Violeta Luvena atau biasa disapa Ve adalah seorang pegawai di Bintang Copy Center (BCC), sebuah jasa fotocopyan yang sudah besar dan memiliki cabang dimana-mana. Ve harus menelan kenyataan pahit karena Danu, kekasih yang mana rekan satu kerjaan berpaling pada karyawan baru. Mirisnya lagi selama ini Danu hanya kasihan dan menganggap Ve sebagai selingan saja. Hubungan mereka berdua yang sudah diketahui banyak orang termasuk para pelanggan setia tentunya membuat Ve malu. Terlebih Danu dengan terang-terangan menunjukkan kemesraan dengan kekasih barunya itu. Revan Healvito yang lebih akrab disapa Vito adalah seorang mahasiswa kedokteran yang sedang menjalani koas. Dia salah satu pelanggan tetap dan sudah kenal dekat dengan para pegawai BCC. Merasa iba dengan nasib Ve, Vito menawarkan sebuah kerjasama yang tentunya akan menguntungkan bagi Ve maupun Vito sendiri. Apakah kerjasama tersebut?
Lihat lebih banyakJika beberapa hari terakhir kebiasaan Ve setiap bangun tidur adalah langsung mengerjakan piket di mes, sebelum akhirnya sholat subuh dan berangkat ke gerai. Maka untuk pertama kalinya kebiasaan tersebut berubah, yakni mengecek gawainya.Mungkin sedikit aneh bagi Ve yang semula begitu cuek pada alat komunikasinya tersebut. Biasanya dalam satu hari bisa dihitung berapa kali dia mengecek notifikasi, saking tidak ada yang diharapkan untuk menghubunginya selain keluarga dan bosnya.Akan tetapi kini sebuah kebiasaan baru telah lahir. Ve kembali menyayangi benda pipih yang satu itu. Bahkan dia bisa tertawa lepas akibat sebuah pesan pada benda tersebut.“Ish. Kenapa aku seseneng ini sih? Ingat,Ve. Ini tuh cuma akting, pura-pura. Bukan asli.” Ucap Ve menyadarkan diri sebelum dia terbawa suasana dari pesan yang diberikan Vito.Ting‘Pagi Luv… baru bangun ya?’Sontak saja Ve melempar ponselnya ke kasur. Pesan yang tadi malam saja baru sempat dibaca dan belum dibalas. Kini tiba-tiba saja Vito sud
“Ya aku cari tahu lah, masa sama pacar sendiri nggak tau nama lengkapnya, kan, lucu.”Ve merasa tergelitik dengan jawaban Vito di seberang sana. Benar juga, sebagai seorang kekasih baik Ve maupun Vito harus saling tahu satu sama lain. Tapi tidak secepat itu juga.“Pacar?” Ve mengedarkan pandangan, khawatir ada yang mendengar obrolannya di telepon. “Pacar pura-pura maksudnya?” lanjutnya lirih lalu terkekeh.“Aduh. Kamu jangan ingatkan aku tentang itu dong Luv. Aku jadi sakit nih.”Jika semula Ve begitu canggung menerima telepon dari Vito, semakin lama ngobrol gadis berkulit sawo matang itu menjadi nyaman dan tanpa sadar dia ngobrol cukup lama. Hingga saat Nindya dan Mira balik ke dalam kamar saja belum selesai.Dua wanita yang sebenarnya sedang tidak akur itu saling beradu pandang. Dari tatapan sudah jelas mereka tengah bertanya-tanya dengan siapakah Ve bertelepon. Kenapa sampai senyum-senyum dan tertawa lepas begitu. Bahkan mangkok bekas makan mie instan saja masih tergeletak di sebel
Dada Ve naik turun tidak beraturan saat Danu menghampirinya di dapur mes. Jika dulu suasana seperti ini yang selalu gadis berambut segi itu nantikan, setiap pulang dari gerai makan malam bersama Danu. Kini bertemu dengan pria yang telah tega mencampakkannya di mes adalah hal yang sangat menyebalkan.“Kamu mau masak mie?” ulang Danu setelah berdiri di samping Ve.“Menurut kamu?”Terdengar sinis jawaban Ve. Bahkan gadis itu sebenarnya tidak ingin menjawab. Seharusnya dengan melihat saja sudah tau kegiatan apa yang akan dia lakukan dengan sebungkus mie instan tersebut.“Sekalian dong buatin aku juga. Laper nih.” Danu memegangi perutnya sambil menyunggingkan senyum polos.Tentu saja Ve menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Danu. Bagaimana bisa dengan entengnya meminta seperti itu setelah apa yang dia lakukan pada Ve. Sungguh urat malu Danu seakan sudah putus.“Minta masakin aja sama pacarnya.”Kini Ve memilih fokus mengambil panci dan mengisinya dengan air, lalu menaruhnya pada kom
Begitu tiba di kamar, Ve meletakkan tas dan jaketnya di atas meja. Mes BCC hanya ada dua kamar dengan ruang tamu, dapur dan ruang santai sebagai pemisah. Satu kamar untuk pegawai cowok, satu kamar lagi untuk pegawai cewek. Mes tersebut juga dilengkapi dengan CCTV, sehingga tidak akan ada yang berani macam-macam meskipun kamar cewek dan cowok berdekatan. Masing-masing kamar memiliki kamar mandi dalam, sehingga untuk urusan bersih-bersih tidak perlu keluar kamar. Kamar mandi luar hanya untuk cadangan saja. “Ekhem! Ada yang habis dianterin calon dokter nih. Ngerayu pas tugas tadi siang ya?” Ve yang sedang mengikat rambutnya menoleh ke arah sumber suara. Dalam keadaan capek seperti sekarang, gadis berambut segi itu paling malas ribut. Akan tetapi Mira seakan memancingnya. “Masalah buatmu?” sahut Ve dengan singkat. Nindya yang sedang merapikan loker lemarinya terkekeh. Kamar cewek yang semula adem ayem, selalu diwarnai dengan saling curhat, nyanyi bersama atau sekedar menceritakan kej
“Mas Vito?” ucap Ve tanpa bersuara begitu melihat siapa yang turun dari mobil tersebut.Masih tidak percaya bahwa dokter muda itu benar-benar menjemputnya. Pasalnya ini sudah malam, biasanya anak koas yang jadwal praktek pagi pasti sudah menggunakan waktu untuk istirahat.Jujur saja semula Ve masih ragu akan kerjasama yang ditawarkan sang dokter muda. Masa iya seorang calon dokter mau menjalani hubungan dengan pegawai fotocopy? Meskipun itu hanya pura-pura, tetap saja harga diri sang dokter muda yang dipertaruhkan.Akan tetapi begitu melihat Vito bela-belain menjemputnya untuk pulang ke mess, padahal jarak dari gerai ke mess lebih dekat dibandingkan ke kosan Vito, membuat Ve percaya.Dua manusia yang berdiri di samping Ve saling beradu pandang dan mengedikkan bahu. Dialah Reno dan Nindya. Biasanya Reno pulang bareng Danu naik motor.Kini karena Mira diajak pulang oleh Danu, mau tidak mau Reno pulang bareng ‘duo ciwi-ciwi BCC’.“Ayo, naik,” ajak Vito seraya menunjuk mobilnya dengan kep
“Apa?!” Ve terlonjak kaget, sampai-sampai dia bangkit dari tempat duduknya saat mendengar kerjasama yang ditawarkan oleh Vito. Hal tersebut tentunya cukup mengundang perhatian para pengunjung kantin rumah sakit. Tak ingin membuat kegaduhan dan orang-orang salah paham, Vito langsung menarik Ve untuk duduk kembali. “Ssttt…dengerin dulu makannya. Kita hanya pura-pura pacaran, buat Danu dan Alexa cemburu. Pasti mereka akan ngajak kita balikan.” Cukup ragu, Ve diam sejenak. Dia mengatupkan kedua tangan dan dia gunakan menyangga dagu. Netranya melirik kesana kemari, begitu pula otaknya berjalan kemana-mana. “Mas Vito yakin ini bakalan berhasil?” tanya Ve setelah berpikir cukup lama. “Kalau mereka nggak cemburu dan nggak ngajak balikan gimana?” lanjutnya sambil menoleh ke arah Vito. Sang dokter muda menghela nafas. “Harus berhasil dong. Kita rubah penampilan kita lebih modis lagi. Pasti mereka akan nyesel.” Mendengar kata merubah penampilan, membuat gadis beriris hitam itu memegang waja
Satu jam berlalu, Ve sudah selesai mencetak dua ratus lembar pamflet dan melipatnya. Tentu bukan hasil kerja keras seorang diri, ada Nindya dan Reno yang membantu.Ya, sejak hubungan Danu dan Mira go publik, mereka berdua menjadi jarang membantu pekerjaan yang cukup merepotkan. Terlebih Danu menjadi kepercayaan Bos Reza di gerai, alhasil tidak ada yang berani protes. Hanya bisa ngedumel di belakang.Karena Danu menjadi kepercayaan bos juga membuat Mira semena-mena. Dia merasa menjadi kekasih Danu, sehingga dia juga berkedudukan sama. Dia mau bekerja ketika memang sedang ramai atau pas Bos Reza datang mengontrol.Tidak masalah. Bagi trio rajin yakni Ve, Nindya dan Reno lebih baik mengerjakan sesuatu tanpa dua manusia yang hanya membuat tensi naik. "Aku nganterin ini dulu ya," pamit Ve sambil membawa satu kantong berisi dua ratus lembar pamflet."Mau dibantu nggak?" Reno menawarkan diri.Ve terkekeh. "Nggak perlu, ini cuma pamflet, kalau modul baru kamu yang nganterin."Tak menunggu wa
Semua orang dibuat terkejut dengan ucapan Mira yang begitu percaya dirinya meminta do'a agar hubungannya dengan Danu langgeng. Nindya dan Reno yang sedang berhadapan saling menatap terbelalak. Dengan kompak mereka geleng-geleng kepala."Aw!"Saking terkejutnya mendengar Danu dan Mira sudah jadian, jari Ve sampai tergores alat pemotong. Beruntung dia sadar dan segera mengangkat tangan, jika tidak bisa ikut terpotong itu jari.Mendengar suara rintihan, Nindya segera meletakkan garapan bukunya dan berlari mendekati Ve. "Kamu nggak papa, Ve?"Ve mengangguk pelan. "Aku baik-baik aja kok. Cuma kurang fokus aja.""Cie. Ada yang baper nih. Nggak terima ya? Kalau Danu lebih suka sama aku? Ya jelas lah Aku lebih cantik."Mira berseru sambil mengibaskan rambut dengan genitnya. Urat malunya benar-benar seperti sudah putus berlaku demikian di depan para pelanggan.Para pelanggan termasuk Vito hanya bisa geleng-geleng kepala. Dia menatap Ve dengan iba, rasanya ingin sekali merangkul gadis berhidung
"Pada kenapa sih? Lihatin aku segitunya?" tanya Danu heran. "Apa ada yang aneh?" imbuhnya.Tidak ada yang menyahut, semua hanya diam dan menatap Danu dengan tatapan yang sulit diartikan. Hal itu tentu membuat pria berkulit putih itu merasa risih dan memilih memisahkan diri di depan komputer.Tak ingin memancing keributan, Bos Reza pun hanya bisa menghela nafas sambil terus menatap Ve dan Danu secara bergantian. Tanpa para pegawainya tau, dia menjadi orang yang paling sedih dengan berakhirnya hubungan dua manusia yang selalu dibilang couple goals itu.Selain tampan dan cantik dengan karakteristik masing-masing, kerjasama Ve dan Danu dalam dunia kerja benar-benar membawa dampak positif. Mereka selalu mensupport satu sama lain. Hal itu membuat senang orang-orang disekelilingnya senang dan mendukung hubungan mereka berdua.Akan tetapi dengan kenyataan sekarang, apa jadinya? Bos Reza khawatir hal itu akan mempengaruhi kinerja kerja dan membuat semua berantakan."Parah kamu, Dan," ucap Bos
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen