"Arabelle," panggil pria yang semalam membuatnya merona tak karuan."Ya, Chris— maksudku Tuan Hugo," ujar Ara meralat mengingat masih di lingkungan sekolah.Cristian terkekeh melihat Ara meringis dengan panggilan tersebut. "Aku lebih suka mendengarmu memanggilku Christian. Sungguh jangan membuat dirimu canggung, Arabelle," ujarnya tersenyum ramah.Ara membalas senyumannya. "Ya, aku juga. Namun, kepala yayasan sangat ketat dengan tata tertib. Jadi aku harus mematuhinya," jawab Ara."Daddy!" seru Christopher dari ujung koridor."Hei, Jagoan! Bagaimana sekolahmu? Kertas permintaan maafmu sudah diterima?""Kertas permintaan maafnya sangat bagus, Tuan. Aku tak menyangka adikmu sungguh membuktikannya," ujar Ara."Yeay, Paman Leon memang terbaik di bidang kreatifitas!" seru Christopher memasuki mobil ayahnya. "Dad, aku sangat lapar, bisa kita mampir makan siang sebelum kau mengantarku pulang?" pinta bocah itu dijawab anggukan oleh sang ayah."Ya, Leon memang ahli melakukan sesuatu yang tak b
"Apa kau gila, Jay!" pekik Ara menuntut jawaban setelah melihat plang jalan mengarah ke luar kota dan dengan entengnya Jayden bilang iya."Maaf, Ara. Bukan maksudku menipumu lagi, tapi aku baru dikabari saat di kedai kopi ketika aku mengabari Paul bahwa kau bersedia ikut lalu dia baru mengirimkan lokasinya," ujar Jayden.Ara memijat keningnya pusing. "Jay kau tahu aku tak memiliki waktu untuk bolak balik keluar kota menjadi Eve dalam semalam dan kembali menjadi Ara pada pagi harinya. Kapan tubuhku istirahat?!" geram Ara membuat Jayden tak mampu membalas.Pria itu hanya meringis memohon untuk ijin satu hari menjadi Eve dan meliburkan sosok Ara. "Kumohon Ara. Aku sudah menyiapkan kostummu untuk menjadi Eve di kursi belakang." Jayden menunjuk ke paperbag di kursi belakangnya.Ara menoleh dan mengambil paperbag tersebut. "Kau memang sudah berniat, Jay!" pungkasnya terpaksa berpindah kursi belakang."Kau bisa menutup tirai saat mengganti baju, aku membuatnya untukmu," ujar lagi Jayden sang
Bukannya langsung naik Eve malah menatap Jayden menuntut penjelasan. Lagi-lagi Jayden juga hanya bisa meringis sambil mengedikkan bahunya."Sudah cukup berdiskusinya. Kau ingin ikut aku atau membiarkan pemotretan kita diundur lebih lama karena harus menunggu model spesial kita yang sangat tidak tepat waktu," sindirnya sarkas masih enggan mengganti sorot tajamnya.Jayden memberikan tatapan memohon pada Eve yang memang tak berkata apa pun, tetapi dapat dipahami Jayden bahwa dirinya harus memohon untuk menurut saja pada penjemputnya itu, maka dengan terpaksa Eve bergegas memutari mobil Leon. Wanita itu masih memberikan sorot tajam yang tak putus dari pria itu bahkan sampai ia masuk dan duduk di samping Leon keduanya masih sama-sama saling menatap dengan tajam.Leonard menaikan dagunya seolah menunjuk sesuatu untuk Eve lakukan sebelum jalan. Akan tetapi, Eve mengira bahwa Leon menantangnya menggunakan dagunya, sedangkan Jayden sudah berpura-pura tak melihat apa pun yang tengah mereka laku
"Bisa kau melakukannya dengan benar untuk kali ini?" ulang Leonard memastikan Eve mendengar perkataannya."Ya, aku tak janji untuk yang ini, we'll see, okay?""Kau hanya cukup mengikuti arahan Paul dan percaya pada pasanganmu untuk saat ini pasanganmu adalah aku. Jadi jika kau merasa kurang nyaman dengan sentuhan atau apa pun kau bisa bicarakan padaku, kau mengerti?" tanya lagi Leon lalu meninggalkan Eve lebih dulu masuk ke area syuting.Sikapnya itu terasa mencurigakan bagi Eve. Karena sebelumnya pria itu bahkan bertindak menyebalkan padanya, tetapi dalam hitungan detik sikapnya berubah dan itu sangat mengganggu pikiran Eve yang masih bergeming di samping mobil dan menatap punggung tegap Leonard."Ada apa dengannya, kenapa sebentar baik sebentar menyebalkan?" gumam Eve mengerucutkan bibirnya."Leon memang begitu, dia akan membaik dengan sendirinya jika kau tak membuat masalah dengannya," ujar suara Paul tiba-tiba sudah berada di samping Eve."Oh, Paul. Maafkan aku semalam tak menjawa
Aku mungkin sudah gila, kenapa aku terbawa suasana dan malah melakukan ini? batin Eve saat dengan nekatnya mencium Leon.Apa dia sedang ingin bermain denganku?! pikir Leon lagi dalam hati. Baiklah, kau ingin menunjukkan dirimu yang sebenarnya. Leon membalas pagutannya berusaha mengganti posisi dengan menggulingkan tubuh Eve untuk berbaring agar dirinya bisa mengontrol ciuman tersebut.Sementara itu ketika kedua model tersebut tengah melakukan pergulatan dalam ciuman. Jayden akhirnya tiba dan terkejut melihat pemotretan serta shoot video tengah berlangsung dalam keadaan seperti itu."Oh, sial ini terjadi lagi," umpatnya bergumam sambil berlari ke arah Paul untuk menegur penata gaya tersebut. "Paul apa kau tak ingat kata-kataku? Ar-Eve tak mau melakukan ini, terakhir dia marah dan-""Tahan dulu amarahmu Jay dan tanyakan siapa yang melakukan ciuman lebih dulu." Ucapan Paul sukses membuat Jayden mengernyit tak percaya."Eve yang ...."Paul mengangguk saat Jayden hanya menggantung ucapanny
"Oh, jangan begitu, Tampan. Tak ada salahnya sekali-kali kau membantu rekanmu saat melakukan improvisasi," tutur Paul."Nope! Aku sudah mengulurkan dua kali tanganku, tetapi dia menolaknya dan-""Dia melakukannya sambil mengejekku!" sela Eve dan sontak membuat Paul juga Jayden kembali menatap Leon kesal."Leon ...!" geram Paul dengan intonasi khas miliknya."Kau keterlaluan Leon. Jangan begitu pada modelku," sambung Jayden mendukung."Oh, c'mon. Kalian sungguh percaya padanya?" tukas Leon tak percaya dirinya disudutkan karena tuduhan tak berdasar."Mengingat tingkahmu selama ini. Kami percaya pada ucapannya," ujar Paul mendapat anggukan setuju dari Jayden. "Tanggung jawab dan gendonglah dia ke ruangannya," pinta Paul."Ti-tidak, Paul. Dia tak perlu melakukan itu. Lagi pula sudah ada Jayden di sini," tolak Eve."See! Dia yang menolakku!" ketus Leon kesal hendak kembali meninggalkan mereka."Tidak begitu caranya, Darlin' biarkan Leon bertanggung jawab. Lagi pula Jayden masih ingin memba
Malam sebelumnya di tempat Christian.Christian memasuki ruang santainya usai memerhatikan kedekatan Christoph dengan adiknya. Ia hanya duduk dan memikirkan ucapan Leonard memang sangat benar hingga membuatnya hanya bisa terdiam memerhatikan kegiatan sang putra tampak menyenangkan saat bersama Leonard seolah putranya merasakan perhatian Leon begitu tulus pada keponakannya.Terlalu sibuk dengan pikirannya sampai membuat Christian tak sadar kini putranya sudah diangkut oleh Leon untuk dipindahkan ke kamar usai mengerjakan ucapan permintaan maaf yang diminta Arabelle untuk teman Christoph di sekolah esok hari. Christian berinisiatif merapikan barang Christopher kembali ke tempatnya lalu ia berbalik dan menemukan Leon berada di ambang pintu menatapnya seolah menunjukkan dirinya peduli pada kehidupannya bersama Christoph."Let's talk," ajak Leonard.Christian mengangguk dan tersenyum. "Ambil minuman dan tunggu aku di kolam. Aku ingin melihat Christoph sebentar." Christian beranjak keluar d
Christian tersenyum mengingat perbincangannya dengan Leon semalam, maka dari itu ia tak memaksakan Ara untuk ikut bersamanya walau dirinya masih ingin berbincang banyak hal dengan wanita tersebut. Lantas kini Christian bersama putranya sudah berada di resto sekitar. Memesan makanan yang mereka inginkan lalu Christoph bercerita sambil menunggu pesanan mereka tiba. Akan tetapi, saat tengah asik mendengarkan cerita putranya, netra biru Christian melirik sekilas wanita yang tengah berjalan mendekat ke meja mereka lalu melintasinya begitu saja menuju kasir dan memesan makanan. Setelah Chloe terlihat selesai memesan makanan dan menunggu tepat di samping meja Christian—masih tetap tersambung pada ponselnya.Pria itu melambaikan tangan di hadapan wanita yang mengenakan blouse hitam tersebut."Hai, Chloe, right?" panggil Christian."Ya," jawabnya berbalik menoleh pada sumber suara sambil menutup ujung benda pipih yang masih tertempel di telinga. "Nanti aku hubungi kau kembali, Mom," ujarnya pa