Share

Part 08 | "Good evening, Arabelle"

"So, apa aku lebih tampan dari Leon?"

"Oh, sungguh jangan dengarkan Chloe. Jika menyuruhnya menilai dia akan memilih adikmu." Ara menjawab dengan sedikit kekehan.

"Pertanyaan itu untukmu, Arabelle." Christian menegaskan.

"Jangan memintaku. Percayalah penilaianku sangat buruk," jawab Ara lagi sambil meringis.

Christian terkekeh dan mulai keluar dari area parkir. "Baiklah, aku percaya. Jadi, di mana rumahmu?" tanya Christian mengalihkan perbincangan menyenangkan itu.

"Brooklyn, tepatnya di kawasan Ridge Boulevard." Ara menjawab cepat hingga membuat Christian menaikkan sebelah alisnya. "Rumah peninggalan ayahku. Aku tak ingin menjualnya karena banyak kenangan di sana," imbuhnya tak ingin membuat orang salah berpikir dirinya memiliki banyak uang karena tinggal di lingkungan yang terbilang masih cukup bagus meski hanya kawasan Brooklyn.

Christian mengangguk dengan senyum mulai menjalankan mobilnya menuju tempat tujuan. "I'm so sorry," ujar Christian.

"Tak apa, beberapa pengajar di sekolah menunjukkan hal yang sama saat aku baru masuk. Jadi aku sudah terbiasa," jawabnya.

"Kau tinggal sendiri?" tanya Christian.

"Ya, sebenarnya aku memiliki adik tiri, tapi kami tak tinggal bersama. Dia masih kuliah dan memilih tinggal di apartemen di Upper East Side—ayahku menyewakannya setahun penuh,” ungkap Arabelle.

Christian kembali mengangguk dan perjalanan selama delapan belas menit pun berlalu hingga mereka tiba di depan rumah.

"Terima kasih sudah mengantarku, Christian."

"You're welcome dan terima kasih juga sudah menjaga Christoph hari ini," ujar Christian tersenyum dan menoleh ke belakang.

Ara turut menoleh ke kursi belakang di mana Christoph masih tertidur nyenyak. Wanita itu tersenyum sangat menyukai wajah teduh setiap bocah yang terlelap. Raut wajahnya tak bisa menipu, seolah mengatakan bahwa dirinya teramat mencintai anak-anak muridnya dan mungkin Christopher cukup spesial.

Tatapan penuh kasih itu tak luput dari pandangan Christian di sampingnya. Netra biru terangnya itu tetap terlihat jelas walau langit sudah tampak redup. Arabelle mengalihkan tatapannya dari Christopher dan tak sengaja bertemu tatap dengan Christian yang sempat tertegun.

"Ah, maafkan aku. Tak seharusnya aku menunda perjalananmu lebih lama lagi. Aku hanya menyukai wajah lelap anak-anak. Kau tahu wajah mereka sungguh seperti malaikat kecil," ungkap Ara dengan suara lembutnya. Bibirnya mengulas senyuman dengan raut wajah menyejukkan.

"Tak apa tatapanmu sudah mengatakan semuanya," jawab Christian tak sedikit pun mengalihkan tatapannya dan malah menunjukan senyum menawan yang membuat lesung pipinya tercetak.

Ketampannya itu jelas membuat Ara jadi salah tingkah dan memutuskan tatapannya sambil bersiap-siap keluar. "Yah baiklah, sepertinya aku harus segera keluar," ujar Ara kembali tersenyum dan membuka pintu. "Good evening, Christian," imbuhnya membungkuk dan menatap Christian sekali lagi.

"Good evening, Arabelle." Christian mengangguk dengan senyum.

Setelah itu sedan hitam keluaran merci itu melaju. Arabelle masih sempat memandang ke arah mobil tersebut membuat Christian memiliki kesempatan untuk menatapnya melalui kaca spion. Pria itu tersenyum melihat Ara.

"Good evening, Arabelle," ujar suara Chloe menirukan nada suara Christian.

Arabelle tersenyum lebar sambil memutar iris matanya lalu berbalik. "Chloe ...!"

"Chloe? Siapa wanita cantik itu? Aku Christian. Apa kau lupa setelah kuantarkan pulang?" goda Chloe.

"Silakan menjadi Christian sepuasmu, Chloe. Aku ingin mandi dan bersiap membuat kue." Ara melengos masuk ke rumah sederhana bercat putih tempatnya bertumbuh sejak kecil.

Chloe mengekori Ara dan terkekeh sambil memerhatikan Ara. "Kau ingin membuat kue dari apa, Ara. Di mana belanjaanmu?" tanya Chloe.

"Oh, Shit! Tertinggal di mobil Christian." Ara terduduk lemas di sofa.

o0o

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status