilan malam, semalam baru jam tujuh sudah ketiduran.Ya Rabb, ada apa ini? Apa sebenarnya yang terjadi?Kupaksa
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more
Laporan dari Tetangga
Bab 4Saat hendak menutup rolling door, tiba-tiba Bu Sari, pelanggan lamaku datang. "Butiknya mau tutup ya, Del? Ini loh, mau mengambil pesanan yang kemarin?" tanya Bu Sari, beliau seperti kebingungan melihatku yang tiba-tiba mau menutup butik.Aku dilanda kebingungan, tidak tahu harus bagaimana. Pulang atau tetap di sini. Di satu sisi Bu Sari adalah pelanggan tetap di butik ini, takutnya ia akan kecewa jika kutolak. Tapi menyelidiki hubungan Mas Farid dengan Rini juga tidak kalah penting."Del, kok' bengong? Gamis yang saya pesan kemarin sudah ada, kan?" "Su--sudah kok, Bu!" jawabku terbata. Akhirnya kuputuskan untuk menunda rencanaku. Jika Bu Sari hanya ingin mengambil pesanannya saja, tidak akan memakan waktu lama. Aku masih bisa pulang ke rumah setelah menyerahkan pesanan Bu Sari."Mari kita ke dalam, Bu!" Aku pun mempersilahkan Bu Sari untuk masuk. "Ini gamis yang Bu Sari pesan," ucapku sambil menyerahkannya kepada Bu Sari."Taruh aja dulu di situ. Saya mau lihat-lihat dulu, s
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more
Rumah Berantakan
Bab 5 Sesampainya di garasi, kulihat pintu belakang sedikit terbuka. Aku pun langsung masuk tanpa mengucap salam terlebih dahulu. Biasanya aku selalu mengucap salam saat hendak memasuki rumah ataupun saat mau membuka butik. Tetapi untuk kali ini aku hanya mengucapkan salam di dalam hati. Saat melewati dapur, aku terkejut mendapati piring kotor menumpuk di wastafel. Sampah plastik mie instan berserakan di atas kompor. Meja makan berantakan. Gelas-gelas yang tadi pagi telah dicuci bersih dan ditata di tempatnya telah berpindah ke wastafel. Lantai juga kotor dan berminyak. Astagfirullah … aku mengelus dada sambil beristighfar berulang kali agar bisa menenangkan hati. Siapa yang tidak marah jika mendapati rumah yang tadi ditinggal sudah bersih, saat pulang malah berantakan seperti kapal pecah. Tidak cukup sampai di situ, saat memasuki ruang tengah, sampah kacang kulit berserakan di mana-mana. Begitu juga dengan ruang tamu. Di atas sofa dipenuhi dengan sampah kacang kulit. Astagfirul
last updateLast Updated : 2022-10-19
Read more
Semakin Menjadi
Rupanya Mas Farid menyusulku ke kamar. Melihatku membuang muka padanya, Mas Farid pun berusaha merayu agar aku memaafkannya. Tidak semudah itu, Mas!"Apa aku sudah tidak ada artinya sehingga Mas tidak meminta pendapatku tentang pembelian AC itu, Mas?" Suaraku sedikit serak, menahan tangis sekaligus amarah yang kian memuncak. "Maafin Mas ya, Dek. Mas tidak bisa menolak keinginan Rini. Tidak tega melihatnya kepanasan." Jawaban Mas Farid sungguh membuatku semakin marah. Ia lebih memilih menuruti permintaan wanita itu, sementara cicilan mobil dan rumah sudah mendekati tanggal pembayaran dan Mas Farid sama sekali belum menyerahkan gajinya bulan ini padaku. "Kamu lupa, Mas, bulan ini kita belum membayar cicilan mobil dan rumah, loh! Oh ya, hari ini Mas kan gajian, mana uangnya, Mas?" Aku menengadahkan tangan, meminta gaji suamiku yang biasanya setiap bulan tidak perlu kuminta. Tapi kali ini, aku memintanya, takut uangnya digerogoti sama wanita itu. "Maaf, Dek. Gaji mas bulan ini sudah
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more
Bungkus Obat Tidur
Pukul dua dini hari, aku terbangun dari tidurku, kepalaku terasa sakit dan pusing. Entah kenapa, sudah dua hari setiap bangun tidur kepalaku pasti sakit, ini tidak seperti biasanya.Aku terkejut saat mendapati bahwa tubuh Mas Farid ternyata tidak ada di sampingku. Ini kan sudah tengah malam, kemana Mas Farid? Kupaksakan untuk bangkit, demi mencarinya. Aku turun dari ranjang dengan pelan, tapi tiba-tiba tibuhku terjatuh ke lantai. Rasa sakit di kepalaku semakin menjadi. Aku tidak bisa melawan rasa sakit ini. Akhirnya kuputuskan untuk menunda niatku. Sudah dua malam ini kepalaku selalu sakit dan aku selalu tidur lebih awal. Tingkah Mas Farid juga semakin mencurigakan, setiap aku terbangun tengah malam, pasti Mas Farid tidak ada. Anehnya saat aku terbangun, Mas Farid sudah berada di atas ranjang, sedang terlelap. Jika kutanya, pasti Mas Farid mengatakan kalau aku hanya bermimpi. Padahal, aku yakin sekali bahwa apa yang kualami benar-benar nyata, bukan mimpi. Aku yakin, pasti Mas Fari
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more
Tanda Merah
"Mbak, kok' bengong sih! Rini permisi dulu, mau mandi." Baru berjalan dua langkah, aku menghentikannya, "tunggu! Aku ingin menanyakan sesuatu padamu." Rini berhenti, kemudian berbalik menghadapku. "Ini apa? Kenapa di lehermu ada tanda merah seperti ini?" Jari telunjukku mengarah pada tanda merah di leher Rini. Ia terlihat gelagapan sambil merapikan rambutnya yang terurai untuk menutupi lehernya. "Oh, ini toh, ini bekas kerokan, Mbak! Sebenarnya semalam Rini mau minta tolong sama Mbak Adel buat ngerokin Rini, tapi Mbak Adel nya udah tidur. Jadi ngerok sendiri deh," jawabnya. Aku tidak yakin kalau itu adalah bekas kerokan. Bisa saja ia telah melakukan sesuatu. Apalagi semalam aku ketiduran, jadi tidak bisa mengawasinya. "Rini mandi dulu ya, Mbak, gerah ni," ucapnya sambil mengipas-ngipaskan tangannya pertanda bahwa ia kegerahan. Kemudian berlalu dari hadapanku. Aku tidak bisa mempercayainya begitu saja. Sudah banyak cerita di aplikasi KBM yang kubaca belakangan ini. Ceritanya sa
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more
Panik
Bab 9 Kutinggalkan Rinia yang masih berada di ruang makan. Semakin lama, aku semakin muak melihatnya. Lebih baik aku ke klinik dokter Aidil saja. Disana nanti akan kutanyakan tentang bungkus obat yang kutemukan itu. Rumah yang dulu tenang dan penuh kehangatan, sekarang berubah seratus delapan puluh derajat setelah kehadiran Rini. Aku tidak tahu sampai kapan wanita itu menumpang di rumahku. Mas Farid pasti akan marah jika aku mengusir wanita itu secara paksa. Yang jelas, aku sangat keberatan. Bukan karena masalah pengeluaran yang semakin bertambah, tetapi aku khawatir kecurigaanku benar-benar terbukti. Semoga saja tidak. Setelah selesai bersiap, kuambil tas tangan dan juga kunci motor. Sebelum keluar kamar, kupastikan kalau pintu kamar benar-benar terkunci agar Rini tidak bisa memasuki kamarku. Aku tidak suka jika ada orang lain masuk ke dalam kamarku. Saat keluar kamar, tidak kutemukan lagi Rini di ruang makan. Rini memang pemalas. Ia memilih menahan lapar daripada harus memasak. M
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more
Keguguran
Bab 10 Setelah memarkirkan mobil, Mas Rian membantu Bu Sari untuk membawaku ke dalam. Saat hendak memasuki klinik, kami berpapasan dengan Mas Farid dan Rini. Rini berjalan sambil memegangi perutnya, sedangkan Mas Farid memegang pundak Rini, persis seperti suami siaga. Sakit yang kurasakan semakin menjadi setelah menyaksikan pemandangan menyakitkan di depan mataku. Jadi ini alasanmu tidak mau mengangkat telpon dan membalas pesanku, Mas. Ternyata kamu lebih mementingkan wanita itu dari pada istrimu sendiri. Sayangkan kata-kata itu tidak sanggup kulontarkan. Karena tenagaku sudah semakin habis. Mas Farid berlaku begitu saja, tidak mengkhawatirkanku sama sekali. Seolah tidak peduli padaku. Mas Rian dan Bu Sari langsung membawaku ke dalam agar mendapatkan penanganan medis. Setelah membaringkanku di atas kasur khusus pasien, Bu Sari pun pamit karena masih ada urusan lain. Aku hanya menganggukkan kepala saat beliau berpamitan, karena kondisiku semakin lemah. Dokter langsung memerik
last updateLast Updated : 2022-11-11
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status