Trisno pulang ke rumah dengan perasaan lega. Ia membawa uang satu juta untuk uang saku anaknya. Sampai di rumah. Ia langsung masuk ke rumah mencari Amelia. Ayahnya menemui dengan tergesa.
"Ada apa Yah? Sepertinya Ayah tergesa- gesa?"
"Syukurlah, kamu belum berangkat." Trisno mengeluarkan uang satu juta dari sakunya. Amelia tertegun. Padahal dirinya sudah mendapatkan uang saku dari Ibunya.
"Ini uang saku buat kamu, moga kamu di terima ya!" Trisno mengusap kepala anaknya.
"Tapi, aku dah di kasih sama Ibu."
"Udah, buat jaga- jaga" Ucap Ayah.
"Udah siapkan?"
"Udah"
Kemudian Amelia berpamitan pada Ibunya dan Ines. Mereka menuju Terminal. Sampai di terminal Amelia turun dari motor. Ia pun berpamitan dan mencium punggung tangan Ayahnya.
Trisno memandangi punggung putri sulungnya berlalu dari pandanganya.
'Moga kau berhasil, nak' Trisno
Amelia menuju ke loket pembelian tiket setelah loket di tangan. Ia duduk menunggu Mita. Saat Amel menengok ke arah kiri, Seorang gadis memakai hijab abu- abu melambaikan tanganya datang menghampirinya.
"Hai, Amel..." Sapa Mita riang dan bersemangat.
"Hai juga Mita..."
Mereka berdua sangat bersemangat.
"Udah pesen tiket?
"Udah dong..." Ucap Mita mengacungkan tiketnya ke atas.
Mereka berdua duduk menunggu kedatangan bis. Bis pun datang. Mereka berdua naik menuju kota besar. Saat di perjalanan mereka berdua sempetkan untuk membuka buku pelajaran. Akhirnya Bisa sampai tepat di depan kampus. Amelia dan Mita turun. Mereka segera berlari menuju kampus karena hawa panas yang menyengat. Mereka berdua menuju ruang pendaftaran. Amelia dan Mita melakukan pendaftaran, mereka berdua mengisi formulir. Setelah mengisi formulir Amelia dan Mita menunggu sejenak di ruang tunggu. Ujian akan di laksanakan satu jam lagi. Ia sempetkan membaca buku. Amelia mengincar beasiswa dari jurusan kedokteran sedangkan Mita dari Jurusan Hukum.
Para penguji menyuruh berkumpul di ruang Aula. Penyelengara sudah menyiapkan kursi berdasarkan nomer ujian. Amelia masuk juga Mita, mereka duduknya sangat berjauhan. Tak mungkin saling mencontek. Pengawas membagikan kertas. Amelia duduk di depan pengawas. Mata orang itu menatap Amelia tajam.
'Ia seperti seorang dosen' batin Amelia.
Tampan tapi sangat dingin. Amelia takut menatapnya lama- lama. Segera ia alihkan pandangan ke lain arah. Kertas di hadapan Amelia. Ada dua lembar soal yang harus di jawab. Mereka memberi waktu dua jam menyelesaikan soal ini. Suasana hening seketika Amelia dan para peserta lainya mengerjakan ujian, para pengawas sangat ketat mengawasi. Kalau ketahuan mencontek akan langsung di coret dari daftar beasiswa.
Mereka konsentrasi menyelesaikan ujian. Peluh membasahi kening . Pikiran telah di curahkan, hanya keberuntungan serta takdir yang bisa membawa mereka lolos ujian ini. Ini juga masih tahap pertama, besok akan di adakan lagi di sertai pengumuman.
Amelia bernafas lega saat ini, ia bisa menyelesaikan ujian hari ini. menyerahkan lembar jawaban kepada pengawas. Amelia kemudian keluar ruangan. Menghirup udara di luar. Di dalam terasa panas walau ber ac.
Aroma persaingan terasa jelas.
Amelia duduk di ruang tunggu, depan ruang Aula. Ia menunggu Mita yang masih menyelesaikan ujian. Mita tak lama kemudian keluar. Mereka di suruh datang lagi esok hari.
Amelia dan Mita mencari kosan untuk satu hari lagi di sekitar kampus. Mereka akhirnya menemukan kos yang agak mewah,Dan yang membayar Mita. Mita berasal dari orang berkucupan. Amelia merebahkan dirinya di bed. Tubuh serta pikirannya butuh istirahat. Amel melirik jam di dinding menunjukan pukul empat sore.
"Kamu udah sholat Mit?
"Belum..." jawab Mita singkat tanpa memandang wajah Amelia. Ia sedang belajar untuk esok hari.
"Aku sholat dulu..."
"Ya..." Amelia beranjak menuju kamar mandi kemudian berwudhu. Amelia melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim. Selesai sholat tak lupa Amelia memohon untuk kelancaran esok hari.
"Kau tak sholat dulu Mit?"
"Iya..." Ucap Mita menurut. Segera berwudhu dan sholat Ashar.
Tok... tok...
Suara ketokan terdengar dari luar. Amelia membuka pintu. Wanita paruh baya membawa dua porsi mie goreng dan juga dua gelas jus jeruk.
"Nak, ini ibu bawakan mie goreng buat kalian. Kalian pasti lapar !" Amelia menerima nampan berisi mie goreng dari tangan Bu kos.
"Makasih ya bu."
"Sama- sama nak, belajar yang giat biar keterima di kampus ini." Bu kos tahu bahwa kampus ini mengadakan beasiswa.
"Ya Bu." Ucap Amelia pada bu kos itu.
Amelia mencium bau mie goreng, perutnya berontak minta di isi. Tapi ia tahan menunggu Mita selesai sholat.
Mita selesai sholat, ia melipat mukenaya dan taruh di atas nakas.
"Hemm.. wangi banget mie gorengnya!"
"Iya nih, dari ibu kos. Makan yuk"
"Hayuukk..." kata Mita lebay.
Mita duduk di samping Amelia dan segera menyantap mie goreng di depanya. Dalam waktu lima belas menit mie udah pindah ke dalam perut. Di akhiri dengan jus.
"Alhamdulilah..." ucap mereka kompak, merasa kenyang.
Mereka kemudian melanjutkan belajar kembali. Ada dua mata pelajaran yang di ujikan. Matematika dan biologi.
Waktu beranjak menuju malam. Mereka berdua masih berkutat dengan buku pelajaran. Sesekali Mita menguap, tandanya mata sudah ingin di istirahatkan.
"Amel, aku tidur dulu." Ucap Mita setelah cuci muka dan sikat gigi tentunya.
"Ya, aku sebentar lagi. Masih ada yang belum aku baca."
Mita naik ke tempat tidur, menarik selimut sampai leher. Tak butuh waktu lama Mita terlelap. Amel, masih memaksakan diri untuk membaca walau berulang kali menguap.
Demi cita- cita menjadi dokter batin Amelia.
Mata Amelia tak tahan menahan kantuk, ia pun menyusul naik ke ranjang. Tak lama kemudian Amelia terlelap menyusul Mita yang terlelap lebih dulu.
Esok hari.
Amelia dan Mita bersiap menuju kampus. Mereka jalan kaki karena memang letak kampus dan kosnya tak terlalu jauh.
Anak- anak udah datang dan siap menuju ke ruang Aula. Para penguji pun bersuara mengunakan mic, suruh berkumpul di Aula lagi. Karena Ujian akan segera di mulai. Anak- anak tertib duduk di kursi masing- masing sesuai nomer ujian. Mata itu lagi- lagi menatap Amelia tak berkedip, sejenak Amelia menatap balik. Tapi ia merasa tak nyaman dengan tatapan itu, Amelia mengalihkan pandanganya.
Para pengawas membagikan lembar soal. Orang itu membagikan kepada Amel. Tepat berdiri di depan Amel sambil tanganya memberi lembar soal.
"Siapa namamu? Tanya Ryan.
Ryan adalah dosen baru, tampan juga cerdas. Ia juga anak dari pemilik Universitas ini. Melihat Amelia mirip seperti mendiang Adiknya yang baru meninggal sebulan yang lalu.
"Saya Amelia Anggraeni." Jawab Amelia sopan.
Ryan hanya melewati Amelia, dan membagikan pada peserta lainya.
'Dasar orang aneh...' batin Amelia. Setelah Ryan membagikan lembar soal pada peserta lain, Ryan melewati Amelia lagi.
"Kerjakan soal saja, tak usah mengumpat pengawas " Ucap Ryan lirih dan hanya terdengar Amelia.
Amelia menghempus nafas pelan. Bagaimana ia bisa tahu isi hatiku?
Bersambung...
Ujian selesai para peserta menghambur keluar, tak terkecuali Mita dan Amelia. Para peserta menunggu dengan was- was, karena hasil ujian akan di laksanakan hari ini. Amelia dan Mita duduk di depan kelas juga para peserta lainya. Amelia matanya tak lepas dari dzikir digital yang ia lafalkan di dalam hati, Sedang Mita chatan dengan pacarnya."Kau chat an ama siapa Mit? Kayaknya seneng banget?""Ama pacarlah, emang kamu jomblo!""Jangan keras- keras dong, nanti ada yang denger, aku kan malu !" Ucap Amelia menutup mulut sahabatnya yang terlanjur ember."Iya maaf, hehehe...""Kamu nggak dzikir sih, kita udah berusaha harusnya berdoa dong.""Aku sebenarnya hanya cari pengalaman aja, kalau keterima ya Alhamdulilah kalau nggak juga nggak apa- apa." Ucap Mita Enteng.Amelia memukul lengan sahabatnya. "Terserah kau saja lah, kau kan anak orang kaya..."
Ningsih sangat senang anaknya bisa lolos, itu artinya anaknya akan mendapatkan masa depan cerah. Amelia juga sangat bersyukur ini adalah Anugerah yang indah. Saking senangnya orang tua Amelia mengadakan syukuran kecil- kecilan. Sebenarnya Amelia tak ingin mengadakan itu, tapi mereka bersihkeras untuk melakukanya. Tak lama kemudian Amelia packing baju, setelah siap Amelia berpamitan pada orang tuanya. Amelia harus kembali ke kosan, Setelah perjalanan hampir memakan waktu empat jam, akhirnya Amelia sampai di Kosan. Ia menaruh baju di lemari juga perlengkapan dirinya yang lain. Amelia kemudian merebahkan di bed. Tapi mengingat dirinya belum sholat isya, ia pun beranjak dan wudhu dan menunaikan Sholat Isya. Kantuk menghinggapi mata Amelia, ia kemudian memeluk guling dan tak lama kemudian menjemput mimpi. Adzan subuh mengudara, Amelia terbangun. Ia membuka matanya, walau kantuk ma
Ryan mengamati gadis di depanya, kenapa begitu mirip dengan mendiang adiknya. Adiknya Ryan meninggal karena sakit komplikasi. Ryan menghela nafas pelan. Apakah di depannya kembaran adiknya?"Pak, ada apa aku di panggil kemari?" Tanya Amelia penasaran.Ryan tak bergeming, tapi ia masih menatap wajah Amelia. Tapi Akhirnya ia buka suara."Asalmu dari mana?""Saya dari kota P, jawa tengah pak..." Ucap Amelia sopan."Siapa nama orang tuamu?""Ayah saya bernama Papa Heri dan ibu saya Mama Ning.""Huuuh... nama orang tuamu kampungan sekali !""Saya emang dari kampung pak..." ucap Amelia spontan."Ya... maaf..."Akhirnya Ryan meminta maaf, sudah menghina Amelia." Kamu tak penasaran dipanggil kemari?""Iya pak, saya penasaran."Amelia menganguk. Ia ingin tau dirinya di panggil."Wajahmu
Pagi ini Amelia bersiap ke kampus, buku pelajaran di masukan tas cangklong warna coklatnya. Amelia mematut dirinya di cermin mengenakan hijab warna biru. Di padu padan jaket jeans juga warna biru serta celana hitam.Merasa sudah siap, ia keluar kamar. Melangkah menuju kampus yang tak jauh dari kosnya. Amelia jalan sendirian sambil memegang buku diklat di tanganya. Ketika sudah sampai di kampus, masih sepi hanya ada beberapa siswa yang masuk. Amelia duduk di depan ruang perpustakaan ruang sebelum masuk ke ruangan kelasnya. Ia sembari menunggu Maryam sempatkan membaca buku diklat yang di pegang.Baru beberapa lembar yang di baca ada dosen Ryan menghampirinha."Menunggu siapa Amelia?" Kata Amelia sengaja di tekankan. Sepertinya ia tak suka dirinya duduk di bangku panjang. Ia kemudian beranjak."Pak, saya ke kelas dulu..." Amelia berlalu dari hadapan Dosen Ryan dan tak ingin mendapat jawaban. Amelia mul
Maryam menyesap yang telah di sediakan oleh Amelia. Ia merangkai kata dalam pikiranya supaya Amelia tak tersinggung."Amel, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu..." Kata Maryam serius."Ada apa Maryam? Ngomong aja " Amelia menatap lurus temanya.Maryam menunduk sejenak. Lalu ia beranikan menatap Amelia."Eeehhmm, apa kamu menyukai Pak Dosen Ryan?"Amelia diam sebentar."Kenapa kau menanyakan itu? Apa kamu menyukai pak Ryan?" Amelia tanya balik.Maryam menunduk malu."Iya, tapi aku akan berusaha menghilangkan rasa ini dari hatiku seandainya kamu menyukai Pak Ryan." Kata Maryam.Amelia serba salah sendiri. Tak ingin membohongi hati dirinya, senang saat dosen Ryan memperhatikan dirinya Tapi di sisi lain, ia juga belum tau perasaan dosen Ryan kepadanya.Amelia menghela nafas pelan, ia buang secara perlahan. Ia malas membahas cowok
Clarisa rebahan di kamarnya, ia ingin menghubungi sahabatnya. Tapi di tahan, karena ini masih ada jam kuliah. Clarisa down kalau Rani sampai menjauhinya. Walau Clarisa ada temen lain, Tapi sama Rani ia merasa nyaman, karena sama- sama dari keluarga kaya. Tok..tok... "Masuk Bi..." Kata Clarisa. Bibi masuk membawakan susu coklat dan roti bakar selai kacang. "Makasih Bi.." "Sama- sama Non, susunya di minum." "Iya Bi..." Clarisa lalu bangkit dan menyesap susu coklat. Juga makan roti bakarnya. Setelah minum susu, ia merasa lebih baik perasaanya. Pandangan matanya tertuju pada buku di depanya. Ia mulai belajar. 'Mungkin aku dalam waktu sebulan harus belajar' batin Clarisa. Karena mulai besok Amelia harus menjalani hukumanya di skors. Mungkin akan di isi dengan belajar. Mamanya yang baru pulang dari arisan menghampiri kamar Clarisa. Pi
Sebulan kemudian. Clarisa telah menjalani hukuman skors sebulan dengan baik. Ia kini telah kembali ke kampus. Tapi teman- temanya menyadari Clarisa telah banyak berubah. Ia tak lagi ketus walau masih banyak diamnya. Perubahan itu banyak temanya yang suka. Ia juga tidak menganggu Amelia lagi.*****Amelia menjalani hari di kampus dengan tenang, Dosen Ryan masih terus mendekatinya. Amelia juga senang dengan perhatian Ryan."Amelia, nanti sepulang kuliah bisa pulang bareng?" Tanya Ryan menatap wajah cantik milik Amelia.Amelia tampak berpikir sejenak. Tapi akhirnya mengiyakan ajakan dosen Ryan.Tepat sepulang kuliah mereka ke taman dekat dengan kampus. Ryan memarkirkan mobilnya.Angin semilir menghembus kulit lembut Amelia. Rasa tenang menjalar di hati mereka berdua. Amelia duduk di bangku panjang, di susul Ryan.Amelia sesekali mencuri pandang menatap w
Ameliabersiap di hadapan cermin, ia mendandani wajahnya dengan make up sederhana. Merasa sudah oke dia keluar kamar. Sambil menenteng tas yang berisi alat- alat kesehatan. Amelia menyapa ibunya yang sedang menyiapkan sarapan." pagi Bu..." Sapa Amelia."Pagi Nak, sarapan dulu...""Iya... Bu..."Amelia kemudian menarik kursi dan duduk. Ia mengambil Roti di isi dengan omelet di kasih saus juga. Tak lama kemudian makanan di hadapanya berpindah ke dalam perutnya. Selesai sarapan Amelia sikat gigi. Kemudian ia mengeluarkan maticnya. Di jalankan mesin menuju puskesmas.Amelia sampai di puskesmas, orang sudah menunggu kedatanganya. Satu persatu Amelia memanggil datang ke ruanganya. Amelia melayani dengan ramah. Amelia melirik jam menunjukan pukul 12 siang, ini adalah jam isrirahat. Amelia menuju ke kantin. Ia ingin mengisi perutnya yang mulai keroncongan. Di hari pertama bertugas Amelia menikm