Share

Part 02 | Suddenly Kiss

"Apa kau bilang?!" pekik Ara.

Jayden tak langsung menjawab melainkan memutar tubuh Ara dan memerhatikan wajah wanita itu lalu membuka kacamata berbingkai tebal miliknya.

"Hei, apa yang kau lakukan?!" sentak Ara mengambil kacamatanya dari Jayden lalu mengenakannya kembali.

"Baiklah kau hanya tinggal dirias dan mengenakan pakaian yang sesuai dengan bentuk tubuhmu. Aku yakin semua orang tak akan mengalihkan pandangannya darimu."

"Apa yang kau bicarakan? siapa yang mengatakan aku bersedia?!" tanya Ara.

"Aku tak butuh persetujuanmu, Nona pemarah. Anggaplah kau menggantikan kontrak Kim. Jika kau tak melakukannya kau sebagai wali satu-satunya harus membayar penaltinya," ancam Jayden.

"Apa, kenapa harus aku?" tuntut Ara mengejar Jayden, "yang menandatangani kontrak adalah Kim. Jelas tak ada urusannya denganku!"

"Di dalam klausa sebelas poin lima di kontrak yang ditandatangani Kim berisi; Jika dia melakukan pelanggaran kontrak seperti melarikan diri atau menghilang dari pekerjaan, maka wali yang bersangkutan harus bertanggung jawab," tutur Jayden terdengar mengarang bebas di telinga Ara.

"Kau mengarang!" tukas Ara masih tak terima. "Aku tak percaya dan tak akan menanggungnya. Aku tak tahu apa pun perihal kontrak tersebut-"

"Itu benar," sela Nick sambil menoleh pada Ara yang menatapnya tajam. Dia hanya berusaha membantu Jayden juga dirinya sendiri agar malam ini tetap bisa melakukan pemotretan. "Aku membaca kontraknya. Selain itu Kim juga membawa mobilku, jadi jika dia tak datang malam ini. Aku akan melaporkan pencurian mobil juga kelalaian kerja yang membuatmu dua kali menanggung biaya."

Ara melongo menatap tak percaya dua pria yang tiba-tiba menyerangnya dengan berbagai tuntutan ganti rugi, mendesaknya karena menjadi satu-satunya wali Kim.

"Jadi kalian menyudutkanku untuk kepentingan kalian?"

"Tidak, tapi pilihan ada padamu, Nona."

Ara tampak berpikir sejenak sambil terduduk lemas di sofa. Kedatangannya ke sana adalah untuk memarahi Kim dan mengancam adik tirinya untuk melanjutkan study dengan benar. Namun, apa yang didapatnya kini malah dirinya yang terkena dampak masalah dan terdesak pada dua pria licik di hadapannya.

"Ayolah, Arabelle hanya untuk malam ini. Setelah Kim ditemukan kau bisa terlepas dari tanggung jawab ini." Jayden kembali membujuk sambil memainkan matanya pada Nick agar turut membantunya.

"Ya, Nona. Bayarannya cukup sepadan. Kau bukan hanya terbebas dari tuntutan agency Jayden, tetapi kau juga bisa membayar jaminan untuk mobilku yang dibawa lari adikmu," ujar Nick sedikit mengancam.

Membuat Ara semakin pusing hingga akhirnya memutuskan. "Fine! Tapi, aku punya syarat."

o0o

"Tiga, dua, satu!"

"Tiga, dua, satu!" Seru suara seorang photographer yang menjepret objek fotonya diiringi suara kamera juga lampu sorot menerangi dua makhluk di depannya.

Sepasang model tengah bergaya sesuai arahan penata gaya juga photographer yang sibuk mengambil gambar ke kiri dan kanan. Jepretan demi jepretan terus mengarah pada sosok yang sangat menarik perhatian mereka. Berbagai pose dan pergantian baju juga kerapian make up sudah dilakukan sebanyak tiga kali.

Arabelle Lynn Stewart akhirnya menerima tawaran Jayden untuk menggantikan Kim menjadi model pengganti Jayden dengan segala desakan berikut tuntutan yang dijabarkan pria itu siang tadi di apartemen.

Dia tak habis pikir bisa kalah beradu mulut dengan dua pria itu. Alhasil saat ini dirinya tak fokus dan malah kembali mengingat semua ucapan Jayden juga Nick karena sangat menakutinya dengan sejumlah perhitungan ganti rugi dan tuduhan pencurian mobil Nick.

"Ya, benar begitu, Leon! Rangkul tanganmu pada pinggangnya," ujar penata gaya bergaya kemayu.

"Hei, model baru lebih dekat lagi busungkan dadamu," perintahnya pada Ara. "Ya, bagus. Kamera sorot matanya," ujarnya lagi menoleh pada sang photographer.

Tubuh semampainya bersolek dengan tatapan tajam yang membuat banyak pasang mata terkagum melihatnya. Arabelle menggunakan wig pirang dan kontak lens biru serta pakaian kekurangan bahan melekat tipis di tubuhnya sehingga menonjolkan bentuk tubuh ramping ideal yang biasa tertutupi dengan kaos atau kemeja kebesaran yang selalu digunakan Ara. Meski membuatnya sedikit risih, tetapi ia juga memikirkan masalah yang akan diterima jika tak melakukan hal itu.

"Hei, Anak baru. Bisakah kau berpose dengan benar. Ini sudah sangat larut jika kau terlihat kaku, pria botak itu akan meminta ulang seluruh pemotretan!" bisik model pria yang memeluknya dari belakang dengan melingkarkan tangannya pada pinggang Ara.

Seketika itu juga Ara tersadar dari lamunannya saat ucapan sarkas terdengar jelas ke telinga. Masalahnya bagaimana Ara mau berpose benar, sedangkan dirinya sama sekali tak memiliki basic untuk berpose layaknya seorang model.

"Kau, model baru lebih merapat pada Leon!" teriak lagi pria itu. Penata gaya tersebut bahkan mengangkat tangan pada photographer untuk berhenti dan menghampiri Ara juga Leon.

"Mendekatlah seolah kau dan Leon sangat ingin bermesraan jangan terlihat kaku atau canggung," ujarnya lagi pada Ara yang mengangguk ragu. "Leon, letakkan tanganmu pada pinggangnya lebih dalam seperti ini," perintahnya sambil mendekatkan tubuh Leon dan Ara hingga bersentuhan.

Ara sedikit terkejut saat tubuhnya menekan sesuatu di belakangnya dari seluruh bagian tubuh Leon yang tegap ia merasakan sesuatu begitu nyata menyentuh bokongnya. Helaan napas Leon pun terasa menerpa kulit tengkuk Ara. Lingkar tangan pria itu tegas memeluk erat tubuhnya seakan memang ingin menunjukkan kemesraan pada semua orang. Belum lagi dengan wajah rupawan Leon yang semakin dekat menuju tengkuk seolah hendak mencium area tersebut.

Jayden sialan! Dia dan Nick sungguh menjebakku untuk melakukan ini. Kenapa tiba-tiba bukan Nick yang menjadi model prianya, tetapi malah pria angkuh ini?! gerutu Ara dalam hati. Oh, tubuhku pegal harus membusungkan dada selama berjam-jam seperti ini dan entah sudah jam berapa sekarang? Aku sangat lelah dan masih harus mengajar besok pagi, batin Ara.

"Ganti posisi, Leon sekarang pindah ke depan menghadapnya lalu pasanganmu sedikit keluar dari tubuhmu dan agak miring." Arahan dari penata gaya itu semakin membuat Ara pusing menyesuaikan kemauannya. "Hei, cantik, ayo semangat sayang ini take terakhir. Di mana penata rias? Berikan Eve sentuhan baru agar terlihat segar." Pria itu menoleh setelah memberikan semangat pada Ara yang mengangguk pasrah.

Lalu penata rias datang dan merapikan make up Ara juga menyemprotkan sesuatu ke wajahnya hingga tampak membuatnya lebih segar, sedangkan Paul -sang penata gaya- tetap terus mengarahkan posisi terakhir untuk mereka.

Setelah selesai memberi arahan Ara dan Leon kembali dalam posisi yang kali ini bahkan lebih menegangkan bagi Ara karena harus bertatapan langsung dengan si tampan misterius yang tiba-tiba datang di detik terakhir sebelum pemotretan dimulai

"Kuharap kali ini kau bisa bekerja sama dengan benar. Jika kau tak kaku, biasanya hanya butuh tiga kali jepretan untuk satu pose. Jadi berusahalah untuk natural!" ujar Leon bernada sarkas.

Ara mendelik dan menarik napas. Merasa tertantang setelah sejak tadi bersabar mendapat penindasan dari Leon.

Dasar pria angkuh! Dia berkata seolah aku memperlambat proses ini, padahal aku sendiri sudah lelah berdiri menggunakan heels sialan ini! batin Ara.

"Okay cukup diskusinya, Leon. Last pose ready?"

Leon mengangguk pada Paul dan menarik Ara mendekat lalu memegang dagu Ara sambil mendekatkan wajahnya seakan hendak mencium Ara sementara tangan satunya memegang pinggang Ara. Begitu juga dengan tangan Ara yang menyentuh dada dan pinggul Leon sesuai arahan Paul.

"Eve dongakkan wajahmu seakan kau ingin menyambut bibir Leon," teriak Paul padanya. "Leon sekarang pegang tengkuknya dengan gemas menggunakan tangan kiri lalu tangan kananmu memegang pahanya. Biarkan Eve mengangkat sedikit kaki kirinya."

Ara dan Leon pun mengikuti arahannya, membuat tatapan mereka bertemu lebih intens sehingga Ara merasa tak asing dengan wajah tampan Leon. Ia sedikit membulatkan matanya saat mengingat wajah itu sering ditunjukkan Chloe di setiap majalah yang selalu dibeli sahabatnya itu.

Wa-wait apa dia Leonard Hugo? batin Ara baru menyadari pria yang sejak tadi memeluknya mesra adalah bintang model terkenal yang sering ditunjukkan Chloe padanya. Ya! Dia orangnya. Oh, sial Chloe memang benar dia begitu tampan, tapi tidak dengan keangkuhannya. Ara lanjut membatin.

"Kenapa tiba-tiba menatapku terkejut? Kau baru menyadari siapa aku?" bisik Leon.

Ara hanya mendelik sekilas lalu mengalihkan tatapannya.

"Okay, sekarang kalian berciuman."

"Apa?!" pekik keduanya hingga membuat Ara kehilangan keseimbangan saat Leon juga terkejut dan secara tiba-tiba melepas pegangannya pada paha Ara.

"Ah, Leon!" pekik Ara hendak terjatuh.

Leonard dengan sigap meraih pinggang Ara dan menariknya hingga menabrak tubuh liatnya. Tatapan terkejut pun tak terhindar oleh Ara, berbeda dengan Leon yang tampak khawatir setelah berhasil menangkap Ara.

Lalu tanpa menunggu persetujuan Ara, Leon mendekat dan mencium Ara hingga wanita itu terkejut membulatkan matanya. Berbeda dengan Leon yang memejamkan mata juga meraih tengkuk Ara demi memperdalam ciumannya.

Seketika kaki Ara terasa semakin lemas juga bergetar hingga tak memiliki kekuatan untuk menolak pagutan tersebut dan jika kali ini Leon melepas tubuhnya Ara sangat yakin ia akan langsung terjatuh. Karena ia masih mencerna apa yang terjadi hingga tampaknya kini ia terbuai dengan sentuhan kenyal Leon dan membuatnya kehilangan akal sehat lalu membalas pagutan tersebut semakin dalam.

Keduanya terbuai sampai membuat seluruh kru turut terpanah begitu juga Paul yang akhirnya disadarkan Jayden untuk mengakhiri pemotretan. Masalahnya, dalam perjanjiannya dengan Ara, tak akan ada adegan berciuman seperti yang dilakukan kedua model itu, tetapi jika begini jadinya Jayden yang takut mendapat tuntutan balik dari Ara.

"Okay ..., cukup! Perfect, Leon!"

Seketika itu juga Leon melepas pagutannya dan menatap mata indah Ara yang masih terlihat tak percaya dengan apa dilakukan Leon padanya.

"You okay?" tanya Leon seolah tak merasa berdosa. Sialnya, Ara masih mengunduh pikirannya agar kembali waras. Namun, ketertegunan Ara malah membuat Leon terkekeh. "Kau beruntung, karena aku sangat lelah dan ingin ini segera berakhir. Maaf jika mengejutkanmu," ujar Leon beranjak dari hadapan Ara membiarkan wanita itu mengembalikan jiwanya yang seakan melayang entah ke mana.

o0o

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status