Beranda / Romansa / Terjerat Cinta Ponakan Kecil / Bangun dari tidur panjang

Share

Bangun dari tidur panjang

Penulis: Cymut❤️
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-22 09:34:24

2

Sebuah kilatan seolah membawa jiwa Arabelle melesat dengan cepat. Bahkan, lebih cepat dari kilatan petir yang menyambar. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuh seolah langit sedang menindih tubuh mungil miliknya. Nafas Arabelle tiba-tiba tercekat, saat kilasan balik peristiwa mengerikan kembali dipertontonkan dengan sangat jelas. Dimana, wajah kedua orang tuanya yang melambai memanggil dirinya tiba-tiba lenyap ditimpa reruntuhan.

"Tidak! Mam, Dad," teriak Arabelle keras bersamaan dengan tubuhnya yang tersentak duduk. Peluh dingin mengalir dengan deras di pilipis putih miliknya. Kedua mata gelap Arabelle melebar dengan sempurna. Serta dada yang memburu naik turun karena nafas yang sesak. Ia bahkan harus bernafas menggunakan mulut untuk membuat paru-parunya tetap bekerja.

"Bagaimana? Sampai kapan dia akan tidur?"

"Saya juga tidak tahu, Tuan. Ini sudah dua hari berlalu dan Nona Arabelle masih koma."

"Lakukan sesuatu, atau aku akan membawa dia pergi ke rumah sakit yang lebih baik."

"Nona mengalami benturan karena tertimpa puing-puing bangunan dan juga tangan kanannya patah karena ditimpa reruntuhan. Saya rasa, dengan kondisi Nona. Anda tidak bisa memindahkannya ke rumah sakit lain. Itu hanya akan membuat kondisi Nona Arabelle memburuk."

Sayup-sayup suara obrolan dua orang pria yang berada di luar pintu dengan kaca buram itu membuat fokus Arabelle teralihkan. Ia menatap kosong pintu itu. Lalu, mengedarkan pandanganya. Ia baru menyadari kalau ia tengah berada disebuah ruangan. Ruangan yang tidak tampak asing. Ia sangat tahu, kalau ini adalah rumah sakit.

Arabelle mengangkat kedua tangannya. Namun, ia meringgis saat tangan kanannya terasa begitu sakit. Kedua sudut matanya meneteskan air mata, saat melihat tangan kanannya dibalut perban dan disangga dengan gif.

Akan tetapi, tangisan Arabelle pecah semakin keras. Hati dan pikirannya gelisah dengan kumpulan pertanyaan. Ia selamat, bagaimana dengan kedua orang tuanya?

"Dad, Mam, kalian dimana?" Tangis Arabelle sesegukan.

"Kau sudah bangun?" Suara bass terkesan lembut membuat Arabelle menoleh. Di depannya tengah berjalan pria berusia 25 tahun dengan bola mata coklat meneduhkan berjalan mendekat ke arahnya. Tangis, Arabelle semakin tidak terkendalikan melihat wajah familiar di kedua netranya.

"Uncle El!"

Pria yang dipanggil El tersebut tersenyum. Dengan penuh kasih sayang, ia merengkuh tubuh Arabelle dalam pelukannya. Rasa khawatir yang ia rasakan selama dua hari ini akhirnya enyah.

Elliot Geofrey, adik angkat dari Nyonya Xera, ibu Arabelle. Setelah mendengar kecelakaan yang menimpa keluarga kakak angkatnya itu. Ia segera terbang dari negeri Sinha malam itu. Saat sampai di kota Aster, hatinya seketika hancur melihat apa yang menimpa saudarinya. Ia diambil dari sebuah panti asuhan dan dibesarkan oleh kakek dan nenek Arabelle. Keluarga kaya yang begitu menginginkan seorang putra. Ia diterima dengan penuh cinta. Hidup yang awalnya ia jalani sebatang kara, detik itu juga ia miliki semuanya. Kedua orang tua yang penuh kasih sayang, saudari yang manis, serta harta yang tak pernah habis.

Arabelle mengeratkan pelukannya, menyenderkan kepala di dada bidang Elliot. Menumpahkan semua rasa sakit dan sesak yang tengah ia rasakan.

"Sssttt, jangan menangis Ara. Ara, gadis manis Elliot," ucap Elliot berusaha mencairkan suasana dan menghibur Arabelle walaupun dalam hati ia ingin meraung dan menangis.

Keduanya mengurai pelukan. Tatapan berkaca-kaca milik Arabelle bersitatap dengan mata coklat teduh milik Elliot. Untuk beberapa waktu, keduanya tak ingin melepas kontak mata. Seolah-olah sedang mengalirkan kesedihan serta kekuatan secara bersamaan.

Elliot menggangkat tangannya menyentuh pipi chuby putih milik Arabelle yang memerah karena menangis. Sejak dulu, ia tidak pernah bisa melihat keponakannya menangis. Hati dan pikirannya terasa terluka. Seolah ada benda yang sangat tajam mengiris-ngiris dirinya.

"Ara, kau membuatku hampir gila. Kenapa tidur selama itu?" seloroh Elliot dengan berpura-pura memasang wajah kesal.

"Uncle, Dady dan Mamy mana?"

Elliot menelan salivanya paksa mendengar pertanyaan memilukan yang keluar dari bibir mungil Arabelle. Melihat kondisi gadis itu yang hampir gila, membuat dirinya dilema antara harus mengatakan kebenaran atau menyembunyikan semua itu. Gadis kecil yang dulu selalu bermain di punggungnya dengan tawa ceria, kini dibalut dengan kesedihan dan duka. Hatinya, terasa sangat pilu melihat kondisi Arabelle.

Suara pintu terbuka membuat keheningan Elliot sirna. Dari balik pintu, dokter pria yang menangani Arabelle masuk dengan senyum puas. Arabelle mencengkram kuat tangan Elliot saat melihat sosok dokter itu mendekat.

"Akhirnya, Nona bangun juga. Selama dua hari ini, aku benar-benar kehabisan akal untuk membuat Anda sadar. Syukurlah, tuhan mendengar doa saya dan paman Anda. Tuan Elliot, bisakah saya memeriksa Nona Arabelle?" ujar dokter tersebut menunjukkan gigi putih miliknya yang berderet rapi. Elliot mengangguk pelan. Lalu, menoleh pada Arabelle yang memasang wajah ketakutan.

"Uncle, keluar dulu. Dokter akan memeriksa Ara. Ara tidak usah takut sama dokter. Dia dokter yang baik." Elliot tersenyum manis. Berusaha meredakan rasa takut Arabelle.

"Hmm, Uncle bakal balik lagi, kan temenin Ara?"

"Iya, Uncle bakal temenin Ara terus." Elliot mengusap lembut puncak kepala Arabelle. Lalu, beranjak keluar dengan senyum paling manis yang ia miliki. Elliot menghela nafas lega bersamaan dengan buliran bening yang menetes di pipi. Melihat kedua mata gelap Arabelle yang mengandung luka dan duka membuat hatinya terasa dicabik-cabik.

Sementara itu, di dalam ruangan. Dokter dengan senyum ramah memeriksa Arabelle yang terlihat sedikit ketakutan.

"Setelah sadar dari koma, keadaanmu semakin membaik Nona. Apa ada bagian tubuhmu yang merasa sakit?" tanya dokter.

"Tangan saya masih sakit dok," jawab Arabelle sedikit takut.

"Yah, Tangan Anda mengalami patah tulang. Butuh waktu untuk sembuh, tapi jangan khawatir semuanya akan baik-baik saja."

"Aku dibawa ke sini setelah kejadian hotel runtuh ...." Arabelle menjeda kalimatnya. Ia meremas jahitan baju rumah sakit yang sedang ia kenakan. Meredam gejolak rasa takut, panik, dan cemas yang mencekik.

"Pasti korban lain juga dibawa ke rumah sakit ini. Sa--ya hanya ingin tahu. Ba--gaimana dengan orang tua saya?" lanjut Arabelle dengan suara yang semakin hilang. Mengingat kejadian malam itu membuat seluruh tubuhnya bergetar kuat.

"Nona, sebagai dokter saya tidak bisa menyembunyikan apapun dari keluarga pasien. Ledakan yang terjadi di hotel itu membuat banyak orang tewas. Hanya sedikit yang berhasil selamat, dan Anda adalah orang yang beruntung. Dengan keprihatinan dan kesedihan. Saya turut berduka untuk ke dua orang tua Nona."

Remasan tangan Arabelle menguat mendengar pernyataan dokter yang lansung menghancurkan dirinya. Ia menggigit bibir bawahnya keras meredam isakan tangis yang pada akhirnya lepas tak terkendali.

"Tidak!" teriak Arabelle diiringi air mata yang tumpah di pipi. Dunianya hancur, ia ingin mati sekarang juga dan menemui kedua orang tuanya. Dalam hitungan detik, orang-orang yang ia sayangi lenyap meninggalkan ia sendiri.

"Aaaa, tidak. Aku tidak mau sendiri!" Arabelle kembali meraung. Memukul dada dan dirinya sendiri. Bahkan, ia sampai menjatuhkan beberapa benda yang berada dalam jangkauannya. Melempar dan membanting benda tersebut untuk melampiaskan rasa sesak dan sakit yang ia rasakan.

Sang dokter yang melihat kegilaan Arabelle berusaha menghentikan gadis belia itu. Namun, bukannya tenang, Arabelle semakin menggila dan terus berteriak histeris. Elliot yang mendengar kegaduhan tersebut, segera masuk.

----------------

****************

Bab terkait

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Trauma pasca kecelakaan

    3 Elliot segera masuk saat mendengar kegaduhan dari dalam. Dadanya semakin terasa sesak kala melihat Arabelle yang menangis histeris sambil terus memanggil kedua orang tuanya. Dimana sesekali gadis itu melempar benda-benda yang ada di dekatnya. "Ara, hentikan!" pekik Elliot. Ia berjalan dengan cepat menarik tangan kiri Arabelle untuk berhenti memukul diri sendiri. "Ara, hentikan. Jangan menyakiti diri sendiri!" sentak Elliot berusaha menghentikan Arabelle. "Mamy dan Dady pergi ninggalin Ara. Ara sama siapa sekarang? Ara cuma sendiri. Ara mau mati, Ara mau ketemu sama Mamy, Dady. Ara ngak mau hidup tanpa mereka," jerit Arabelle dengan menepis tangan Elliot. "Ara, masih punya Uncle. Ara ngak sendiri." "Mamy bilang ngak bakal ninggalin Ara karena Ara anak baik-baik. Dady juga bilang, kalau nanti Ara udah besar dan menikah. Dady bakal hadir di samping Ara, tapi kenapa mereka ninggalin Ara? Kenapa Ara ngak mati aja? Ara mana bisa hidu

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22
  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Lollipop

    4 Arabelle menatap datar pemandangan pinggir jalan sepanjang perjalanan. Ia sama sekali tidak bersemangat hanya untuk sekedar berbicara. Sejak keluar dari parkiran rumah sakit, tidak ada sepatah katapun yang ia ucapkan meskipun sesekali Elliot mengajak ia berbicara. Hatinya masih terluka, otaknya belum bisa mencerna dan menerima kenyataan pahit. Ia pun masih terjebak dalam ilusi kalau kedua orang tuanya akan kembali. Kembali untuk memeluk dirinya, kembali untuk tertawa dengannya, dan kembali untuk meramaikan hidupnya. Tanpa diundang, setetes air mata mengalir di pipinya dan jatuh mengenai tangan kanan yang dibalut perban. Tanpa terasa, mobil yang ia kendarai berhenti. "Ra," panggil Elliot. Namun, Arabelle tidak menyahut. Gadis itu diam, tenggelam dalam lamunan yang dia ciptakan sendiri. "Ara!" panggil Elliot lagi dengan suara yang lebih tinggi. "Y--a," jawab Arabelle tergugu karena kaget. "Kita sudah sampai." Arabelle membuang p

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22
  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Teman

    5 "Ayo!" ajak Camelia yang diangguki oleh Arabelle. Keduanya berjalan meninggalkan Queenza dan Elliot menuju kamar. Camelia membantu Arabelle untuk menaiki tangga yang menghubungkan mereka ke tempat tujuan. Tepat di depan pintu berwarna sama dengan pintu depan. Camelia memutar knok dan mendorong daun pintu. Arabelle masuk perlahan ke dalam kamar, dimana netranya disambut dengan dinding berwarna biru cerah seterang langit. "Kamar ini baru di cat kemarin, baunya masih sangat menyengat," celetuk Camelia mengibaskan tangan di depan wajah. "Memangnya kamar ini milik siapa?" "Ini kamarku, sebelumnya kamarku berwarna merah muda, tapi karena kamu sekarang juga menjadi pemilik kamar ini, jadi kakak merubah cat kamar ini sesuai dengan warna kesukaanmu." Camelia membantu Arabelle duduk di pinggir ranjang. "Kau menyebut Uncle El kakak? tapi setahuku dia tidak punya adik." Camelia tersenyum lebar, ia sangat senang dengan kehadiran Arabelle di

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-22
  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 6

    Tubuh Arabelle seketika menggigil dengan getaran hebat. Dimana nafasnya mulai memburu tidak teratur dan menimbulkan rasa sesak yang sangat menyakitkan."Aaaaa!"Teriak penuh ketakutan Arabelle diiringi tubuh yang langsung ambruk ke lantai membuat Elliot dan Camelia membulatkan mata. Kejadian yang terjadi begitu cepat, hingga membuat mereka terpaku."Ara!" pekik Elliot dan Camelia bersamaan. Elliot segera meraih tubuh Arabelle. Meletakkan kepala gadis itu yang sedikit memar karena terbentur lantai."Ra, buka mata kamu!" seru Elliot panik dengan kecemasan yang meledak. Rasa takut akan kehilangan terpancar begitu jelas dimatanya. Dimana nafas Elliot semakin memburu."Ra, bangun. Keponakan Uncle yang paling cantik. Ayo bangun." Elliot mengguncang lembut tubuh Arabelle serta menepuk pelan kedua pipi chuby gadis itu. "Ara, baru juga ketemu. Lo kok pingsan?" celetuk Camelia asal karena cemas. Ia menutup mulutnya panik."Kakak bawa Ara ke kamar dulu. Kamu pergi keluar lihat darimana ledakan

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-10
  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 7

    Elliot, Arabelle, dan juga Camelia kini berada di dalam mobil. Mereka baru saja pulang dari rumah sakit untuk pengecekan teratur Arabelle. Kondisi gadis manis dan polos itu kini semakin membaik. Buktinya, gif dan perban yang menyangga tangannya yang patah sudah dilepaskan."Kak El," panggil Camelia dari kursi penumpang belakang. Membuat Arabelle yang duduk di samping Elliot melirik spion untuk melihat kelakuan Camelia yang kini memangku tangan sambil memasang ekspresi cemberut."Iya, Cam." Elliot menjawab tanpa mengalihkan fokus pada jalanan di depannya."Aku mau sekolah di sekolah Arabelle aja." Ucapan Camelia membuat kecepatan mobil yang dilajukan oleh Elliot memelan."Boleh donk, Uncle. Biar Ara sama Cam sama-sama terus." Arabelle ikut memberikan pendapatnya yang terdengar membujuk."Tapi, Uncle udah daftarin Cam di SMA 1 Angkasa. Deket juga dari rumah dan juga searah sama kantor Uncel," jawab Elliot menghela nafas. Berharap keponakan kecilnya itu tidak tersinggung karena penolakann

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-12
  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 8

    "Ra!" Suara bass terdengar lembut seketika membuat Arabelle menyeka cepat air matanya. Lalu, berbalik dan mendapati Elliot."Uncle belum tidur?" tanya Arabelle basa-basi. Ia menundukkan kepalanya sedikit, menyembunyikan matanya yang sedikit memerah."Seharusnya, Uncle yang bertanya seperti itu. Ini sudah malam, kenapa kamu belum tidur?""Hhh, aku tidak bisa tidur.""Karena kamu menangis."Arabelle terhenyak mendengar ucapan Elliot. Ia sudah berusaha menyembunyikannya, tapi tetap saja pria di depannya ini tahu. Elliot menarik dagu Arabelle. Membuat wajah gadis itu menatap ke arahnya dengan canggung. Kedua tatapan mereka beradu sejenak ditemani cahaya bulan yang bersinar terang. Waktu seakan berhenti bagi mereka. Dimana satu sama lain enggan memalingkan wajah karena begitu tenggelam dalam tatapan satu sama lain. Rasa sesak yang sudah ditahan Arabelle sekuat tenaga meledak begitu saja saat menatap mata teduh sang paman. Arabelle dengan cepat memeluk tubuh Elliot begitu erat. Menenggelam

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-13
  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 9

    "Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Elliot menatap Arabelle yang tersenyum aneh."Ara merasa aneh aja, Uncle. Kita udah kayak suami istri, tidur di ranjang yang sama," jawab Arabelle terkekeh dengan kedua pipi yang merona.Sementara Elliot menelan ludah paksa. Tubuhnya tiba-tiba merasa panas dengan wajah yang juga memerah. Darah yang mengalir dalam tubuhnya berdesir hebat. Seolah-olah kata-kata Arabelle barusan seperti mantra."Uncle," panggil Arabelle menyentuh bahu sang paman karena melihat pria itu malah melamun dengan wajah memerah. Elliot tersentak, ia seketika salah tingkah dengan bola mata yang melirik kesana-kemari."Wajah Uncle kok merah?" tanya Arabelle bingung. Ia menangkupkan kedua telapak tangannya di wajah Elliot. Tindakan yang berhasil membuat Elliot semakin menegang."Uncle sakit? Tapi kok ngak panas." Lagi-lagi Arabelle mengoceh sendiri. Dengan cepat, Elliot menarik tangan Arabelle menjauh dari dirinya. Menetralkan ekpresi wajah sebiasa mungkin."Sekarang kamu

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 10

    Dengan wajah panik bercampur cemas serta khawatir. Camelia mendobrak pintu kamar Elliot dengan cepat. Ia ingin beritahu sang kakak kalau keponakan kesayangannya hilang.Namun, detik berikutnya. Mulut Camelia membulat sempurna melihat pemandangan di dalam kamar Elliot. Ternyata, orang yang dicari berada di atas ranjang sedang tidur sambil berpelukan dengan sang kakak."Aaaa!"Teriakan Camelia sontak membuat Elliot terbangun dengan wajah kaget dan panik. Ia segera melompat dari ranjang, kemudian membekap mulut sang adik agar berhenti berteriak. Ia tidak ingin Arabelle sampai terbangun dan merasa malu dengan kondisi ini. Elliot menyeret tubuh Camelia keluar dari kamar. Menutup pintu sebelum melepaskan bekapannya dari mulut Camelia."Kamu ngapain pake teriak-teriak segala? Kalau Ara bangun gimana?" cecar Elliot kesal sembari menoyor kepala adiknya yang langsung meringgis."Gimana ngak teriak, aku panik nyariin Arabelle. Aku kira dia hilang, tapi ternyata malah tidur bareng sama Kakak. Ja

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 16

    "Hallo, Ladies!" seru Elliot merentangkan tangan. Dimana Arabelle lansung memeluk tubuh pria itu manja penuh kerinduan. Padahal, mereka hanya tidak bertemu beberapa jam."Sorry, Uncle telat jemput kalian," desah Elliot menunjukkan wajah bersalah."Enak aja Kak El bilang maaf, kita sampai lumutan di sini. Besok pokoknya, aku mau bawa mobil sendiri aja," sungut Camelia mengeluarkan kekesalan serta omelannya."Tadi, Kakak ada urusan penting, maaf." Wajah Elliot menyendu, menunjukkan penyesalan yang sangat."Poko---""Ngak papa kok, Uncle. Lagian nungguinnya cuma sebentar," sela Arabelle cepat yang lansung membuat mulut Camelia mengangga. Ia sudah dalam mode kesal dan menunggu sangat lama, tapi seenak jidatnya Arabelle malah memaafkan Elliot. Ingin sekali ia mencakar-cakar wajah polos itu."Ra---""Kita pulang sekarang, yuk!" Arabelle menarik cepat lengan Elliot masuk ke dalam mobil. Meninggalkan Camelia yang semakin terselubungi awan kekesalan. Tidak ingin ditinggal, Camelia mendengus ka

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 15

    Arabelle menjauh dari Binar dan Camelia. Lalu mengangkat panggilan tersebut. "Hallo.""El, kok suara kamu jadi cewek, Sayang?" Suara Queenza terkejut terdengar dari sebrang telpon. Akan tetapi, panggilan sayang itu membuat Arabelle merasa tidak nyaman."Ini Ara, bukan Uncle El.""Arabelle ... Kok kamu yang angkat telponnya. Uncle El mana?""Iya, sekarang handphone ini milik Ara bukan Uncle El lagi. Paling, Uncle ada di kantor. Emang kamu mau ngapain cari Uncle?" Kedua alis Arabelle bertaut satu sama lain."Ohh, gitu. Maaf ya, aku jadi ganggu kamu. Queenz, cuma kangen aja sama Uncle El. Biasanya kami juga saling telpon setiap hari. Ya udah kalau gitu. Bye, Ra."Queenza memutus panggilan telpon. Sementara, Arabelle menatap datar layar ponsel di tangannya. Dimana nama kontak gadis itu dihiasi lambang love yang membuat Arabelle mendengus."Ra!" panggil Camelia. Membuat Arabelle berbalik. Binar dan Camelia berjalan mendekat ke arahnya."Siapa?" tanya Camelia lagi."Queen.""Ratu?" beo Bina

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 14

    Arabelle, Camelia, dan Binar sedang duduk sambil memandang beberapa pria yang tengah berlari sambil mendribel bola basket. Keringat mengucur deras di tubuh mereka. Terlihat begitu mengkilat diterpa sinar matahari yang terik. Saat, ini mereka sedang berada di lapangan basket. Tentu saja, ini adalah ulah Camelia. Dia bersikeras untuk datang menonton para pemuda itu main basket sebelum Elliot datang menjemput mereka.Arabelle hanya memandang tanpa minat. Berbeda dengan Camelia yang sejak tadi bersorak histeris dan berjingkrak serta melompat seperti orang gila."Dilex, GBT-an gue. Semangat, Sayang!" teriak Camelia membuat Arabelle memutar bola mata malas. Urat malu Camelia sepertinya sudah putus."Ra, Aunty heboh bener. Gue tahu Dilex keren dan ganteng, tapi dia ngak tahu apa kalau sebelah sana pacarnya Dilex siap-siap mau nerkam dia," bisik Binar yang duduk di samping Arabelle dengan tatapan tertuju pada empat orang gadis yang berjalan ke arah mereka."Biarin ajalah, dia diterkam. Paling

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 13

    "Wadoh!" teriak Binar syok melihat Dito terkapar di lantai. Begitupula dengan Arabelle yang lansung menutup mulutnya karena terkejut."Lo jangan berani-berani peluk-peluk Arabelle. Gue patahin kaki tangan lo, baru tahu rasa!" gertak Camelia yang kini berdiri di depan Dito dengan berkacak pinggang. Ia melotot penuh amarah disertai dengan garis wajah yang begitu tegas. Terlihat, begitu menyeramkan, siap untuk melahap tubuh Dito. Ia tidak akan membiarkan pria manapun menyentuh satu inci tubuh Arabelle karena sang kakak sudah memberikan amanah besar itu. Ia akan menjalankan tugas dengan baik agar kantong sakunya tetap tebal.Camelia menarik kerah baju belakang Dito, hingga tubuh pria itu kembali bangkit. Dito masih linglung belum mengerti apa yang terjadi. Pukulan barusan sungguh sangat tiba-tiba."Asal lo tahu, gue pernah patahin leher preman yang berani begal gue!" Camelia mencekik leher Dito dengan kuat membuat Dito seketika sesak nafas."Cam, lepasin Dito!" pekik Arabelle menarik tubu

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 12

    Arabelle dan Camelia kini berjalan beriringan menuju ruang kepala sekolah. Camelia tak henti-hentinya tercengang dan terkagum-kagum dengan pemandangan di depannya. Sekolah yang sangat besar dengan murid-murid yang sungguh stylis. Bagaimana tidak, semua merek mahal dari mulai pakaian, aksesoris, tas, sepatu, bahkan kendaraan semua ada di tempat ini.Sementara itu, Arabelle hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Camelia. Sudah berapa kali, mereka harus berhenti karena Camelia melihat cowok ganteng. Bahkan, dengan enteng gadis itu merayu serta mengajak mereka berfoto bersama."Gila-gila, kalau kayak gini, Ra. Gue betah banget sekolah di sini!" pekik Camelia antusias bahkan sambil berjingkrak ke kanan dan ke kiri."Lo fokus jalan ke ruang kepala sekolah. Awas aja, kalau lo berhenti lagi mau fotoan sama cowok-cowok." Arabelle memperingati bibi mudanya itu dengan sedikit nada mengancam."Lumayan, Ra. Jadi, koleksi foto cogan gue. Biar bisa mandangin sebelum tidur. Emang l

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 11

    "Jangan kasih tahu aku apa?" celetuk Arabelle tiba-tiba.Camelia dan Elliot menoleh ke arah Arabelle yang sedang menuruni tangga dengan kening berkerut. Wajah Elliot seketika pias seperti maling yang tertangkap basah.“Kok pada diam?” Arabelle kembali bertanya. Ia menarik kursi, kemudian duduk.Elliot menelan salivanya paksa, melirik ke arah Camelia yang malah sengaja menyibukkan dirinya dengan sarapan. Elliot mendengus kesal, melihat kelakuan sang adik.“Hmm---““Udahlah, Ra, Lo salah denger kali. Mending lo sarapan aja, daripada lo mikirin omongan Kak El.”“Hah, gue gak budeg kali, Cam,” Arabelle memutar bola malas, kemudian menyuapkan sarapan ke dalam mulutnya.“Lo mau tau banget, apa mau tau aja?”“Udah, kalian jangan pada ngomong terus. Habisin sarapan kalian, terus Uncle anterin ke sekolah,” sela Elliot. Ia menghela nafas ringan, untung Camelia mengecoh fokus Arabelle.“Oke,” timpal Arabelle enteng. Percakapan yang sempat ia dengar dilupakan begitu saja.Setelah selesai sarapan,

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 10

    Dengan wajah panik bercampur cemas serta khawatir. Camelia mendobrak pintu kamar Elliot dengan cepat. Ia ingin beritahu sang kakak kalau keponakan kesayangannya hilang.Namun, detik berikutnya. Mulut Camelia membulat sempurna melihat pemandangan di dalam kamar Elliot. Ternyata, orang yang dicari berada di atas ranjang sedang tidur sambil berpelukan dengan sang kakak."Aaaa!"Teriakan Camelia sontak membuat Elliot terbangun dengan wajah kaget dan panik. Ia segera melompat dari ranjang, kemudian membekap mulut sang adik agar berhenti berteriak. Ia tidak ingin Arabelle sampai terbangun dan merasa malu dengan kondisi ini. Elliot menyeret tubuh Camelia keluar dari kamar. Menutup pintu sebelum melepaskan bekapannya dari mulut Camelia."Kamu ngapain pake teriak-teriak segala? Kalau Ara bangun gimana?" cecar Elliot kesal sembari menoyor kepala adiknya yang langsung meringgis."Gimana ngak teriak, aku panik nyariin Arabelle. Aku kira dia hilang, tapi ternyata malah tidur bareng sama Kakak. Ja

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 9

    "Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Elliot menatap Arabelle yang tersenyum aneh."Ara merasa aneh aja, Uncle. Kita udah kayak suami istri, tidur di ranjang yang sama," jawab Arabelle terkekeh dengan kedua pipi yang merona.Sementara Elliot menelan ludah paksa. Tubuhnya tiba-tiba merasa panas dengan wajah yang juga memerah. Darah yang mengalir dalam tubuhnya berdesir hebat. Seolah-olah kata-kata Arabelle barusan seperti mantra."Uncle," panggil Arabelle menyentuh bahu sang paman karena melihat pria itu malah melamun dengan wajah memerah. Elliot tersentak, ia seketika salah tingkah dengan bola mata yang melirik kesana-kemari."Wajah Uncle kok merah?" tanya Arabelle bingung. Ia menangkupkan kedua telapak tangannya di wajah Elliot. Tindakan yang berhasil membuat Elliot semakin menegang."Uncle sakit? Tapi kok ngak panas." Lagi-lagi Arabelle mengoceh sendiri. Dengan cepat, Elliot menarik tangan Arabelle menjauh dari dirinya. Menetralkan ekpresi wajah sebiasa mungkin."Sekarang kamu

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 8

    "Ra!" Suara bass terdengar lembut seketika membuat Arabelle menyeka cepat air matanya. Lalu, berbalik dan mendapati Elliot."Uncle belum tidur?" tanya Arabelle basa-basi. Ia menundukkan kepalanya sedikit, menyembunyikan matanya yang sedikit memerah."Seharusnya, Uncle yang bertanya seperti itu. Ini sudah malam, kenapa kamu belum tidur?""Hhh, aku tidak bisa tidur.""Karena kamu menangis."Arabelle terhenyak mendengar ucapan Elliot. Ia sudah berusaha menyembunyikannya, tapi tetap saja pria di depannya ini tahu. Elliot menarik dagu Arabelle. Membuat wajah gadis itu menatap ke arahnya dengan canggung. Kedua tatapan mereka beradu sejenak ditemani cahaya bulan yang bersinar terang. Waktu seakan berhenti bagi mereka. Dimana satu sama lain enggan memalingkan wajah karena begitu tenggelam dalam tatapan satu sama lain. Rasa sesak yang sudah ditahan Arabelle sekuat tenaga meledak begitu saja saat menatap mata teduh sang paman. Arabelle dengan cepat memeluk tubuh Elliot begitu erat. Menenggelam

DMCA.com Protection Status