Arabelle baru saja tersadar dari koma setelah kecelakaan tragis menimpa dirinya dan keluarga. Bau khas obat perlahan masuk ke indera penciumannya. Gadis 19 tahun itu tidak melihat kedua orangtuanya, hanya ada sosok paman yang sudah lama tidak dia temui. Hidup Arabelle kini jadi sebatang kara. Hidup Arabelle kini bergantung pada Elliot. Traumatis yang Arabelle alami akibat dari kecelakaan, membuat Elliot merasa harus bertanggung jawab. Terlebih lagi, hanya dialah satu-satunya keluarga yang gadis itu miliki. Seiring berjalannya waktu, Arabelle yang polos malah jatuh cinta pada pamannya sendiri. Namun, sangat mustahil baginya untuk mengungkapkan perasaan, dan semua itu sangat amat sulit. Akan tetapi, Arabelle tidak semudah itu untuk menyerah. Memilih memendam perasaannya membuat cinta Arabelle semakin tumbuh. Diiringi dengan perhatian Elliot yang memperlakukan ia seperti seorang ratu. Seperti apa ujian cinta yang Arabelle alami dalam proses pendewasaan dirinya? Apakah Gadis itu mampu menaklukkan hatinya untuk berhenti mencintai pamannya sendiri? Atau memilih mengatakan dan mengungkap perasaannya?
View More"Hallo, Ladies!" seru Elliot merentangkan tangan. Dimana Arabelle lansung memeluk tubuh pria itu manja penuh kerinduan. Padahal, mereka hanya tidak bertemu beberapa jam."Sorry, Uncle telat jemput kalian," desah Elliot menunjukkan wajah bersalah."Enak aja Kak El bilang maaf, kita sampai lumutan di sini. Besok pokoknya, aku mau bawa mobil sendiri aja," sungut Camelia mengeluarkan kekesalan serta omelannya."Tadi, Kakak ada urusan penting, maaf." Wajah Elliot menyendu, menunjukkan penyesalan yang sangat."Poko---""Ngak papa kok, Uncle. Lagian nungguinnya cuma sebentar," sela Arabelle cepat yang lansung membuat mulut Camelia mengangga. Ia sudah dalam mode kesal dan menunggu sangat lama, tapi seenak jidatnya Arabelle malah memaafkan Elliot. Ingin sekali ia mencakar-cakar wajah polos itu."Ra---""Kita pulang sekarang, yuk!" Arabelle menarik cepat lengan Elliot masuk ke dalam mobil. Meninggalkan Camelia yang semakin terselubungi awan kekesalan. Tidak ingin ditinggal, Camelia mendengus ka
Arabelle menjauh dari Binar dan Camelia. Lalu mengangkat panggilan tersebut. "Hallo.""El, kok suara kamu jadi cewek, Sayang?" Suara Queenza terkejut terdengar dari sebrang telpon. Akan tetapi, panggilan sayang itu membuat Arabelle merasa tidak nyaman."Ini Ara, bukan Uncle El.""Arabelle ... Kok kamu yang angkat telponnya. Uncle El mana?""Iya, sekarang handphone ini milik Ara bukan Uncle El lagi. Paling, Uncle ada di kantor. Emang kamu mau ngapain cari Uncle?" Kedua alis Arabelle bertaut satu sama lain."Ohh, gitu. Maaf ya, aku jadi ganggu kamu. Queenz, cuma kangen aja sama Uncle El. Biasanya kami juga saling telpon setiap hari. Ya udah kalau gitu. Bye, Ra."Queenza memutus panggilan telpon. Sementara, Arabelle menatap datar layar ponsel di tangannya. Dimana nama kontak gadis itu dihiasi lambang love yang membuat Arabelle mendengus."Ra!" panggil Camelia. Membuat Arabelle berbalik. Binar dan Camelia berjalan mendekat ke arahnya."Siapa?" tanya Camelia lagi."Queen.""Ratu?" beo Bina
Arabelle, Camelia, dan Binar sedang duduk sambil memandang beberapa pria yang tengah berlari sambil mendribel bola basket. Keringat mengucur deras di tubuh mereka. Terlihat begitu mengkilat diterpa sinar matahari yang terik. Saat, ini mereka sedang berada di lapangan basket. Tentu saja, ini adalah ulah Camelia. Dia bersikeras untuk datang menonton para pemuda itu main basket sebelum Elliot datang menjemput mereka.Arabelle hanya memandang tanpa minat. Berbeda dengan Camelia yang sejak tadi bersorak histeris dan berjingkrak serta melompat seperti orang gila."Dilex, GBT-an gue. Semangat, Sayang!" teriak Camelia membuat Arabelle memutar bola mata malas. Urat malu Camelia sepertinya sudah putus."Ra, Aunty heboh bener. Gue tahu Dilex keren dan ganteng, tapi dia ngak tahu apa kalau sebelah sana pacarnya Dilex siap-siap mau nerkam dia," bisik Binar yang duduk di samping Arabelle dengan tatapan tertuju pada empat orang gadis yang berjalan ke arah mereka."Biarin ajalah, dia diterkam. Paling
"Wadoh!" teriak Binar syok melihat Dito terkapar di lantai. Begitupula dengan Arabelle yang lansung menutup mulutnya karena terkejut."Lo jangan berani-berani peluk-peluk Arabelle. Gue patahin kaki tangan lo, baru tahu rasa!" gertak Camelia yang kini berdiri di depan Dito dengan berkacak pinggang. Ia melotot penuh amarah disertai dengan garis wajah yang begitu tegas. Terlihat, begitu menyeramkan, siap untuk melahap tubuh Dito. Ia tidak akan membiarkan pria manapun menyentuh satu inci tubuh Arabelle karena sang kakak sudah memberikan amanah besar itu. Ia akan menjalankan tugas dengan baik agar kantong sakunya tetap tebal.Camelia menarik kerah baju belakang Dito, hingga tubuh pria itu kembali bangkit. Dito masih linglung belum mengerti apa yang terjadi. Pukulan barusan sungguh sangat tiba-tiba."Asal lo tahu, gue pernah patahin leher preman yang berani begal gue!" Camelia mencekik leher Dito dengan kuat membuat Dito seketika sesak nafas."Cam, lepasin Dito!" pekik Arabelle menarik tubu
Arabelle dan Camelia kini berjalan beriringan menuju ruang kepala sekolah. Camelia tak henti-hentinya tercengang dan terkagum-kagum dengan pemandangan di depannya. Sekolah yang sangat besar dengan murid-murid yang sungguh stylis. Bagaimana tidak, semua merek mahal dari mulai pakaian, aksesoris, tas, sepatu, bahkan kendaraan semua ada di tempat ini.Sementara itu, Arabelle hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Camelia. Sudah berapa kali, mereka harus berhenti karena Camelia melihat cowok ganteng. Bahkan, dengan enteng gadis itu merayu serta mengajak mereka berfoto bersama."Gila-gila, kalau kayak gini, Ra. Gue betah banget sekolah di sini!" pekik Camelia antusias bahkan sambil berjingkrak ke kanan dan ke kiri."Lo fokus jalan ke ruang kepala sekolah. Awas aja, kalau lo berhenti lagi mau fotoan sama cowok-cowok." Arabelle memperingati bibi mudanya itu dengan sedikit nada mengancam."Lumayan, Ra. Jadi, koleksi foto cogan gue. Biar bisa mandangin sebelum tidur. Emang l
"Jangan kasih tahu aku apa?" celetuk Arabelle tiba-tiba.Camelia dan Elliot menoleh ke arah Arabelle yang sedang menuruni tangga dengan kening berkerut. Wajah Elliot seketika pias seperti maling yang tertangkap basah.“Kok pada diam?” Arabelle kembali bertanya. Ia menarik kursi, kemudian duduk.Elliot menelan salivanya paksa, melirik ke arah Camelia yang malah sengaja menyibukkan dirinya dengan sarapan. Elliot mendengus kesal, melihat kelakuan sang adik.“Hmm---““Udahlah, Ra, Lo salah denger kali. Mending lo sarapan aja, daripada lo mikirin omongan Kak El.”“Hah, gue gak budeg kali, Cam,” Arabelle memutar bola malas, kemudian menyuapkan sarapan ke dalam mulutnya.“Lo mau tau banget, apa mau tau aja?”“Udah, kalian jangan pada ngomong terus. Habisin sarapan kalian, terus Uncle anterin ke sekolah,” sela Elliot. Ia menghela nafas ringan, untung Camelia mengecoh fokus Arabelle.“Oke,” timpal Arabelle enteng. Percakapan yang sempat ia dengar dilupakan begitu saja.Setelah selesai sarapan,
Dengan wajah panik bercampur cemas serta khawatir. Camelia mendobrak pintu kamar Elliot dengan cepat. Ia ingin beritahu sang kakak kalau keponakan kesayangannya hilang.Namun, detik berikutnya. Mulut Camelia membulat sempurna melihat pemandangan di dalam kamar Elliot. Ternyata, orang yang dicari berada di atas ranjang sedang tidur sambil berpelukan dengan sang kakak."Aaaa!"Teriakan Camelia sontak membuat Elliot terbangun dengan wajah kaget dan panik. Ia segera melompat dari ranjang, kemudian membekap mulut sang adik agar berhenti berteriak. Ia tidak ingin Arabelle sampai terbangun dan merasa malu dengan kondisi ini. Elliot menyeret tubuh Camelia keluar dari kamar. Menutup pintu sebelum melepaskan bekapannya dari mulut Camelia."Kamu ngapain pake teriak-teriak segala? Kalau Ara bangun gimana?" cecar Elliot kesal sembari menoyor kepala adiknya yang langsung meringgis."Gimana ngak teriak, aku panik nyariin Arabelle. Aku kira dia hilang, tapi ternyata malah tidur bareng sama Kakak. Ja
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Elliot menatap Arabelle yang tersenyum aneh."Ara merasa aneh aja, Uncle. Kita udah kayak suami istri, tidur di ranjang yang sama," jawab Arabelle terkekeh dengan kedua pipi yang merona.Sementara Elliot menelan ludah paksa. Tubuhnya tiba-tiba merasa panas dengan wajah yang juga memerah. Darah yang mengalir dalam tubuhnya berdesir hebat. Seolah-olah kata-kata Arabelle barusan seperti mantra."Uncle," panggil Arabelle menyentuh bahu sang paman karena melihat pria itu malah melamun dengan wajah memerah. Elliot tersentak, ia seketika salah tingkah dengan bola mata yang melirik kesana-kemari."Wajah Uncle kok merah?" tanya Arabelle bingung. Ia menangkupkan kedua telapak tangannya di wajah Elliot. Tindakan yang berhasil membuat Elliot semakin menegang."Uncle sakit? Tapi kok ngak panas." Lagi-lagi Arabelle mengoceh sendiri. Dengan cepat, Elliot menarik tangan Arabelle menjauh dari dirinya. Menetralkan ekpresi wajah sebiasa mungkin."Sekarang kamu
"Ra!" Suara bass terdengar lembut seketika membuat Arabelle menyeka cepat air matanya. Lalu, berbalik dan mendapati Elliot."Uncle belum tidur?" tanya Arabelle basa-basi. Ia menundukkan kepalanya sedikit, menyembunyikan matanya yang sedikit memerah."Seharusnya, Uncle yang bertanya seperti itu. Ini sudah malam, kenapa kamu belum tidur?""Hhh, aku tidak bisa tidur.""Karena kamu menangis."Arabelle terhenyak mendengar ucapan Elliot. Ia sudah berusaha menyembunyikannya, tapi tetap saja pria di depannya ini tahu. Elliot menarik dagu Arabelle. Membuat wajah gadis itu menatap ke arahnya dengan canggung. Kedua tatapan mereka beradu sejenak ditemani cahaya bulan yang bersinar terang. Waktu seakan berhenti bagi mereka. Dimana satu sama lain enggan memalingkan wajah karena begitu tenggelam dalam tatapan satu sama lain. Rasa sesak yang sudah ditahan Arabelle sekuat tenaga meledak begitu saja saat menatap mata teduh sang paman. Arabelle dengan cepat memeluk tubuh Elliot begitu erat. Menenggelam
1 Hotel Rose Star, hotel bintang lima yang ada di pusat negeri Sunmi malam ini sangat ramai. Hal itu dikarenakan malam ini adalah pertemuan titik kumpul para pebisnis di seluruh kota. Tentu saja, mereka hadir dalam acara besar tersebut dengan niat masing-masing. Entah, untuk mencari relasi, mitra, mengatur perjodohan, maupun untuk saling menjatuhkan. Keluarga Butlene yang menggeluti bisnis perhiasan juga hadir dalam acara tersebut. Tuan Theo dan Nyonya Xera Butlene berusaha mencari relasi kerja sama untuk mengembangkan perusahaan mereka. Dari keramaian yang sedikit menyesakkan di ballroom besar itu. Satu titik fokus tertuju pada gadis mungil yang sedang sibuk memakan permen lolipop. Kegiatan yang sangat berbeda dari orang lain. Dimana para pemuda dan pemudi yang hadir dalam acara itu sibuk untuk mendapatkan rekan bisnis atau pasangan hidup. Berbeda dengan gadis pemilik rambut hitam panjang sepinggang tersebut. Ia seakan tidak peduli ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments