Pagi ini Amelia bersiap ke kampus, buku pelajaran di masukan tas cangklong warna coklatnya. Amelia mematut dirinya di cermin mengenakan hijab warna biru. Di padu padan jaket jeans juga warna biru serta celana hitam.
Merasa sudah siap, ia keluar kamar. Melangkah menuju kampus yang tak jauh dari kosnya. Amelia jalan sendirian sambil memegang buku diklat di tanganya. Ketika sudah sampai di kampus, masih sepi hanya ada beberapa siswa yang masuk. Amelia duduk di depan ruang perpustakaan ruang sebelum masuk ke ruangan kelasnya. Ia sembari menunggu Maryam sempatkan membaca buku diklat yang di pegang.
Baru beberapa lembar yang di baca ada dosen Ryan menghampirinha.
"Menunggu siapa Amelia?" Kata Amelia sengaja di tekankan. Sepertinya ia tak suka dirinya duduk di bangku panjang. Ia kemudian beranjak.
"Pak, saya ke kelas dulu..." Amelia berlalu dari hadapan Dosen Ryan dan tak ingin mendapat jawaban. Amelia mulai sebel dengan dosenya itu. Ia kemudian mengambil hp dan menghubungi Maryam. Bahwa dirinya sudah berada di kelas. Sambil menunggu dosen masuk Amelia baca- baca buku.
Siswa mulai berdatangan dan mereka menyapa Amelia yang datang duluan. Tak lama kemudian Dosen datang.
Dosen Ryan, mulai mengajar. Amelia serta para siswanya memperhatikan, tapi Ryan matanya kadang mencuri pandang ke arah Amelia. Setelah hampir mata kuliah berlansung, akhirnya selesai. Para siswa keluar berhamburan. Ada yang ke perpustakaan ada pula yang ke kantin.
Maryam mengajak Amelia ke kantin.
"Yuk, mel ke kantin. Aku yang traktir deh..." Ucap Maryam.
Tiba- tiba. Ryan menghampiri dan memanggi Amelia.
"Amel !" spontan Amelia menoleh ke sumber suara. Melihat wajah Dosen Ryan ia merasa eneg.
'Huuh, lagi- lagi dosen Ryan' Batin Amelia.
"Mau kemana?" Tanya dosen Ryan.
"Kami mau ke kantin..." kata Maryam sopan.
"Boleh, aku ikut...?" Tanya Ryan.
"Tentu boleh pak... hehehe..." kata Maryam. Ketika tak terlihat Ryan Amelia mencubit lengan temenya.
"Aooowwwhh..." pekik Maryam.
"Kenpa? Tanya Ryan.
"Nggak pak, tangan saya di gigit nyamuk."
Dosen Ryan mengedarkan pandangan, dan ia merasa tak ada nyamuk di sini. Mereka melanjutkan jalan menuju kantin.
Mereka bertiga kemudian menuju ke kantin. Sampai di kantin anak- anak bengong, tatkala Amelia dan Maryam sampai di kampus. Mereka saling berbisik. Ada apa Dosen Ryan tak biasanya main- main ke kantin. Clarisa yang melihat itu semakin geram dengan Amelia.
Clarisa beranjak dari kantin dengan mengepalkan tanganya. Menahan amarah yang memuncak.
'Awas kau Amelia' Batin Clarisa. Kemudian ia melangkah keluar, tak tahan melihat pujaan hatinya duduk bersama wanita lain.
Dosen Ryan memesan mie Ayam, juga Maryam tapi Amelia lebih suka bakso. Saat menunggu pesanan datang, Maryam mencoba berbagai pertanyaan. Maryam emang cerdas dan ia tak malu sekedar menanyakan pendapat ke pada dosenya. Amelia diam mendengarkan mereka berdua.
Amel pun berpikir, Maryam menyukai dosen di hadapanya ini. Tapi seandainya menyukainya pun dirinya bersyukur, karena Amelia ingin fokus kuliah.
Pesanan datang, tak lupa mereka berterima kasih pada Bu Yum. Bu Yum senang bisa melayani mereka. Bagi Bu Yum mereka tak hanya cantik juga sopan. Kuah bakso mengaliri tengorokan Amelia, ia gigit baksonya yang kenyal. Tapi matanya sesekali melirik Dosen Ryan. Mata mereka beradu pandang, Amelia kemudian fokus mengunyah baksonya.
Ada petugas kampus memanggil Amelia.
"Maaf di sini ada yang bernama Amelia?" Tanya petugas mengedarkan pendangan.
Amelia sontak menoleh ke arah petugas. Jantungnya berpacu kencang, kenapa dirinya tiba- tiba di panggil petugas?
Amelia mengancungkan tanganya dan berdiri.
"Saya pak...!" Petugas menghampiri Amelia.
"Nanti setelah makan di panggil dokter Mbak..." kata petugas itu.
"Baik pak " Ucap Amelia. Petugas itu berlalu dari hadapan mereka. Amelia kemudian menyelesaikan makanya. Setelah selesai makan, Amelia kemudian beranjak dari duduk dan pamit pada mereka berdua.
"Maryam, Pak Ryan aku ke ruangan Rektor dulu."
"Aku antar Amel !" Kata Ryan.
"Tidak usah pak, makasih" Amelia berlalu dari hadapan mereka berdua.
Ryan hanya bisa memandangi punggung Amelia dengan kecewa.
Maryam mengamati wajah Dosen di hadapanya. Wajahnya menguratkan rasa suka pada Amelia. Maryam menelan sendiri ludahnya. Tatkala rasa hangat hadir di dalam hati tapi orang yang di rasa malah menaruh rasa pada temanya. Ada nyeri yang hadir di sudut hati.
Amelia ketok pintu ketika sampai di ruangan Rektor. Suara orang paruh baya mempersilahkan Amelia masuk. Wajah Amelia tegang, ia merasa tidak melakukan kesalahan yang fatal tapi kenapa dirinya di panggil? Benak itu di pikiran Amelia. Pak Rektor duduk tenang di kursinya. Ia tersenyum tipis mahasiswanya tampak tegang.
"Ndak usah tegang nak." Ucap Pak Rektor tersenyum ramah.
Amelia jadi merasa tenang.
"Iya pak." Ucap Amelia ramah sambil tersenyum.
Pak Rektor membuka berkas di hadapanya.
"Kamu yang mendapatkan beasiswa?"
"Iya pak." Amelia menganguk.
Ada lima orang yang mendapatkan beasiswa pendidikan dari orang tidak mampu dan di pekerjakan di koperasi dan mendapat uang saku lima ratus ribu rupiah. Amelia salah satu.
" Mulai besok, sepulang kuliah kamu kerja di koperasi bersama lima temen lainya. Apakah kamu bersedia?"
"Iya, saya bersedia pak..." Ucap Amelia Yakin.
"Baiklah, selamat bekerja ya nak..." kata Rektor menyalami tangan Amelia.
"Saya permisi dulu pak." Ucap Amelia sambil mengangukan kepalanya.
"Silakan"
Amelia keluar dari ruangan Rektor. Ternyata sudah ada Maryam dan Dosen Ryan menunggu Amelia. Amelia menatap wajah mereka satu persatu. Heran kenapa mereka menunggunya.
"Maryam, Pak Ryan kenapa kalian di depan ruangan Pak Rektor? Pak Ryan kalau masuk silakan."
Maryam yang gemes liat Amelia yang polosnya tak ketulungan.
"Iya, saya sebentar lagi masuk" Ucap Ryan.
" Pak Ryan kami pulang dulu..." Ucap Maryam. Pak Ryan menganguk.
Maryam kemudian meraih tangan Amelia dan berlalu di hadapan Ryan.
"Eeh, tadi ada apa di panggil ke ruang Rektor?" Tanya Maryam.
" Mulai besok, aku dan lima orang lainya sepulang kuliah bekerja di koperasi. Lumayan dapat lima ratus ribu sebulan." Kata Amelia.
"Syukuri aja itu rejeki dari Allah"
"Iya, ini alhamdulilah banget buat tambah buat makan dan jajan."
"Amelia, aku mau main ke kos ya..."
"Boleh..." kata Amelia tersenyum.
Mereka berdua kemudian melangkah menuju kosan Amelia.
Amelia membuka pintu kamar kosnya. Amelia dan Maryam masuk ke dalam. Tak terlalu sederhana juga tak mewah. Di situ hanya lemari tempat pakaian Amelia, bed di pojokan, tivi , dispenser di sampingnya tivi. Maryam mengedarkan pandangan. Amelia kemudian membuka jendela supaya tidak pengap. Amelia mengambil gelas dan mengaliri gelas itu dengan air panas yang berisi teh di sertai gula.
"Silakan di minum Maryam..." kata Amelia. Amelia juga mengambil cemilan tak jauh dari tempatnya duduk.
"Ayo, di minum Maryam. Jangan di liatin aja!" Kata Amel tersenyum.
Maryam menyesap teh kemudian mengumpulkan kata untuk ngomong sesuatu kepada temanya ini.
Bersambung...
Maryam menyesap yang telah di sediakan oleh Amelia. Ia merangkai kata dalam pikiranya supaya Amelia tak tersinggung."Amel, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu..." Kata Maryam serius."Ada apa Maryam? Ngomong aja " Amelia menatap lurus temanya.Maryam menunduk sejenak. Lalu ia beranikan menatap Amelia."Eeehhmm, apa kamu menyukai Pak Dosen Ryan?"Amelia diam sebentar."Kenapa kau menanyakan itu? Apa kamu menyukai pak Ryan?" Amelia tanya balik.Maryam menunduk malu."Iya, tapi aku akan berusaha menghilangkan rasa ini dari hatiku seandainya kamu menyukai Pak Ryan." Kata Maryam.Amelia serba salah sendiri. Tak ingin membohongi hati dirinya, senang saat dosen Ryan memperhatikan dirinya Tapi di sisi lain, ia juga belum tau perasaan dosen Ryan kepadanya.Amelia menghela nafas pelan, ia buang secara perlahan. Ia malas membahas cowok
Clarisa rebahan di kamarnya, ia ingin menghubungi sahabatnya. Tapi di tahan, karena ini masih ada jam kuliah. Clarisa down kalau Rani sampai menjauhinya. Walau Clarisa ada temen lain, Tapi sama Rani ia merasa nyaman, karena sama- sama dari keluarga kaya. Tok..tok... "Masuk Bi..." Kata Clarisa. Bibi masuk membawakan susu coklat dan roti bakar selai kacang. "Makasih Bi.." "Sama- sama Non, susunya di minum." "Iya Bi..." Clarisa lalu bangkit dan menyesap susu coklat. Juga makan roti bakarnya. Setelah minum susu, ia merasa lebih baik perasaanya. Pandangan matanya tertuju pada buku di depanya. Ia mulai belajar. 'Mungkin aku dalam waktu sebulan harus belajar' batin Clarisa. Karena mulai besok Amelia harus menjalani hukumanya di skors. Mungkin akan di isi dengan belajar. Mamanya yang baru pulang dari arisan menghampiri kamar Clarisa. Pi
Sebulan kemudian. Clarisa telah menjalani hukuman skors sebulan dengan baik. Ia kini telah kembali ke kampus. Tapi teman- temanya menyadari Clarisa telah banyak berubah. Ia tak lagi ketus walau masih banyak diamnya. Perubahan itu banyak temanya yang suka. Ia juga tidak menganggu Amelia lagi.*****Amelia menjalani hari di kampus dengan tenang, Dosen Ryan masih terus mendekatinya. Amelia juga senang dengan perhatian Ryan."Amelia, nanti sepulang kuliah bisa pulang bareng?" Tanya Ryan menatap wajah cantik milik Amelia.Amelia tampak berpikir sejenak. Tapi akhirnya mengiyakan ajakan dosen Ryan.Tepat sepulang kuliah mereka ke taman dekat dengan kampus. Ryan memarkirkan mobilnya.Angin semilir menghembus kulit lembut Amelia. Rasa tenang menjalar di hati mereka berdua. Amelia duduk di bangku panjang, di susul Ryan.Amelia sesekali mencuri pandang menatap w
Ameliabersiap di hadapan cermin, ia mendandani wajahnya dengan make up sederhana. Merasa sudah oke dia keluar kamar. Sambil menenteng tas yang berisi alat- alat kesehatan. Amelia menyapa ibunya yang sedang menyiapkan sarapan." pagi Bu..." Sapa Amelia."Pagi Nak, sarapan dulu...""Iya... Bu..."Amelia kemudian menarik kursi dan duduk. Ia mengambil Roti di isi dengan omelet di kasih saus juga. Tak lama kemudian makanan di hadapanya berpindah ke dalam perutnya. Selesai sarapan Amelia sikat gigi. Kemudian ia mengeluarkan maticnya. Di jalankan mesin menuju puskesmas.Amelia sampai di puskesmas, orang sudah menunggu kedatanganya. Satu persatu Amelia memanggil datang ke ruanganya. Amelia melayani dengan ramah. Amelia melirik jam menunjukan pukul 12 siang, ini adalah jam isrirahat. Amelia menuju ke kantin. Ia ingin mengisi perutnya yang mulai keroncongan. Di hari pertama bertugas Amelia menikm
Amelia dan Ines bahagia bisa refresing di pantai. Melepas penat aktifitas sehari- hari. Mentari mulai bergeser menuju senja. Ingin Amelia menungu senja dan menatapnya lama. Tapi Ibunya tadi pesan tak boleh pulang terlalu sore masih tergiang di kepalanya.Amelia menunduk bayangan Ryan melintas di kepalanya. Memori bersama Ryan ketika melewati senja saat bersama di puncak. Ia menghembuskan nafas kasar."Ada yang di pikirkan Mbak?" Tanya Ines melihat kakaknya melamun."Hanya masa lalu..." jawab Amelia."Yuk ahh, udah sore kita pulang nanti Ibu negara marah!" Ines tertawa mendengar kakaknya menyebut Ibunya dengan Sebutan Ibu negara.Amelia mengambil maticnya kemudian menjalankanya menuju rumah.Sampai di rumah, ada tamu di teras. Mereka membahas urusan sawah. Sawah Ayahnya sebentar lagi akan panen. Ada juragan yang ingin membeli hasil padi Ayah. Amelia dan Ines mela
Ryan sampai di Bandara setelah penerbangan hampir memakan waktu satu jam. Ia lega sampai di Bandara. Bayangan wajah Amelia kembali menyapa dirinya. Ryan mempercepat langkahnya, menghentikan taksi yang kebetulan lewat di depanya.Ryan menginjakan kakinya di rumah. Ibunya kaget saat tau Ryan pulang."Kenapa kamu pulang? Apa sudah selesai urusan di Singapore? Tanya Lina tak senang anaknya pulang."Ma, aku kan anak Mama! Masa pulang ke rumah sendiri nggak boleh!?""Bukan gitu sayang, kan kamu bisa di jemput pak slamet dulu...""Udahlah Ma, aku kekamar dulu mau istirahat!" Ryan melenggang masuk kamar. Ryan tau mamanya hanya basa basi padanya. Ryan merasa mamanya lebih sayang kepada Kakaknya.Ryan masuk ke kamarnya dan mengunci pintu dari dalam. Ia mandi dan ganti baju segera keluar lagi. Mengambil kunci dan menjalankan mobilnya tanpa pamit pada Mamanya.Ryan menuju k
Amelia terharu mendengar keseriusan Ryan. Ia mengengam tangan Ryan dan mencari kebenaran dari ucapan Ryan. Ryan menganguk menyakinkan gadis di hadapanya. Ryan menemui orang tua Amelia. Mereka setuju lamaran Ryan. Ia juga meminta ijin pada orang tua Amelia, untuk menemui orang tuanya."Bapak, ibu... saya memohon ijin membawa Amelia menemui orang tuaku . Aku mohon restunya. Pak, Ibu..." Ryan menatap orang tua Amelia bergantian. Mereka pun merestuinya sambil tersenyum.Ryan segera naik mobil di susul Amelia. Mereka duduk di jok tengah, sedang Bobby yang menyetir. Ryan mengengam jemari Amelia erat. Amelia tersenyum dengan sikap lembut calon suaminya. Bunga di hati bermekaran. Rasanya tak ingin layu sebelum berkembang.Mereka melajukan mobilnya menuju rumah Ryan. Alangkah kagetnya Ryan saat sampai di rumah ada Tania dan orang tuanya. Ryan mengengam erat tangan Amelia.'Jadi selama ini Mama ingin men
Ryan menatap kedua orang tua Amelia penuh harap. Ia ingin segera menikahi Amelia. Ayah meninggalkan mereka berdua. Ia Tampak berpikir dengan keputusan Ryan, ingin menikahi Amelia tanpa restu orang tua.'Apa aku harus ke rumah Orang tua Ryan?' Batin Heru.Ayah kembali menghampiri Ryan dan Amelia di ruang tamu. Ayah duduk di hadapan Ryan."Ryan..." panggil Ayah."Ya Ayah..." Jawab Ryan."Apa kalian ingin segera menikah?""Ya Ayah, Ku mohon restui kami !""Kami merestui kalian nak, tapi bagaimana dengan kedua orang tuamu?aku sedih anaku nanti tidak terima di keluargamu." Kata Ayah sedih.Ryan menghela nafas panjang, ia tampak berpikir sejenak. Benar apa yang di katakan calon mertuanya."Aku harus bagaimana pa? Aku sangat mencintai Amelia, aku tak ingin berpisah denganya !." "Bujuk sekali lagi Ibumu, agar merestui kalian!"&n