Home / Romansa / Terjerat Cinta Dosen / Bab 4. Di terima.

Share

Bab 4. Di terima.

Author: Arizumi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

   Ujian selesai para peserta menghambur keluar, tak terkecuali Mita dan Amelia. Para peserta menunggu dengan was- was, karena hasil ujian akan di laksanakan hari ini. 

   Amelia dan Mita duduk di depan kelas juga para peserta lainya. Amelia matanya tak lepas dari dzikir digital yang ia lafalkan di dalam hati,  Sedang Mita chatan dengan pacarnya. 

"Kau chat an ama siapa Mit? Kayaknya seneng banget?" 

"Ama pacarlah, emang kamu jomblo!" 

"Jangan keras- keras dong, nanti ada yang denger, aku kan malu !" Ucap Amelia menutup mulut sahabatnya yang terlanjur ember. 

"Iya maaf, hehehe..." 

"Kamu nggak dzikir sih, kita udah berusaha harusnya berdoa dong." 

"Aku sebenarnya hanya cari pengalaman aja, kalau keterima ya Alhamdulilah kalau nggak juga nggak apa- apa." Ucap Mita Enteng. 

Amelia memukul lengan sahabatnya. "Terserah kau saja lah, kau kan anak orang kaya..." 

"Heemm..." Ucap Amelia berdehem  mengiyakan ucapan sahabatnya. 

Waktu yang di tunggu tiba. Akhirnya pengawas menempelkan lembaran kertas yang berisi nama peserta yang di terima. Mereka berdesakan, Amelia dan Mita memilih mundur. Menunggu peserta lainya mundur. Setelah agak longgar baru Amelia maju melihat apakah dirinya termasuk dari dari penerima beasiswa itu apa tidak. 

Amelia terpekik senang, saat dirinya masuk dan lolos dari beasiswa ini. Air mata lolos dari pelupuk matanya. Ia bahagia. Amelia pun sujud syukur, ia tak pedulikan orang melihat padanya. Ia hanya sangat bahagia, tak bisa ia lukiskan dengan kata- kata. 

"Selamat ya Amel" Ucap Mita memeluk sahabatnya. 

"Makasih..." Ucap Amelia menangis tersedu- sedu. Segera ia lepaskan pelukan sahabatnya. Ia tanya pada Mita. Mita tak sebahagia dirinya. 

"Kau di terima?" Tanya Amelia penasaran. Mita mengeleng, tapi ia tersenyum tak ada  kesedihan di matanya. 

"Kau tak bersedih? Tanya Amelia penasaran. 

"Nggak, kan tadi aku bilang aku hanya mencari pengalaman. Dan kali ini aku harus menurut dengan perkataan Ayahku untuk kuliah di Malaysia."  Amelia tak menjawab omongan sahabatnya, tapi ia akan sedih di tinggalkan sahabatnya jauh di negeri seberang. Hanya Mita Sahabatnya yang bisa menerima dirinya, walau Mita dari golongan orang kaya, tapi Mita tak malu berteman dengan dirinya yang miskin. 

"Kenapa kau diam Amel?" Tanya Mita. Walau Mita sahabatnya menunduk sedih. Karena tak mau kehilangan dirinya. Amelia menghapus air matanya. Ia langsung memeluk sahabatnya. 

"Aku pasti akan kangen padamu..." Ucap Amelia sendu. 

"Aku juga akan pasti kangen padamu, jangan lupakan aku ya, sahabatmu yang cerewet ini !" 

"Aku tidak bisa melupakan sahabat sebaik kamu Mita Anastasia !" 

Mita pun tersenyum mendengar ucapan Amelia. 

"Yuuk aah, makan aku laper nih. Karena kamu yang lolos. Kamu yang traktir ya..." 

"Oke sip..." Ucap Amelia mengandeng sahabatnya keluar dari ruang Aula kelas itu. Mereka kemudian menuju warung Bakso yang terletak di depan kampus. Amelia memesan Bakso pada pelayan yang datang menghampirinya. Mereka ngobrol ringan sebelum pesenan bakso datang. Mata Amelia menangkap sosok yang menatap saat ujian. 

"Deg..." 

Mata Amelia membulat sempurna Ryan berada tak jauh dari meja duduk. Ryan pun memandangi terus wajah Amelia. Tapi Amelia tak ingin menatapnya lama, ia ingin konsen candaan Mita yang berada di depanya. 

Pesanan Amelia datang, pelayan membawakan dua mangkok bakso urat di sertai kuah gajih yang mengiurkan. Cacing di Perut Amelia kegirangan melihat bakso ada di hadapanya. 

Amelia segera menyantapnya. Ryan masih terus memperhatikanya. Tapi Amelia tak menanggapinya. Ia fokus makan dan bercanda dengan Mita. Selesai makan bakso, Amelia segera membayar, ia janji bahwa dirinya yang mentraktir. Amelia dan Mita bergegas ke Kosan. Ia merebahkan dirinya di Bed. 

Kenapa dia menatapku terus? Apa dia dia suka padaku? Nggak aah jangan gr dulu' batin Amelia. 

Mita menimpuk wajah Amelia dengan bantal. 

"Lamunin siapa sih senyum- senyum sendiri?" 

Amelia beranjak dan duduk bersandar. 

"Oh ya Mit, tadi saat kita makan bakso kamu liat pengwas yang makan tak jauh dari tempat kita duduk? 

"Iya... pak Ryan ama pak Doni." 

"Ko kamu tau namanya sih?" 

"Ya taulah, kan mereka pake tanda pengenal. Kamu iish !" 

"Kenapa emang? Kamu naksir pak Ryan ya?" 

"Eehmmm... belum sih... Tapi pak Ryan liatin aku terus, kan aku jadi gr. 

"Uhhukk..." Mita meledek sahabatnya.

"Moga Pak Ryan emang jatuh cinta pada sahabatku ini, biar tidak jomblo lagi.Amiin." Mita mengadahkan tanganya ke atas memohon ijabah doanya. 

"Udah aah, aku mau packing nih. Aku mau pulang ke orang tuaku. Sebenarnya aku sedih ninggalin nenek ama kakek, tapi aku harus kuliah untuk masa depanku." Mita menghembus nafas pelan. 

Mita dan Amelia bersahabat saat masih kecil. Orang tua Mita pengusaha suskes di jakarta. Ketika masih kecil Mita main di rumah neneknya dia bertemu dengan Amelia sejak saat itu mereka akrab sampai saat ini. Orang tuanya mengijinkan tapi saat lulus sma Mita harius menuruti kemauan orang tuanya kuliah di Luar negeri. 

Selesai Packing Mita ke Bandara di anter Amelia. Mereka menunggu di lobby sebelum Amelia chek in. 

Panggilan untuk segera naik ke pesawat mengema di seluruh ruangan Bandara. Mita segera bangkit dari duduknya. 

"Amel, aku pamit ya. Jangan lupain aku, tatkala kamu banyak teman." 

"Iya... kamu hati- hati. Jangan lupain aku juga." 

"Heem, Mita kemudian memeluk Amelia, dan Amelia membalasnya. Mita kemudian melepas pelukan Amelia. Ia melambaikan tangan pada sahabatnya. Tak terasa air mata menganak sungai di pelupuk mata Amelia. Akhirnya Mita lenyap dari pandangan Amelia. 

  Amelia berbalik badan dan menyetop taksi yang lewat di hadapanya dan Menuju ke kosanya. Membuka kamar, bayangan akan sahabatnya melintas di memorinya. Segera ia hapus dari pikiranya takut dirinya akan sangat merindukan sahabatnya. 

Ia segera pesen tiket bis, hari ini dia pulang untuk memberitahukan orang tuanya dirinya di terima dan mendapatkan beasiswa. Tiket sudah di tangan. Ia menunggu di halte. Tak lama kemudian bis datang. Amelia duduk di depan sesuai nomernya. Bis melaju menuju ke kampung halaman Amelia. Amelia pun turun tak lupa mengucapkan terima kasih pad kenet dan sopir.  Mata Amelia berbinar mata bahagia. Tak sabar ingin menyampaikan berita bahagia ini pada orang tuanya. 

Akhirnya Amelia sampai di rumah, ia mengucap salam.

"Assalamualaikum.." Amelia masuk ke dalam, karena emang pintu terbuka. 

Mendengar suara dari luar Ningsih keluar. Ia terharu melihat putrinya pulang. 

Amelia mencium punggung tangan ibunya. 

"Gimana hasilnya nak? Kamu lulus?" 

Amelia tak bisa menjawab, ia langsung memeluk ibunya dan menangis di pelukanya. 

"Ko nangis!, kalau nggak di terima juga nggak apa- apa. Itu bukan rejeki kamu yang sabar ya, tahun depan mulai lagi." Ucap Ningsih sambil memberi nasehat. 

"Aku lulus Bu..." 

Bersambung...

Related chapters

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab.5. Mulai kuliah.

    Ningsih sangat senang anaknya bisa lolos, itu artinya anaknya akan mendapatkan masa depan cerah. Amelia juga sangat bersyukur ini adalah Anugerah yang indah. Saking senangnya orang tua Amelia mengadakan syukuran kecil- kecilan. Sebenarnya Amelia tak ingin mengadakan itu, tapi mereka bersihkeras untuk melakukanya. Tak lama kemudian Amelia packing baju, setelah siap Amelia berpamitan pada orang tuanya. Amelia harus kembali ke kosan, Setelah perjalanan hampir memakan waktu empat jam, akhirnya Amelia sampai di Kosan. Ia menaruh baju di lemari juga perlengkapan dirinya yang lain. Amelia kemudian merebahkan di bed. Tapi mengingat dirinya belum sholat isya, ia pun beranjak dan wudhu dan menunaikan Sholat Isya. Kantuk menghinggapi mata Amelia, ia kemudian memeluk guling dan tak lama kemudian menjemput mimpi. Adzan subuh mengudara, Amelia terbangun. Ia membuka matanya, walau kantuk ma

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab.6. Ryan Penasaran.

    Ryan mengamati gadis di depanya, kenapa begitu mirip dengan mendiang adiknya. Adiknya Ryan meninggal karena sakit komplikasi. Ryan menghela nafas pelan. Apakah di depannya kembaran adiknya?"Pak, ada apa aku di panggil kemari?" Tanya Amelia penasaran.Ryan tak bergeming, tapi ia masih menatap wajah Amelia. Tapi Akhirnya ia buka suara."Asalmu dari mana?""Saya dari kota P, jawa tengah pak..." Ucap Amelia sopan."Siapa nama orang tuamu?""Ayah saya bernama Papa Heri dan ibu saya Mama Ning.""Huuuh... nama orang tuamu kampungan sekali !""Saya emang dari kampung pak..." ucap Amelia spontan."Ya... maaf..."Akhirnya Ryan meminta maaf, sudah menghina Amelia." Kamu tak penasaran dipanggil kemari?""Iya pak, saya penasaran."Amelia menganguk. Ia ingin tau dirinya di panggil."Wajahmu

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab.7. Mulai sebel.

    Pagi ini Amelia bersiap ke kampus, buku pelajaran di masukan tas cangklong warna coklatnya. Amelia mematut dirinya di cermin mengenakan hijab warna biru. Di padu padan jaket jeans juga warna biru serta celana hitam.Merasa sudah siap, ia keluar kamar. Melangkah menuju kampus yang tak jauh dari kosnya. Amelia jalan sendirian sambil memegang buku diklat di tanganya. Ketika sudah sampai di kampus, masih sepi hanya ada beberapa siswa yang masuk. Amelia duduk di depan ruang perpustakaan ruang sebelum masuk ke ruangan kelasnya. Ia sembari menunggu Maryam sempatkan membaca buku diklat yang di pegang.Baru beberapa lembar yang di baca ada dosen Ryan menghampirinha."Menunggu siapa Amelia?" Kata Amelia sengaja di tekankan. Sepertinya ia tak suka dirinya duduk di bangku panjang. Ia kemudian beranjak."Pak, saya ke kelas dulu..." Amelia berlalu dari hadapan Dosen Ryan dan tak ingin mendapat jawaban. Amelia mul

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab.8. Menanyakan.

    Maryam menyesap yang telah di sediakan oleh Amelia. Ia merangkai kata dalam pikiranya supaya Amelia tak tersinggung."Amel, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu..." Kata Maryam serius."Ada apa Maryam? Ngomong aja " Amelia menatap lurus temanya.Maryam menunduk sejenak. Lalu ia beranikan menatap Amelia."Eeehhmm, apa kamu menyukai Pak Dosen Ryan?"Amelia diam sebentar."Kenapa kau menanyakan itu? Apa kamu menyukai pak Ryan?" Amelia tanya balik.Maryam menunduk malu."Iya, tapi aku akan berusaha menghilangkan rasa ini dari hatiku seandainya kamu menyukai Pak Ryan." Kata Maryam.Amelia serba salah sendiri. Tak ingin membohongi hati dirinya, senang saat dosen Ryan memperhatikan dirinya Tapi di sisi lain, ia juga belum tau perasaan dosen Ryan kepadanya.Amelia menghela nafas pelan, ia buang secara perlahan. Ia malas membahas cowok

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab. 9. Clarisa di skors.

    Clarisa rebahan di kamarnya, ia ingin menghubungi sahabatnya. Tapi di tahan, karena ini masih ada jam kuliah. Clarisa down kalau Rani sampai menjauhinya. Walau Clarisa ada temen lain, Tapi sama Rani ia merasa nyaman, karena sama- sama dari keluarga kaya. Tok..tok... "Masuk Bi..." Kata Clarisa. Bibi masuk membawakan susu coklat dan roti bakar selai kacang. "Makasih Bi.." "Sama- sama Non, susunya di minum." "Iya Bi..." Clarisa lalu bangkit dan menyesap susu coklat. Juga makan roti bakarnya. Setelah minum susu, ia merasa lebih baik perasaanya. Pandangan matanya tertuju pada buku di depanya. Ia mulai belajar. 'Mungkin aku dalam waktu sebulan harus belajar' batin Clarisa. Karena mulai besok Amelia harus menjalani hukumanya di skors. Mungkin akan di isi dengan belajar. Mamanya yang baru pulang dari arisan menghampiri kamar Clarisa. Pi

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab 10. Perasaan Ryan.

    Sebulan kemudian. Clarisa telah menjalani hukuman skors sebulan dengan baik. Ia kini telah kembali ke kampus. Tapi teman- temanya menyadari Clarisa telah banyak berubah. Ia tak lagi ketus walau masih banyak diamnya. Perubahan itu banyak temanya yang suka. Ia juga tidak menganggu Amelia lagi.*****Amelia menjalani hari di kampus dengan tenang, Dosen Ryan masih terus mendekatinya. Amelia juga senang dengan perhatian Ryan."Amelia, nanti sepulang kuliah bisa pulang bareng?" Tanya Ryan menatap wajah cantik milik Amelia.Amelia tampak berpikir sejenak. Tapi akhirnya mengiyakan ajakan dosen Ryan.Tepat sepulang kuliah mereka ke taman dekat dengan kampus. Ryan memarkirkan mobilnya.Angin semilir menghembus kulit lembut Amelia. Rasa tenang menjalar di hati mereka berdua. Amelia duduk di bangku panjang, di susul Ryan.Amelia sesekali mencuri pandang menatap w

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab 11. Puskesmas.

    Ameliabersiap di hadapan cermin, ia mendandani wajahnya dengan make up sederhana. Merasa sudah oke dia keluar kamar. Sambil menenteng tas yang berisi alat- alat kesehatan. Amelia menyapa ibunya yang sedang menyiapkan sarapan." pagi Bu..." Sapa Amelia."Pagi Nak, sarapan dulu...""Iya... Bu..."Amelia kemudian menarik kursi dan duduk. Ia mengambil Roti di isi dengan omelet di kasih saus juga. Tak lama kemudian makanan di hadapanya berpindah ke dalam perutnya. Selesai sarapan Amelia sikat gigi. Kemudian ia mengeluarkan maticnya. Di jalankan mesin menuju puskesmas.Amelia sampai di puskesmas, orang sudah menunggu kedatanganya. Satu persatu Amelia memanggil datang ke ruanganya. Amelia melayani dengan ramah. Amelia melirik jam menunjukan pukul 12 siang, ini adalah jam isrirahat. Amelia menuju ke kantin. Ia ingin mengisi perutnya yang mulai keroncongan. Di hari pertama bertugas Amelia menikm

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab 12. Lelaki paruh baya.

    Amelia dan Ines bahagia bisa refresing di pantai. Melepas penat aktifitas sehari- hari. Mentari mulai bergeser menuju senja. Ingin Amelia menungu senja dan menatapnya lama. Tapi Ibunya tadi pesan tak boleh pulang terlalu sore masih tergiang di kepalanya.Amelia menunduk bayangan Ryan melintas di kepalanya. Memori bersama Ryan ketika melewati senja saat bersama di puncak. Ia menghembuskan nafas kasar."Ada yang di pikirkan Mbak?" Tanya Ines melihat kakaknya melamun."Hanya masa lalu..." jawab Amelia."Yuk ahh, udah sore kita pulang nanti Ibu negara marah!" Ines tertawa mendengar kakaknya menyebut Ibunya dengan Sebutan Ibu negara.Amelia mengambil maticnya kemudian menjalankanya menuju rumah.Sampai di rumah, ada tamu di teras. Mereka membahas urusan sawah. Sawah Ayahnya sebentar lagi akan panen. Ada juragan yang ingin membeli hasil padi Ayah. Amelia dan Ines mela

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab. 68. Pernikahan Tania.

    Tania dan Arnold pulang dari kantor. Perasaan lega menyelimuti hati. Sejatinya tak ada manusia yang sempurna yang ada hanya saling memaafkan. Minggu depan Tania dan Arnold menikah. Kebetulan Ayah Arnold adalah temen bisnis Ryan di Singapore. Ini sekaligus sebagai silaturahmi bisnis. Ryan pulang ke rumah, di depan pintu bau masakan menguar menusuk hidung. Ryan Membuka pintu, karena pintu juga tidak di kunci. Terlihat Amelia sedang sibuk di dapur. Bau masakan semakin mengaduk perut yang keroncongan. "Masak apa sayang," tanya Ryan memeluk pinggang istrinya. Amelia kaget, suaminya sudah memeluk erat pingangnya. "Masak yang gampang aja, Cumi saos tiram sama capcay bakso kesukaan Mas Ryan," "Sayang, ada kabar baik." ucap Ryan mengecup pipi istrinya. "Apa tuh?" tanya Amelia semangat. "Tania dan Arnold mau menikah." Amelia kaget sekaligus senang. Sikap tegas Ryan

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab. 67. Permintaan maaf.

    Arnold dan Tania, membicarakan rencana pernikahan. Tiba-tiba ia teringat perbuatanya pada Ryan. Ia ingin meminta maaf. "Tania, sebelum kita menikah aku ingin minta maaf sama Ryan," ucap Arnold sembari memegang jemari Tania. Tania terdiam sesaat, ia teringat kejadian itu atas perintah dirinya. Yang harus meminta maaf adalah dirinya. "Aku yang harus minta maaf sama Ryan, itu kan karena atas perintah ku," Kata Tania menatap kosong di depanya. Tania kini menyadari kesalahanya. Membiarkan dendam menguasai hatinya. Arnold seneng mendengar ucapan Tania. Itu artinya Tania ingin berubah menjadi lebih baik. Tak ingin menaruh dendam berlarut pada Ryan. Karena sejati hukum tabur tuai berlaku di dunia ini. Tania memperoleh hukumanya, di campakan oleh Ryan. Ia Lebih Memilih istrinya. Ingin menghancurkan hidup Ryan, tapi dirinya yang hancur. Untung cinta Arnold menyelamatkan dirinya, hi

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab. 66. Tania dilamar.

    Arnold menyodorkan cincin di hadapan Tania. Netra Tania menatap lurus cincin berlian di hadapanya. "Menikahlah denganku Tania, aku tak bisa berjanji bahwa aku akan selalu membahagiakan mu tapi aku ingin bersama sampai menutup mata." Tania mengejap matanya berulang kali, ia tak menyangkaa akan di cintai seperti ini. 'Apa ucapan kakak harus aku turuti?' Batin Tania. Arnold masih menatap penuh harap agar menerima dirinya. "Tania ...." panggil Arnold parau. "I-ya," jawab Tania sambil terbata- bata. "Apa kau menolakku?" tanya Arnold sedih. Ia berpikir sejenak. Lalu dengan memejamkan matanya ia menjawab lamaran Arnold. "Iya Arnold, aku mau menikah denganmu" walau hati ragu. Tapi ia ingin menghilangkan bayangan tentang Ryan di kepalanya. Hati Arnold sangat bahagia mendengar ucapan Tania. Arnold membuka kotak berisi cincin berlian. Menyematkan di jemari Tania. Cincin

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab.65

    Selama hampir sebulan Arnold mendekati Tania. Melakukan apa saja demi mendapatkan cinta Tania. Menyuruh Tania melupakan dendam pada Ryan. Mencoba berdamai dengan kehidupan. Bahwa semua terjadi adalah kuasaNya. Tapi Tania masih terdiam semua perkataan Arnold. Ia sangat sabar menghadapi Tania. Juga berdoa semoga Tania segera sadar. Arnold memakai jas Navy. Menyemprotkan aroma maskulin di tubuhnya. Jack sudah menunggu di belakang kemudi. Ia masuk mobil sudah tak sabar menemui Tania. Gugup menguasai hati Arnold. Jack melajukan mobilnya ke Apartemen Tania. Arnold membuka cincin berlian mata satu yang berkilau Indah. 'Ya Tuhan, semoga Tania menerimaku' batin Arnold. Tania baru bangun tidur saat mentari sudah naik. Ia mengeliat. Membuka selimutanya. Ada perasaan bahagia menyelinap ke dalam kalbu. Ia tak tau kenapa. Lebih baik mandi. Air pagi menyegarkan tubuh Tania. Rambut basah Tania telah di bungkus dengan handuk. Tania

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab. 64.

    Amelia melanjutkan makannya. Ucapan mertuanya yang menohok membuat selera makanya terhenti. 'Kapan Mama akan menerimaku?' Batin Amelia sambil menunduk. Ryan mengerti istrinya sedih. "Mas, ayo kita periksa ke dokter," rajuk Amelia dengan tatapan memohon. "Iya ... sayang, besok kita periksa. Kebetulan tak ada jadwal penting di kantor," Mata Amelia menyiratkan bahagia. Keinginan memiliki zuriat begitu besar baginya. Bukan sekedar menghindari ocehan mertuanya. Tapi ada kebahagiaan tersendiri di saat bayi mungil tumbuh besar di rahimnya. Melahirkan dan membesarkan dengan penuh cinta kasih. Untungnya suaminya sangat pengertian. Tak menuntutnya memiliki keturunan segera. Tapi anak adalah rejeki dan harus berusaha meraihnya. Juga doa yang tak pernah putus. Amelia mengeliat dalam pelukan suaminya. Hangat mengaliri darah Amelia. Ia mengejap dan mengedarkan pandanganya. Masih gelap jam berapa ini?

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab. 63.

    Kembali ke Amelia. Amelia mengejap matanya berulangkali. Ia melihat jam di beker di nakas. Jam 3 sore. Ia bangkit dan melangkah ke kamar mandi tak jauh dari kamarnya. Ritual mandi dilakukan dengan cepat. Selesai mandi segera ke dapur. Memasak untuk nanti makan nanti malam. Aroma masakan menyeruak menyebar di seluruh ruangan rumah ini. Jam lima sore Ryan pulang. Pintu rumah tak di kunci. Ia langsung masuk saja. "Ceklek" "Assalamualaikum," "Walaikum salam Mas Ryan," Senyum mengembang dari kedua sudut mulut Amelia. Ia menyambut suaminya dan mencium tanganya. "Masak apa sayang?" Tanya Ryan sembari mencium kening istrinya. "Masak kesukaan Mas Ryan," ucap Amelia sembari menaruh Ayam goreng di meja. "Mas mandi dulu, nanti kita malam bareng," "Iya sayang," Ryan melangkah ke kamar. Mandi juga berganti pakaian. Ryan terlihat segar. Waj

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab. 62

    "Kenapa diam Tania?" "Kamu masih memikirkan Ryan? Laki- laki pengecut seperti itu masih kau pikirin! Kurang kerjaan aja !" Arga selalu marah apabila Tania memikirkan Ryan. "Aku nggak mikirin Ryan kak, tapi memikirkan bagaimana membalas sakit hatiku!" ucap Tania sambil mengepalkan tangan menahan marah di dada. "Hemm ... sampai kapan kau memelihara dendam di hati? Bikin sakit aja!" "Udahlah ... tak ingin dengar alasanmu, kak Arga pingin kamu melupakan Ryan dan menerima Arnold. Itu demi kebaikanmu!" Arga berlalu dari hadapan Tania. Memberi ultimatum telak. Menbuat Tania tak berkutik. Apakah aku harus menerima Arnold? Tania melangkah gontai ke kamar. Ia menjatuhkan dirinya di Bed. Menarik selimut sampai ke leher. Memejamkan mata berharap pelangi datang lewat mimpinya. Tania mengejap matanya tatkala sinar mentari menerobos lewat celah kecil dari jendelanya. Dan m

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab. 61

    Arnold masih berada di Hotel mewah. terpekur sendiri. Memikirkan Tania. Mencoba menghubungi gawainya tapi tak aktif. Kangen di dada serasa akan meledak. Akhirnya ia menemui kembali Tania. Bukankah cinta harus di perjuangkan? Pikir Arnold. Di depan Apartemen kakaknya. Ia memencet bel. Ting tong. Arnold berniat ingin melamar Tania secara baik- baik. Tania bangkit dan membuka pintu. Alangkah terkejutnya ia saat tau Arnold ada di depanya. "Arnold ...." gumam Tania lirih. "Iya ini aku, sambil memegangi daun pintu. Tania menatap manik mata milik Arnold. Ada cinta yang dalam di matanya. "Ada apa, kenapa menatapku seperti itu?" Arnold tersenyum semanis mungkin di hadapan belahan jiwanya. "Tania ... aku ingin melamarmu," Jantung Tania serasa ingin melompat keluar juga deg- deg an. Senang mendapat perhatian dari lak

  • Terjerat Cinta Dosen   Bab. 60.

    Ryan menyuruh Mamanya duduk di sofa, ia kembali berkutat dengan pekerjaanya. Agar tak mengganggu konsentrasinya. Akhirnya Mama Lina mau menuruti anaknya duduk di sofa. Tapi mulutnya tak bisa berhenti ngomel. "Kamu tuh keterlaluan banget ya, udah lupa sama Mamamu ini hah?! Beberapa Bulan tak ada kabar!" "Tapi Ryan selalu komunikasi sama kakak Ma?" "Kalau kakakmu aja di hubungi masa sama Mama nggak?" Lina semakin emosi. Anak bungsunya ini bikin gemes. Ryan kembali menekuri pekerjaanya. Tanpa melirik Mamanya. Tapi Mamanya masih aja nyerocos. "Kamu tuh belum tau rasanya jadi orang Tua sih!" Deg Hati Ryan tercubit. Ada Nyeri menyapa. Mencoba sabar omelan Mamanya. 'Ya Tuhan, sabarkanlah hamba menghadapi Mama' "Oh ya Si Amel udah hamil belum?" "Belum, kenapa Ma?&n

DMCA.com Protection Status