Share

Chapter 9

Author: Cymut❤️
last update Last Updated: 2023-09-15 11:12:35

"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Elliot menatap Arabelle yang tersenyum aneh.

"Ara merasa aneh aja, Uncle. Kita udah kayak suami istri, tidur di ranjang yang sama," jawab Arabelle terkekeh dengan kedua pipi yang merona.

Sementara Elliot menelan ludah paksa. Tubuhnya tiba-tiba merasa panas dengan wajah yang juga memerah. Darah yang mengalir dalam tubuhnya berdesir hebat. Seolah-olah kata-kata Arabelle barusan seperti mantra.

"Uncle," panggil Arabelle menyentuh bahu sang paman karena melihat pria itu malah melamun dengan wajah memerah. Elliot tersentak, ia seketika salah tingkah dengan bola mata yang melirik kesana-kemari.

"Wajah Uncle kok merah?" tanya Arabelle bingung. Ia menangkupkan kedua telapak tangannya di wajah Elliot. Tindakan yang berhasil membuat Elliot semakin menegang.

"Uncle sakit? Tapi kok ngak panas." Lagi-lagi Arabelle mengoceh sendiri. Dengan cepat, Elliot menarik tangan Arabelle menjauh dari dirinya. Menetralkan ekpresi wajah sebiasa mungkin.

"Sekarang kamu tidur aja, besok, kan mau sekolah. Ini juga sudah larut." Elliot memaksakan senyum di bibirnya, mengalihkan tatapan agar tidak menubruk mata indah gadis itu.

"Oke." Arabelle lansung merebahkan tubuhnya. Mendekap selimut yang menutupi tubuh.

Elliot memposisikan diri di samping Arabelle. Menatap jauh ke atas pada langit-langit kamar. Elliot menarik nafas dalam-dalam. Belum sempat ia menghembuskan nafas. Lagi-lagi ia tersentak kaget saat Arabelle memeluk tubuhnya dengan kepala gadis itu yang berada di dadanya. Posisi yang benar-benar sangat intim.

"Uncle, malam ini Ara tidur sambil peluk Uncle ya?" cicit Arabelle manja sambil mendusel-dusel hidungnya di dada bidang Elliot. Sandaran tersenyaman baginya. Berada di posisi ini dengan memeluk sang paman, membuat ia merasa begitu senang. Entah kenapa, tapi memeluk Elliot selalu candu baginya.

Elliot mengangkat tangannya yang terasa kaku dan keras untuk memeluk tubuh ramping Arabelle. Terasa sulit, tapi tetap ia paksaan agar gadis itu tidur dengan nyaman.

"Hmm, sekarang tidurlah." Elliot mengelus lembut puncak kepala Arabelle.

"Uncle!" panggil Arabelle memainkan kancing baju Elliot.

"Tidurlah, Ra. Besok kamu masuk sekolah," titah Elliot membuat Arabelle sedikit kesal. Ia akan tidur saat sudah mengantuk.

"Iya, aku tahu, tapi aku mau nanyak sesuatu lho, Uncle."

Kening Elliot mengerjit, mendengar hal tersebut. Ia menarik dagu Arabelle untuk mendongak ke arahnya. Dimana wajah mereka begitu dekat, hanya berjarak lima centimeter. Dari jarak sedekat itu, keduanya bisa merasakan hembusan nafas halus satu sama lain.

"Queen itu pacar Uncle?" tanya Arabelle dengan hati-hati. Sebenarnya ia tahu jawabannya, tapi ia ingin dengar lansung dari mulut sang paman.

"Hmm," jawab Elliot dengan deheman. Ada rasa sedikit sesak di dadanya, membuat ia tidak mampu menjawab selain dengan deheman. Arabelle menundukkan wajahnya.

"Apa dia rekan bisnis, Uncle?"

"Tidak, dia model di bawah agency perusahaan Uncle. Dia cantik, kan?" Elliot terkekeh menanyakan pertanyaan konyol itu. Tentu saja, Queenza cantik.

"Iya, dia sangat cantik. Kalian serasi sekali, tapi Uncle dulu bilang kalau perempuan paling cantik di dunia ini aku. Lalu, kenapa sekarang Queen menjadi perempuan yang paling cantik? Jadi, dulu Uncle bohong donk pas bilang gitu ke aku." Arabelle mendengus, entah mengapa ia merasa sedikit tidak suka kalau gadis lain mendapat pujian dari Elliot.

Tawa Elliot pecah. Astaga, keponakannya ternyata benar-banar polos, manja, dan juga sangat pencemburu.

"Ck, ck. Uncle, kan tadi cuma nanyak? Kamu yang jawab. Kok sekarang jadi kamu yang cemburu. Queen suatu hari nanti akan jadi Tante kamu. Istri Uncle."

"Terus nanti Uncle ngak sayang lagi sama aku." Arabelle memberengut kesal. Ia melepas tubuh Elliot dan berbalik memunggungi sang paman.

Elliot menahan senyumnya, tingkah keponakan kecilnya itu benar-benad sangat menggemaskan. Ia ingin sekali mengepal-ngepal Arabelle hingga jadi bola.

Elliot mendekat ke arah Arabelle. Memeluk pinggang gadis itu dari belakang. Mengecup dalam puncak kepala Arabelle yang beraroma bunga melati. Sangat menyegarkan. Arabelle tersenyum senang, ia tahu Elliot pasti akan membujuknya. Sang paman sangat menyayangi dirinya, dan ia tidak sanggup kalau nanti Elliot berhenti perhatian seperti ini.

"Sejak kamu lahir sampai detik ini. Kamu adalah perempuan satu-satunya yang paling cantik. Rambut, pipi gembul, matamu, hidung, bibir, dan dagu. Adalah ciptaaan tuhan yang paling indah. Bagi Uncle, kamu yang paling cantik, lebih dari Queen," puji Elliot jujur dari lubuk hati terdalam. Baginya, Arabelle yang paling cantik di dunia ini, dari dulu maupun sekarang.

Arabelle tersenyum lebar. Ia sangat senang mendengar hal itu dari bibir Elliot. Rasanya, ada jutaan kupu-kupu yang terbang mengelilingi dirinya. Namun, detik berikutnya, ia mengontrol ekspresi senang dengan mengganti ekpresi menjadi wajah pura-pura cemburut. Arabelle berbalik, kini keduanya bisa saling menatap satu sama lain.

"Aku tidak percaya apa yang Uncle bilang barusan. Pasti, di hati Uncle beda. Queen yang paling cantik," cibir Arabelle mengerucutkan bibir.

"Ngak, Ra. Uncle jujur. Kalau kamu ngak percaya kamu bisa belah dada Uncle dan lihat nama siapa yang ada di hati Uncle." Elliot mulai resah karena mengira Arabelle benar-benar marah. Ayolah, ia tidak tahan menghadapi kemarahan gadis itu.

Tawa Arabelle seketika pecah. Kata-kata Elliot benar-benar sangat lucu. Membelah dada pamannya sendiri dan melihat namanya yang terukir di sana. Oh ayolah, kata-kata itu sangat kuno.

"Uncle serius, Ra," ujar Elliot.

"Ara tahu karena Ara milik Uncle."

"Hmm, Arabelle milik Elliot. Aku sangat menyayangimu." Elliot mengecup kening Arabelle penuh kasih sayang.

"Aku juga."

"Sekarang tidurlah, berhenti berbicara."

Arabelle melipat bibirnya dalam-dalam, sebagai isyarat kalau ia tak akan bicara lagi. Ia memeluk tubuh Elliot kembali menenggelamkan dirinya dalam dekapan nyaman sang paman yang menggiring Arabelle masuk ke dunia mimpi.

----------------

Matahari mulai naik ke tahta besar miliknya seperti biasa. Menjalankan tugasnya untuk menyinari setiap sudut bumi. Membangunkan tubuh manusia yang tertidur lelap untuk segera bergegas.

Kring!

Suara jam weaker dalam kamar berwarna biru langit itu melengking begitu nyaring. Membuat Camelia yang bergelung di dalam selimut tebal yang begitu hangat terpaksa bangun dengan wajah mencebik jelek sekaligus kesal. Bagaimana tidak, ia masih sangat mengantuk tapi suara sialan itu membangunkan dirinya.

"Huhh, untung gue inget kalau hari ini gue harus masuk sekolah. Kalau ngak, udah gue lempar lo sampe hancur," omel Camelia sambil menunjuk-nunjuk jam weker yang sudah ia matikan.

"Ra, ayo bangun. Udah pagi ini, kita, kan mau sekolah," ujar Camelia menepuk-nepukkan tangganya ke samping.

"Ra, kok lo diem? Ya elah, lo tidur udah kayak kuda mati." Camelia mencibir dan menoleh ke samping. Menepuk kembali gembungan yang terasa empuk.

"Lah, badan lo kok empuk banget, Ra." Dengan cepat, Camelia menarik selimut dimana netranya seketika membulat. Ternyata, yang ia bangunkan bukan manusia, tapi bantal gulingnya sendiri.

"Wadoh, sejak kapan Arabelle berubah jadi bantal guling gue?" Camelia memekik histeris panik. Ia segera melompat dari ranjang. Berlari keluar menuju kamar Elliot. Arabelle tidak ada dikamar, lantas di mana gadis itu berada?

Dengan wajah panik bercampur cemas serta khawatir. Camelia mendobrak pintu kamar Elliot dengan cepat. Ia ingin beritahu sang kakak kalau keponakan kesayangannya hilang.

Namun, detik berikutnya. Mulut Camelia membulat sempurna melihat pemandangan di dalam kamar Elliot.

"Aaa!"

----------------

Related chapters

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 10

    Dengan wajah panik bercampur cemas serta khawatir. Camelia mendobrak pintu kamar Elliot dengan cepat. Ia ingin beritahu sang kakak kalau keponakan kesayangannya hilang.Namun, detik berikutnya. Mulut Camelia membulat sempurna melihat pemandangan di dalam kamar Elliot. Ternyata, orang yang dicari berada di atas ranjang sedang tidur sambil berpelukan dengan sang kakak."Aaaa!"Teriakan Camelia sontak membuat Elliot terbangun dengan wajah kaget dan panik. Ia segera melompat dari ranjang, kemudian membekap mulut sang adik agar berhenti berteriak. Ia tidak ingin Arabelle sampai terbangun dan merasa malu dengan kondisi ini. Elliot menyeret tubuh Camelia keluar dari kamar. Menutup pintu sebelum melepaskan bekapannya dari mulut Camelia."Kamu ngapain pake teriak-teriak segala? Kalau Ara bangun gimana?" cecar Elliot kesal sembari menoyor kepala adiknya yang langsung meringgis."Gimana ngak teriak, aku panik nyariin Arabelle. Aku kira dia hilang, tapi ternyata malah tidur bareng sama Kakak. Ja

    Last Updated : 2023-09-16
  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 11

    "Jangan kasih tahu aku apa?" celetuk Arabelle tiba-tiba.Camelia dan Elliot menoleh ke arah Arabelle yang sedang menuruni tangga dengan kening berkerut. Wajah Elliot seketika pias seperti maling yang tertangkap basah.“Kok pada diam?” Arabelle kembali bertanya. Ia menarik kursi, kemudian duduk.Elliot menelan salivanya paksa, melirik ke arah Camelia yang malah sengaja menyibukkan dirinya dengan sarapan. Elliot mendengus kesal, melihat kelakuan sang adik.“Hmm---““Udahlah, Ra, Lo salah denger kali. Mending lo sarapan aja, daripada lo mikirin omongan Kak El.”“Hah, gue gak budeg kali, Cam,” Arabelle memutar bola malas, kemudian menyuapkan sarapan ke dalam mulutnya.“Lo mau tau banget, apa mau tau aja?”“Udah, kalian jangan pada ngomong terus. Habisin sarapan kalian, terus Uncle anterin ke sekolah,” sela Elliot. Ia menghela nafas ringan, untung Camelia mengecoh fokus Arabelle.“Oke,” timpal Arabelle enteng. Percakapan yang sempat ia dengar dilupakan begitu saja.Setelah selesai sarapan,

    Last Updated : 2023-09-21
  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 12

    Arabelle dan Camelia kini berjalan beriringan menuju ruang kepala sekolah. Camelia tak henti-hentinya tercengang dan terkagum-kagum dengan pemandangan di depannya. Sekolah yang sangat besar dengan murid-murid yang sungguh stylis. Bagaimana tidak, semua merek mahal dari mulai pakaian, aksesoris, tas, sepatu, bahkan kendaraan semua ada di tempat ini.Sementara itu, Arabelle hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Camelia. Sudah berapa kali, mereka harus berhenti karena Camelia melihat cowok ganteng. Bahkan, dengan enteng gadis itu merayu serta mengajak mereka berfoto bersama."Gila-gila, kalau kayak gini, Ra. Gue betah banget sekolah di sini!" pekik Camelia antusias bahkan sambil berjingkrak ke kanan dan ke kiri."Lo fokus jalan ke ruang kepala sekolah. Awas aja, kalau lo berhenti lagi mau fotoan sama cowok-cowok." Arabelle memperingati bibi mudanya itu dengan sedikit nada mengancam."Lumayan, Ra. Jadi, koleksi foto cogan gue. Biar bisa mandangin sebelum tidur. Emang l

    Last Updated : 2023-09-23
  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 13

    "Wadoh!" teriak Binar syok melihat Dito terkapar di lantai. Begitupula dengan Arabelle yang lansung menutup mulutnya karena terkejut."Lo jangan berani-berani peluk-peluk Arabelle. Gue patahin kaki tangan lo, baru tahu rasa!" gertak Camelia yang kini berdiri di depan Dito dengan berkacak pinggang. Ia melotot penuh amarah disertai dengan garis wajah yang begitu tegas. Terlihat, begitu menyeramkan, siap untuk melahap tubuh Dito. Ia tidak akan membiarkan pria manapun menyentuh satu inci tubuh Arabelle karena sang kakak sudah memberikan amanah besar itu. Ia akan menjalankan tugas dengan baik agar kantong sakunya tetap tebal.Camelia menarik kerah baju belakang Dito, hingga tubuh pria itu kembali bangkit. Dito masih linglung belum mengerti apa yang terjadi. Pukulan barusan sungguh sangat tiba-tiba."Asal lo tahu, gue pernah patahin leher preman yang berani begal gue!" Camelia mencekik leher Dito dengan kuat membuat Dito seketika sesak nafas."Cam, lepasin Dito!" pekik Arabelle menarik tubu

    Last Updated : 2023-09-24
  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 14

    Arabelle, Camelia, dan Binar sedang duduk sambil memandang beberapa pria yang tengah berlari sambil mendribel bola basket. Keringat mengucur deras di tubuh mereka. Terlihat begitu mengkilat diterpa sinar matahari yang terik. Saat, ini mereka sedang berada di lapangan basket. Tentu saja, ini adalah ulah Camelia. Dia bersikeras untuk datang menonton para pemuda itu main basket sebelum Elliot datang menjemput mereka.Arabelle hanya memandang tanpa minat. Berbeda dengan Camelia yang sejak tadi bersorak histeris dan berjingkrak serta melompat seperti orang gila."Dilex, GBT-an gue. Semangat, Sayang!" teriak Camelia membuat Arabelle memutar bola mata malas. Urat malu Camelia sepertinya sudah putus."Ra, Aunty heboh bener. Gue tahu Dilex keren dan ganteng, tapi dia ngak tahu apa kalau sebelah sana pacarnya Dilex siap-siap mau nerkam dia," bisik Binar yang duduk di samping Arabelle dengan tatapan tertuju pada empat orang gadis yang berjalan ke arah mereka."Biarin ajalah, dia diterkam. Paling

    Last Updated : 2023-09-25
  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 15

    Arabelle menjauh dari Binar dan Camelia. Lalu mengangkat panggilan tersebut. "Hallo.""El, kok suara kamu jadi cewek, Sayang?" Suara Queenza terkejut terdengar dari sebrang telpon. Akan tetapi, panggilan sayang itu membuat Arabelle merasa tidak nyaman."Ini Ara, bukan Uncle El.""Arabelle ... Kok kamu yang angkat telponnya. Uncle El mana?""Iya, sekarang handphone ini milik Ara bukan Uncle El lagi. Paling, Uncle ada di kantor. Emang kamu mau ngapain cari Uncle?" Kedua alis Arabelle bertaut satu sama lain."Ohh, gitu. Maaf ya, aku jadi ganggu kamu. Queenz, cuma kangen aja sama Uncle El. Biasanya kami juga saling telpon setiap hari. Ya udah kalau gitu. Bye, Ra."Queenza memutus panggilan telpon. Sementara, Arabelle menatap datar layar ponsel di tangannya. Dimana nama kontak gadis itu dihiasi lambang love yang membuat Arabelle mendengus."Ra!" panggil Camelia. Membuat Arabelle berbalik. Binar dan Camelia berjalan mendekat ke arahnya."Siapa?" tanya Camelia lagi."Queen.""Ratu?" beo Bina

    Last Updated : 2023-09-27
  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 16

    "Hallo, Ladies!" seru Elliot merentangkan tangan. Dimana Arabelle lansung memeluk tubuh pria itu manja penuh kerinduan. Padahal, mereka hanya tidak bertemu beberapa jam."Sorry, Uncle telat jemput kalian," desah Elliot menunjukkan wajah bersalah."Enak aja Kak El bilang maaf, kita sampai lumutan di sini. Besok pokoknya, aku mau bawa mobil sendiri aja," sungut Camelia mengeluarkan kekesalan serta omelannya."Tadi, Kakak ada urusan penting, maaf." Wajah Elliot menyendu, menunjukkan penyesalan yang sangat."Poko---""Ngak papa kok, Uncle. Lagian nungguinnya cuma sebentar," sela Arabelle cepat yang lansung membuat mulut Camelia mengangga. Ia sudah dalam mode kesal dan menunggu sangat lama, tapi seenak jidatnya Arabelle malah memaafkan Elliot. Ingin sekali ia mencakar-cakar wajah polos itu."Ra---""Kita pulang sekarang, yuk!" Arabelle menarik cepat lengan Elliot masuk ke dalam mobil. Meninggalkan Camelia yang semakin terselubungi awan kekesalan. Tidak ingin ditinggal, Camelia mendengus ka

    Last Updated : 2023-10-13
  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Ledakan

    1 Hotel Rose Star, hotel bintang lima yang ada di pusat negeri Sunmi malam ini sangat ramai. Hal itu dikarenakan malam ini adalah pertemuan titik kumpul para pebisnis di seluruh kota. Tentu saja, mereka hadir dalam acara besar tersebut dengan niat masing-masing. Entah, untuk mencari relasi, mitra, mengatur perjodohan, maupun untuk saling menjatuhkan. Keluarga Butlene yang menggeluti bisnis perhiasan juga hadir dalam acara tersebut. Tuan Theo dan Nyonya Xera Butlene berusaha mencari relasi kerja sama untuk mengembangkan perusahaan mereka. Dari keramaian yang sedikit menyesakkan di ballroom besar itu. Satu titik fokus tertuju pada gadis mungil yang sedang sibuk memakan permen lolipop. Kegiatan yang sangat berbeda dari orang lain. Dimana para pemuda dan pemudi yang hadir dalam acara itu sibuk untuk mendapatkan rekan bisnis atau pasangan hidup. Berbeda dengan gadis pemilik rambut hitam panjang sepinggang tersebut. Ia seakan tidak peduli

    Last Updated : 2023-08-22

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 16

    "Hallo, Ladies!" seru Elliot merentangkan tangan. Dimana Arabelle lansung memeluk tubuh pria itu manja penuh kerinduan. Padahal, mereka hanya tidak bertemu beberapa jam."Sorry, Uncle telat jemput kalian," desah Elliot menunjukkan wajah bersalah."Enak aja Kak El bilang maaf, kita sampai lumutan di sini. Besok pokoknya, aku mau bawa mobil sendiri aja," sungut Camelia mengeluarkan kekesalan serta omelannya."Tadi, Kakak ada urusan penting, maaf." Wajah Elliot menyendu, menunjukkan penyesalan yang sangat."Poko---""Ngak papa kok, Uncle. Lagian nungguinnya cuma sebentar," sela Arabelle cepat yang lansung membuat mulut Camelia mengangga. Ia sudah dalam mode kesal dan menunggu sangat lama, tapi seenak jidatnya Arabelle malah memaafkan Elliot. Ingin sekali ia mencakar-cakar wajah polos itu."Ra---""Kita pulang sekarang, yuk!" Arabelle menarik cepat lengan Elliot masuk ke dalam mobil. Meninggalkan Camelia yang semakin terselubungi awan kekesalan. Tidak ingin ditinggal, Camelia mendengus ka

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 15

    Arabelle menjauh dari Binar dan Camelia. Lalu mengangkat panggilan tersebut. "Hallo.""El, kok suara kamu jadi cewek, Sayang?" Suara Queenza terkejut terdengar dari sebrang telpon. Akan tetapi, panggilan sayang itu membuat Arabelle merasa tidak nyaman."Ini Ara, bukan Uncle El.""Arabelle ... Kok kamu yang angkat telponnya. Uncle El mana?""Iya, sekarang handphone ini milik Ara bukan Uncle El lagi. Paling, Uncle ada di kantor. Emang kamu mau ngapain cari Uncle?" Kedua alis Arabelle bertaut satu sama lain."Ohh, gitu. Maaf ya, aku jadi ganggu kamu. Queenz, cuma kangen aja sama Uncle El. Biasanya kami juga saling telpon setiap hari. Ya udah kalau gitu. Bye, Ra."Queenza memutus panggilan telpon. Sementara, Arabelle menatap datar layar ponsel di tangannya. Dimana nama kontak gadis itu dihiasi lambang love yang membuat Arabelle mendengus."Ra!" panggil Camelia. Membuat Arabelle berbalik. Binar dan Camelia berjalan mendekat ke arahnya."Siapa?" tanya Camelia lagi."Queen.""Ratu?" beo Bina

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 14

    Arabelle, Camelia, dan Binar sedang duduk sambil memandang beberapa pria yang tengah berlari sambil mendribel bola basket. Keringat mengucur deras di tubuh mereka. Terlihat begitu mengkilat diterpa sinar matahari yang terik. Saat, ini mereka sedang berada di lapangan basket. Tentu saja, ini adalah ulah Camelia. Dia bersikeras untuk datang menonton para pemuda itu main basket sebelum Elliot datang menjemput mereka.Arabelle hanya memandang tanpa minat. Berbeda dengan Camelia yang sejak tadi bersorak histeris dan berjingkrak serta melompat seperti orang gila."Dilex, GBT-an gue. Semangat, Sayang!" teriak Camelia membuat Arabelle memutar bola mata malas. Urat malu Camelia sepertinya sudah putus."Ra, Aunty heboh bener. Gue tahu Dilex keren dan ganteng, tapi dia ngak tahu apa kalau sebelah sana pacarnya Dilex siap-siap mau nerkam dia," bisik Binar yang duduk di samping Arabelle dengan tatapan tertuju pada empat orang gadis yang berjalan ke arah mereka."Biarin ajalah, dia diterkam. Paling

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 13

    "Wadoh!" teriak Binar syok melihat Dito terkapar di lantai. Begitupula dengan Arabelle yang lansung menutup mulutnya karena terkejut."Lo jangan berani-berani peluk-peluk Arabelle. Gue patahin kaki tangan lo, baru tahu rasa!" gertak Camelia yang kini berdiri di depan Dito dengan berkacak pinggang. Ia melotot penuh amarah disertai dengan garis wajah yang begitu tegas. Terlihat, begitu menyeramkan, siap untuk melahap tubuh Dito. Ia tidak akan membiarkan pria manapun menyentuh satu inci tubuh Arabelle karena sang kakak sudah memberikan amanah besar itu. Ia akan menjalankan tugas dengan baik agar kantong sakunya tetap tebal.Camelia menarik kerah baju belakang Dito, hingga tubuh pria itu kembali bangkit. Dito masih linglung belum mengerti apa yang terjadi. Pukulan barusan sungguh sangat tiba-tiba."Asal lo tahu, gue pernah patahin leher preman yang berani begal gue!" Camelia mencekik leher Dito dengan kuat membuat Dito seketika sesak nafas."Cam, lepasin Dito!" pekik Arabelle menarik tubu

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 12

    Arabelle dan Camelia kini berjalan beriringan menuju ruang kepala sekolah. Camelia tak henti-hentinya tercengang dan terkagum-kagum dengan pemandangan di depannya. Sekolah yang sangat besar dengan murid-murid yang sungguh stylis. Bagaimana tidak, semua merek mahal dari mulai pakaian, aksesoris, tas, sepatu, bahkan kendaraan semua ada di tempat ini.Sementara itu, Arabelle hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Camelia. Sudah berapa kali, mereka harus berhenti karena Camelia melihat cowok ganteng. Bahkan, dengan enteng gadis itu merayu serta mengajak mereka berfoto bersama."Gila-gila, kalau kayak gini, Ra. Gue betah banget sekolah di sini!" pekik Camelia antusias bahkan sambil berjingkrak ke kanan dan ke kiri."Lo fokus jalan ke ruang kepala sekolah. Awas aja, kalau lo berhenti lagi mau fotoan sama cowok-cowok." Arabelle memperingati bibi mudanya itu dengan sedikit nada mengancam."Lumayan, Ra. Jadi, koleksi foto cogan gue. Biar bisa mandangin sebelum tidur. Emang l

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 11

    "Jangan kasih tahu aku apa?" celetuk Arabelle tiba-tiba.Camelia dan Elliot menoleh ke arah Arabelle yang sedang menuruni tangga dengan kening berkerut. Wajah Elliot seketika pias seperti maling yang tertangkap basah.“Kok pada diam?” Arabelle kembali bertanya. Ia menarik kursi, kemudian duduk.Elliot menelan salivanya paksa, melirik ke arah Camelia yang malah sengaja menyibukkan dirinya dengan sarapan. Elliot mendengus kesal, melihat kelakuan sang adik.“Hmm---““Udahlah, Ra, Lo salah denger kali. Mending lo sarapan aja, daripada lo mikirin omongan Kak El.”“Hah, gue gak budeg kali, Cam,” Arabelle memutar bola malas, kemudian menyuapkan sarapan ke dalam mulutnya.“Lo mau tau banget, apa mau tau aja?”“Udah, kalian jangan pada ngomong terus. Habisin sarapan kalian, terus Uncle anterin ke sekolah,” sela Elliot. Ia menghela nafas ringan, untung Camelia mengecoh fokus Arabelle.“Oke,” timpal Arabelle enteng. Percakapan yang sempat ia dengar dilupakan begitu saja.Setelah selesai sarapan,

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 10

    Dengan wajah panik bercampur cemas serta khawatir. Camelia mendobrak pintu kamar Elliot dengan cepat. Ia ingin beritahu sang kakak kalau keponakan kesayangannya hilang.Namun, detik berikutnya. Mulut Camelia membulat sempurna melihat pemandangan di dalam kamar Elliot. Ternyata, orang yang dicari berada di atas ranjang sedang tidur sambil berpelukan dengan sang kakak."Aaaa!"Teriakan Camelia sontak membuat Elliot terbangun dengan wajah kaget dan panik. Ia segera melompat dari ranjang, kemudian membekap mulut sang adik agar berhenti berteriak. Ia tidak ingin Arabelle sampai terbangun dan merasa malu dengan kondisi ini. Elliot menyeret tubuh Camelia keluar dari kamar. Menutup pintu sebelum melepaskan bekapannya dari mulut Camelia."Kamu ngapain pake teriak-teriak segala? Kalau Ara bangun gimana?" cecar Elliot kesal sembari menoyor kepala adiknya yang langsung meringgis."Gimana ngak teriak, aku panik nyariin Arabelle. Aku kira dia hilang, tapi ternyata malah tidur bareng sama Kakak. Ja

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 9

    "Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Elliot menatap Arabelle yang tersenyum aneh."Ara merasa aneh aja, Uncle. Kita udah kayak suami istri, tidur di ranjang yang sama," jawab Arabelle terkekeh dengan kedua pipi yang merona.Sementara Elliot menelan ludah paksa. Tubuhnya tiba-tiba merasa panas dengan wajah yang juga memerah. Darah yang mengalir dalam tubuhnya berdesir hebat. Seolah-olah kata-kata Arabelle barusan seperti mantra."Uncle," panggil Arabelle menyentuh bahu sang paman karena melihat pria itu malah melamun dengan wajah memerah. Elliot tersentak, ia seketika salah tingkah dengan bola mata yang melirik kesana-kemari."Wajah Uncle kok merah?" tanya Arabelle bingung. Ia menangkupkan kedua telapak tangannya di wajah Elliot. Tindakan yang berhasil membuat Elliot semakin menegang."Uncle sakit? Tapi kok ngak panas." Lagi-lagi Arabelle mengoceh sendiri. Dengan cepat, Elliot menarik tangan Arabelle menjauh dari dirinya. Menetralkan ekpresi wajah sebiasa mungkin."Sekarang kamu

  • Terjerat Cinta Ponakan Kecil   Chapter 8

    "Ra!" Suara bass terdengar lembut seketika membuat Arabelle menyeka cepat air matanya. Lalu, berbalik dan mendapati Elliot."Uncle belum tidur?" tanya Arabelle basa-basi. Ia menundukkan kepalanya sedikit, menyembunyikan matanya yang sedikit memerah."Seharusnya, Uncle yang bertanya seperti itu. Ini sudah malam, kenapa kamu belum tidur?""Hhh, aku tidak bisa tidur.""Karena kamu menangis."Arabelle terhenyak mendengar ucapan Elliot. Ia sudah berusaha menyembunyikannya, tapi tetap saja pria di depannya ini tahu. Elliot menarik dagu Arabelle. Membuat wajah gadis itu menatap ke arahnya dengan canggung. Kedua tatapan mereka beradu sejenak ditemani cahaya bulan yang bersinar terang. Waktu seakan berhenti bagi mereka. Dimana satu sama lain enggan memalingkan wajah karena begitu tenggelam dalam tatapan satu sama lain. Rasa sesak yang sudah ditahan Arabelle sekuat tenaga meledak begitu saja saat menatap mata teduh sang paman. Arabelle dengan cepat memeluk tubuh Elliot begitu erat. Menenggelam

DMCA.com Protection Status