Bukannya langsung naik Eve malah menatap Jayden menuntut penjelasan. Lagi-lagi Jayden juga hanya bisa meringis sambil mengedikkan bahunya."Sudah cukup berdiskusinya. Kau ingin ikut aku atau membiarkan pemotretan kita diundur lebih lama karena harus menunggu model spesial kita yang sangat tidak tepat waktu," sindirnya sarkas masih enggan mengganti sorot tajamnya.Jayden memberikan tatapan memohon pada Eve yang memang tak berkata apa pun, tetapi dapat dipahami Jayden bahwa dirinya harus memohon untuk menurut saja pada penjemputnya itu, maka dengan terpaksa Eve bergegas memutari mobil Leon. Wanita itu masih memberikan sorot tajam yang tak putus dari pria itu bahkan sampai ia masuk dan duduk di samping Leon keduanya masih sama-sama saling menatap dengan tajam.Leonard menaikan dagunya seolah menunjuk sesuatu untuk Eve lakukan sebelum jalan. Akan tetapi, Eve mengira bahwa Leon menantangnya menggunakan dagunya, sedangkan Jayden sudah berpura-pura tak melihat apa pun yang tengah mereka laku
"Bisa kau melakukannya dengan benar untuk kali ini?" ulang Leonard memastikan Eve mendengar perkataannya."Ya, aku tak janji untuk yang ini, we'll see, okay?""Kau hanya cukup mengikuti arahan Paul dan percaya pada pasanganmu untuk saat ini pasanganmu adalah aku. Jadi jika kau merasa kurang nyaman dengan sentuhan atau apa pun kau bisa bicarakan padaku, kau mengerti?" tanya lagi Leon lalu meninggalkan Eve lebih dulu masuk ke area syuting.Sikapnya itu terasa mencurigakan bagi Eve. Karena sebelumnya pria itu bahkan bertindak menyebalkan padanya, tetapi dalam hitungan detik sikapnya berubah dan itu sangat mengganggu pikiran Eve yang masih bergeming di samping mobil dan menatap punggung tegap Leonard."Ada apa dengannya, kenapa sebentar baik sebentar menyebalkan?" gumam Eve mengerucutkan bibirnya."Leon memang begitu, dia akan membaik dengan sendirinya jika kau tak membuat masalah dengannya," ujar suara Paul tiba-tiba sudah berada di samping Eve."Oh, Paul. Maafkan aku semalam tak menjawa
Aku mungkin sudah gila, kenapa aku terbawa suasana dan malah melakukan ini? batin Eve saat dengan nekatnya mencium Leon.Apa dia sedang ingin bermain denganku?! pikir Leon lagi dalam hati. Baiklah, kau ingin menunjukkan dirimu yang sebenarnya. Leon membalas pagutannya berusaha mengganti posisi dengan menggulingkan tubuh Eve untuk berbaring agar dirinya bisa mengontrol ciuman tersebut.Sementara itu ketika kedua model tersebut tengah melakukan pergulatan dalam ciuman. Jayden akhirnya tiba dan terkejut melihat pemotretan serta shoot video tengah berlangsung dalam keadaan seperti itu."Oh, sial ini terjadi lagi," umpatnya bergumam sambil berlari ke arah Paul untuk menegur penata gaya tersebut. "Paul apa kau tak ingat kata-kataku? Ar-Eve tak mau melakukan ini, terakhir dia marah dan-""Tahan dulu amarahmu Jay dan tanyakan siapa yang melakukan ciuman lebih dulu." Ucapan Paul sukses membuat Jayden mengernyit tak percaya."Eve yang ...."Paul mengangguk saat Jayden hanya menggantung ucapanny
"Oh, jangan begitu, Tampan. Tak ada salahnya sekali-kali kau membantu rekanmu saat melakukan improvisasi," tutur Paul."Nope! Aku sudah mengulurkan dua kali tanganku, tetapi dia menolaknya dan-""Dia melakukannya sambil mengejekku!" sela Eve dan sontak membuat Paul juga Jayden kembali menatap Leon kesal."Leon ...!" geram Paul dengan intonasi khas miliknya."Kau keterlaluan Leon. Jangan begitu pada modelku," sambung Jayden mendukung."Oh, c'mon. Kalian sungguh percaya padanya?" tukas Leon tak percaya dirinya disudutkan karena tuduhan tak berdasar."Mengingat tingkahmu selama ini. Kami percaya pada ucapannya," ujar Paul mendapat anggukan setuju dari Jayden. "Tanggung jawab dan gendonglah dia ke ruangannya," pinta Paul."Ti-tidak, Paul. Dia tak perlu melakukan itu. Lagi pula sudah ada Jayden di sini," tolak Eve."See! Dia yang menolakku!" ketus Leon kesal hendak kembali meninggalkan mereka."Tidak begitu caranya, Darlin' biarkan Leon bertanggung jawab. Lagi pula Jayden masih ingin memba
Malam sebelumnya di tempat Christian.Christian memasuki ruang santainya usai memerhatikan kedekatan Christoph dengan adiknya. Ia hanya duduk dan memikirkan ucapan Leonard memang sangat benar hingga membuatnya hanya bisa terdiam memerhatikan kegiatan sang putra tampak menyenangkan saat bersama Leonard seolah putranya merasakan perhatian Leon begitu tulus pada keponakannya.Terlalu sibuk dengan pikirannya sampai membuat Christian tak sadar kini putranya sudah diangkut oleh Leon untuk dipindahkan ke kamar usai mengerjakan ucapan permintaan maaf yang diminta Arabelle untuk teman Christoph di sekolah esok hari. Christian berinisiatif merapikan barang Christopher kembali ke tempatnya lalu ia berbalik dan menemukan Leon berada di ambang pintu menatapnya seolah menunjukkan dirinya peduli pada kehidupannya bersama Christoph."Let's talk," ajak Leonard.Christian mengangguk dan tersenyum. "Ambil minuman dan tunggu aku di kolam. Aku ingin melihat Christoph sebentar." Christian beranjak keluar d
Christian tersenyum mengingat perbincangannya dengan Leon semalam, maka dari itu ia tak memaksakan Ara untuk ikut bersamanya walau dirinya masih ingin berbincang banyak hal dengan wanita tersebut. Lantas kini Christian bersama putranya sudah berada di resto sekitar. Memesan makanan yang mereka inginkan lalu Christoph bercerita sambil menunggu pesanan mereka tiba. Akan tetapi, saat tengah asik mendengarkan cerita putranya, netra biru Christian melirik sekilas wanita yang tengah berjalan mendekat ke meja mereka lalu melintasinya begitu saja menuju kasir dan memesan makanan. Setelah Chloe terlihat selesai memesan makanan dan menunggu tepat di samping meja Christian—masih tetap tersambung pada ponselnya.Pria itu melambaikan tangan di hadapan wanita yang mengenakan blouse hitam tersebut."Hai, Chloe, right?" panggil Christian."Ya," jawabnya berbalik menoleh pada sumber suara sambil menutup ujung benda pipih yang masih tertempel di telinga. "Nanti aku hubungi kau kembali, Mom," ujarnya pa
Kembali ke tempat pemotretan Eve dan Leon.Leon keluar dari ruangan Eve dengan hati panas dan tak percaya bahwa penilaiannya salah. Dia yakin Eve sengaja mengatakan hal itu demi tetap melancarkan aksinya untuk mencuri hati Leon."Dasar wanita sinting. Dia pikir siapa dirinya bahkan ini baru pertemuan kedua dan dia sudah bersikap seolah mengenalku dengan baik!" geramnya kesal sendiri sambil menjauh dari pintu ruangan Eve hingga berpapasan dengan Jayden yang berlari menuju ke arahnya."Leon, kau sudah mengantarkan Eve ke dalam?" tanya Jayden sambil mengatur napasnya yang terengah."Menurutmu dari arah mana aku menjauh?" tanya balik Leon dengan sarkas."Yah, baiklah. Kau benar," ujar Jayden. "Masih mau donat? Bantu aku, Leon setidaknya ambil satu untuk mengurangi jatah pembagian," ujarnya lagi menahan kepergian Leonard.Leon yang kesal akhirnya mengambil satu dan menggigitkan kasar. "Sudah, kau puas?!" ketusnya lagi dan berlalu dari hadapan Jayden."You're welcome." Jayden menggeleng tak
Selang beberapa jam malam pun datang dan meja panjang telah disusun membentuk persegi panjang dengan deretan kursi yang berjajar di kiri dan kanan sisi juga pada tiap ujung meja. Terdapat empat meja panjang dan masing-masing memiliki sepuluh kursi di tiap meja.Aroma daging bakar juga sosis mulai membuat perut-perut kelaparan berteriak memanggil pemangsanya. Suara lagu klasik dari salah satu kru memainkan sound system terasa menghangatkan suasana makan malam tim sukses Paul. Pria itu memang baik dan menyenangkan, tak ayal pekerjanya kini sudah mencapai empat puluhan orang sebagai tim sukses yang sudah dipercaya oleh berbagai produser ternama.Eve duduk bersama tim penata rias yang kebanyakan para wanita, sedangkan Leon di meja lain bersama beberapa tim editing photoshoot tampak menunjukkan beberapa gambar dari kamera yang dibawa sang photographer di sebelahnya. Jayden bersama Paul berada di meja tengah antara meja Eve dan Leon yang berjauhan, tetapi dalam posisi berhadapan. Eve meliri