"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menawarkan dirinya pada seorang pria kaya raya untuk membiaya pengobatan sang ibu. Rela melakukan apapun untuk mendapatkan uang, membuat Naya terjebak dalam permasalahan yang membuat hidupnya yang awalnya tenang dan damai kini berubah penuh air mata dan bathin yang tersiksa karna keputusannya sendiri. Menjadi simpanan Argio Andreas tanpa ada status yang mengikat keduanya sampai membuat Naya mengandung anak dari Argio. Namun, tidak ada niatan dari pria itu untuk menikahi Naya sebagai pertanggungjawaban atas anak yang dikandung. Argio ingin Naya tetap bersamanya tanpa harus ada ikatan diantara keduanya.Apakah Argio akan terus menjadikan Naya wanita simpanannya yang kini mengandung anaknya? Atau Naya memilih melarikan diri dan menjauh dari kehidupan Argio yang hanya menganggap Naya kantong bayi dan pemuas hasrat pria itu?
Lihat lebih banyakDalam suasana yang tegang, seorang wanita muda menunggu sosok pria yang ia harapkan. Tubuhnya gemetar dan keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya. Pikirannya saat ini hanya terfokus pada satu hal, yaitu mendapatkan uang dengan cepat untuk operasi ibunya.
Tiba-tiba, seorang pria muncul dari arah tangga. Ia mengenakan rompi tuxedo abu-abu yang dilapisi dengan jas hitam yang mengkilap. Matanya yang tajam seperti burung elang langsung tertuju pada wanita muda yang berdiri tegang di ruang tamu. Netra coklatnya yang berair bertatap dengan iris hitam yang memancarkan kekuatan dan ketegasan.
Beberapa anak buah pria itu sudah berdiri di beberapa sudut ruangan dengan senjata yang tersisip di celananya. Bunyi langkah sepatu pria itu bagai suara yang mampu membuat jantung wanita muda itu berdegup semakin manggila.
Argio mendudukkan dirinya di single sofa dan menaikkan kedua kalinya di atas meja kaca bening di ruangan itu dengan posisi menyilang. Aroma maskulin langsung menyeruak merasuk ke indra penciuman wanita muda yang sudah berkeringat dingin. Kedua tangannya yang saling bertautan sudah basah oleh keringat.
"Jadi..., ada urusan apa kamu ingin menemuiku?"
Suara bariton nan basah itu terdengar jelas di kedua telinga wanita muda yang menundukkan kepalanya.
Dengan suara yang bergetar, wanita itu mengucapkan kata-kata yang sulit baginya untuk diucapkan, "A-aku ingin menawarkan diriku padamu, Tuan. Aku butuh uang."
Rasa takut yang tiba-tiba merambat dalam dada Naya membuatnya berusaha meredamnya saat berhadapan dengan Argio.
Jika bukan karena keadaan yang terdesak, Naya tidak akan pernah mempertimbangkan keputusan untuk menjual tubuh dan keperawanannya kepada pria seperti Argio. Argio terkenal di kota ini, bukan hanya karena kekayaannya yang melimpah, tetapi juga karena berita-berita skandal tentang pria itu sebagai seorang casanova.
Argio menatap wanita muda itu dari atas sampai bawah seperti sedang menilai. Ia menggerakkan jarinya mengikuti lekuk tubuh wanita muda itu. Dada rata, badan kurus, dan kantung mata yang menghitam, wajah yang tak terawat, membuatnya tak berminat.
Apalagi tampilan wanita itu sangat tidak menarik. Ia memang pria yang suka mencari kehangatan di atas ranjang dengan wanita berbeda-beda tapi wanita di hadapannya sekarang membuat ia bergidik.
"Tapi sayangnya, saya tidak berminat dengan tubuhmu."
Ucapan Argio membuat Naya langsung menatap pria yang memasang wajah datar itu. Kedua matanya bergulir, ucapan dokter langsung terngiang-ngiang di kepalanya tentang keselamatan ibunya yang harus segera menjalani operasi. Argio bangkit dari sofa dan hendak beranjak dari tempat itu dan tiba-tiba Naya langsung bersimpuh di hadapan Argio yang tampak terkejut dengan apa yang wanita itu lakukan.
"Saya mohon Tuan. Saya butuh uang sekarang, terserah saya mau Tuan apa'kan yang terpenting berikan saya uang!"
Naya bersimpuh sambil memegang kedua kaki Argio dengan kepala tertunduk. Air mata tak sanggup wanita itu bendung, ia benar-benar membutuhkan uang dan hanya ini harapan satu-satunya.
"Saya tidak bisa!" sentak Argio menendang Naya yang langsung terjungkal kebelakang.
Meskipun mendapatkan perlakuan seperti itu, Naya tak pantang menyerah. Ia kembali menghalangi jalan Argio yang hendak melangkahkan kakinya ke tangga.
"Saya mohon, Tuan. Tolong saya, ini demi ibu saya."
Satu alis Argio langsung tertarik mendengar ucapan terakhir wanita berusia 22 tahunan itu.
"Memangnya ibumu kenapa?" tanya Argio tersirat empati.
Dengan sesegukan sambil mengusap cairan kental di hidungnya ia mulai berucap."Ibu saya harus segera di operasi."
Tangisan Naya semakin kencang setelah mengatakan itu seolah menambah rasa kasihan pria itu padanya. Argio terdiam sejenak dan sorot matanya memandangi sekali lagi wanita itu dari atas sampai bawah seperti mencari sesuatu yang menarik dari tubuh wanita itu.
"Baiklah, berapa uang yang kamu butuhkan?"
Tangisan Naya langsung terhenti dan langsung tergantikan oleh wajah yang berbinar cerah.
"50 juta," jawab Naya sesegukan.
"Aldo, berikan uang yang diminta wanita ini!" perintah Argio pada bawahannya tersebut.
"Baik Tuan Argio."
"Ikuti Aldo, dia akan memberikan uang yang kamu minta tadi. Dan kamu harus kembali lagi ke sini!" ucap Argio yang diangguki Naya dengan semangat.
Wanita muda itu langsung mengikuti tangan kanan Argio.
"Ingin kamu apakan wanita itu?" tanya Hendrik setelah menyimak apa yang ia lihat. Ia merasa kasihan jika Argio berbuat macam-macam pada wanita yang terlihat lugu dan polos itu.
"Tentu untuk bersenang-senang," balas Argio dengan senyuman seringainya.
"Berhentilah melakukan kebiasaan burukmu itu. Jangan sampai ayahmu yang turun tangan."
Argio menatap Hendrik dengan senyuman kecilnya."Selama Paman bisa menjaga rahasia ini, ayahku tidak akan tahu. Menurutku hal yang wajar aku butuh kepuasan di ranjang. Apa Paman lupa, umurku sudah 27 tahunan. Dan lagipula aku membayar wanita-wanita itu."
"Dasar bocah!" umpat pria berusia 50 tahunan itu.
β’
β’
Senyuman kebahagiaan mengembang di wajah Naya, kesedihan yang sebelumnya terbingkai di wajahnya langsung sirna seketika. Ia begitu erat memeluk tas hitam yang berisi begitu banyak uang. Dan ia berharap ibunya akan sembuh setelah menjalani operasi.
"Suster! Suster!"
Naya berteriak kala melihat salah satu suster keluar dari ruang rawat ibunya. Ia menghampiri suster tersebut yang menghentikan langkahnya.
"Suster, di mana dokter Renal. Aku sudah mempunyai uang untuk operasi ibuku," ucap Naya seraya memperlihatkan uang di tas ransel hitam miliknya.
Suster itu tersenyum."Dokter Renal belum datang. Tapi saya akan menyampaikan tentang hal ini."
"Baiklah."
"Kalau begitu saya permisi." Suster itu berlalu pergi dari hadapan Naya.
Kini, Naya melangkah masuk ke dalam ruang rawat sang ibu. Wajah Naya langsung mendung menatap wanita paruh baya yang kini tengah terbaring lemah di atas brankar dan belum sadarkan diri.
"Ibu, sekarang aku sudah punya uang untuk operasi ibu. Semoga ibu tidak sakit lagi ya setelah operasi." Ucapan Naya tersirat harapan yang besar.
Naya menggenggam tangan keriput sang ibu. Air mata tak sanggup Naya bendung menatap ibunya. Hanya ibu yang ia miliki. Satu-satunya orang yang berusaha memberikan kehidupan yang layak walaupun pada akhirnya harus jatuh sakit dan menutupi segala kesakitan yang dirasakan selama ini.
"Setelah sembuh ibu tidak boleh bekerja lagi. Sekarang giliran aku yang menjadi tulang punggung. Aku tidak ingin ibu sakit-sakitan hanya untuk mencari uang untuk membayar uang kuliah ku. Hanya ibu yang aku miliki."
Naya memeluk ibu Ani yang terbaring dibrankar. Air mata semakin deras meluruh membasahi wajah wanita muda itu bersamaan dengan rasa sesak yang mencekik. Apapun akan ia lakukan demi keselamatan ibunya. Cinta dan sayang Naya jauh lebih besar daripada penyesalan yang mungkin akan ia dapatkan dikemudian hari karna pilihannya, demi bisa mendapatkan uang untuk biaya operasi.
Empat tahun kemudian β¦Suara tawa dan teriakan anak kecil mengisi sebuah kamar yang memiliki tiga kasur di dalamnya. Dua bocah berusia empat tahunan tampak berlari-larian dalam sana, mereka saling mengejar membuat sang kakak yang tengah fokus mengerjakan PR terlihat sangat terganggu."Jeva, Javier! Jangan teriak-teriak, kakak sedang mengerjakan tugas," tegur Levin lembut.Meskipun begitu, dua bocah kembar itu tak menggubris bahkan semakin menjadi-jadi membuat Levin frustasi dibuatnya. Levin yang kini berusia sepuluh tahun, tampak menggelengkan kepalanya. Dua adik kembarnya bukan hanya lucu tapi juga nakal.Levin membawa buku-buku pelajarannya keluar dari kamar. Ia akan mengerjakan tugasnya di perpustakaan pribadi milik ayahnya. "Kamu mau ke mana, Sayang?" Suara sang mama membuat Levin berbalik badan. Tinggi badan Levin hampir menyamai Naya, dulu terlihat kecil kini dengan cepat tumbuh besar. Levin semakin menyerupai Argio."Levin mau ke perpustakaan, mau ngerjain tugas," balasnya."
Saat semua tengah tertidur nyenyak, Naya terlihat gelisah dan tidak karuan berbaring di kasur. Beberapa kali ia berpindah-pindah posisi dari telentang, miring ke kanan dan ke kiri, namun tidak membuat rasa sakit di perutnya mereda.Argio yang berbaring di samping Naya, tampak terusik tidurnya. Perlahan ia membuka matanya dan mendapati Naya meringis kesakitan sambil memegangi perutnya."Kamu kenapa, Sayang?" "Perutku sakit, Mas. Perih."Argio segera bangun dari kasur lalu menyentuh perut Naya."Sebelumnya kamu makan apa? Tidak mungkin kamu akan melahirkan, usia kandunganmu belum sembilan bulan."Naya yang merintih kesakitan langsung terdiam. Ia mengingat-ingat sebelumnya makanan yang dikonsumsi dari pagi sampai malam."Sepertinya gara-gara makan mangga mentah. Soalnya sebelum tidur aku minta Merry mengupasnya mangga lagi."Argio geleng-geleng kepala mendengar jawaban Naya."Kan aku sudah bilang, jangan makan mangga kebanyakan, Sayang. Sekarang lihatlah sakit perut' kan.""Mas, marah?" M
"Adek jangan nakal diperut Mama, kasihan Mama." Omelan lucu keluar dari bibir mungil Levin. Tangan mungilnya menepuk-nepuk perut Naya lembut. Meskipun kondisi Naya saat ini lemah, namun ia tidak bisa menahan tawanya mendengar omelan putranya. Dan tidak lama Argio masuk ke dalam kamar dengan membawa teh jahe hangat. "Minum dulu, Sayang. Kata Bunda ini bagus untuk perempuan hamil yang mual-mual."Dengan penuh perhatian Argio membantu Naya meminum teh jahe tersebut. Pria itu benar-benar menaruh seluruh perhatiannya pada Naya. Dengan dibantu oleh Argio, Naya meminum teh jahe yang diberikan. "Terima kasih.""Sama-sama, Sayang.""Itu apa, Yah?" Levin menatap penasaran pada air yang baru saja diminum oleh sang bunda."Ini teh jahe supaya Mama tidak mual-mual lagi, Nak. Levin mau coba?" tawar Argio.Dengan cepat Levin menggeleng. Melihat warna minuman itu saja sudah membuat bocah itu tidak berminat. "Hari ini aku ada urusan mendadak, Sayang. Mungkin sore baru pulang. Tidak apa-apa' kan j
Pada akhirnya, Argio mengalah dan memutuskan untuk menuruti apa yang diinginkan oleh istrinya. Meskipun ia merasa kebingungan sendiri karena tidak pernah menyentuh peralatan dapur, apalagi memasak nasi goreng sebelumnya.Argio membuka aplikasi YouTube di ponselnya dan mencari konten yang menunjukkan cara memasak nasi goreng. Sementara Naya duduk dengan tenang di kursi dapur, sambil memakan biskuit kesukaannya, menunggu nasi goreng yang akan dibuat oleh Argio.Awalnya Argio tampak bingung, namun dengan pelan-pelan ia membuat nasi goreng itu dan sekitar 30 menitan nasi goreng yang Argio buat sudah jadi. Aroma wangi dari masakan Argio, membuat Naya bangkit dari tempat duduknya."Sudah jadi?" Naya menatap nasi goreng yang tak karuan tampilannya, tetapi sangat menggoda baginya.Argio mengangguk ragu. Ia memindahkan nasi goreng itu ke dalam piring."Kalau nasi gorengnya tidak enak, tidak usah di makan ya?"Naya mengangguk mengiakan ucapan suaminya. Mata Naya berbinar-binar menatap nasi gore
Setelah mengetahui bahwa Naya tengah mengandung. Tanpa berpikir panjang, Argio segera pergi dengan mobilnya entah ke mana. Beberapa jam kemudian, Argio kembali ke mansion dengan membawa begitu banyak belanjaan, termasuk rujak yang ia beli di pinggir jalan.Argio tahu betul bahwa wanita hamil seringkali memiliki selera makan yang berbeda, dan banyak yang menyukai makanan yang asam-asam. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk memanjakan Naya dengan makanan yang ia sukai, seperti rujak. Argio berharap dengan memberikan perhatian seperti ini, bisa membuat kehamilan kedua Naya menjadi lebih istimewa dan berbeda dari yang pertama.Anggap saja hal yang ia lakukan sekarang sebagai penebus atas kesalahan yang ia lakukan saat Naya hamil pertama dulu."Sayang, aku bawakan sesuatu untukmu!" seru Argio masuk ke dalam kamar dengan membawa piring berisi rujak.Naya duduk bersandar di bahu ranjang dengan wajah yang tampak pucat. Wanita itu merasa tubuhnya masih terasa lemah."Masih pusing?" Argio melet
Argio keluar dari mobil dengan terburu-buru, saat mendapatkan kabar Naya pingsan. Ia segera pulang ke mansion tanpa memperdulikan pekerjaannya yang belum selesai. Wajah pria itu terlihat sangat panik bercampur khawatir."Bagaimana bisa dia pingsan?" bentak Argio yang tampak marah pada para pelayan."Saya tidak tahu Tuan, tiba-tiba Nona Naya sudah tergeletak di lantai. Awalnya Nona Naya mengeluh tidak enak badan," jawab Merry, sedangkan pelayan lain tertunduk ketakutan.Argio mendengus dengan perasaan campur aduk antara khawatir dan panik, ia melanjutkan langkahnya dengan tergesa-gesa menuju kamar, dan dengan kasar membuka pintu kamar. Langsung ia menghampiri Naya yang belum sadarkan diri di atas kasur.Saat melihat Naya yang lemah dan tidak sadarkan diri, Argio merasa hatinya teriris melihat wajah pucat Naya. Argio duduk di samping Naya dan memegang tangannya dengan lembut."Sayang, bangun," ucap Argio lembut. Ia mencium tangan Naya berkali-kali.Takut, itulah yang Argio rasakan saat
"Silahkan di makan, Nona," ucap pelayan yang mengantarkan makanan untuk Naya.Pelayan berusia 30 tahunan itu tampak tersenyum-senyum melihat banyak bercak merah dibagian leher sang nona muda, membuat pelayan itu tidak bisa untuk tidak berpikiran kotor dengan apa yang ia lihat.Naya terlihat malu saat melihat arah tatapan pelayan. Ia menutupi seluruh tubuhnya sampai leher dengan selimut. "Terima kasih."Pelayan itu mengangguk lalu pamit undur diri dari kamar tersebut. Seharian Naya mengurung dirinya dalam kamar, ia benar-benar malu untuk sekadar menunjukkan wajahnya. Berbeda dengan Argio, pria itu seperti bunga mekar yang baru disiram air di pagi hari, dan saat ini Argio tengah pergi ke perusahaan karna ada sedikit masalah di sana.Dengan gerakkan lemas Naya mengambil makanan yang tersaji di meja. Dan saat ini ia tengah duduk bersandar di bahu ranjang. Dengan lahap ia menyantap makanan itu, bukan hanya kelaparan, namun tenaganya juga terkuras. Argio seperti singa yang sudah beberapa h
Naya melangkah keluar dari kamar mandi setelah melihat keadaan sekitar kamar yang tampak sepi, sepertinya Argio kembali keluar dari kamar. Ia melangkah sambil memeluk dirinya, kini ia mengenakan lingerie yang mertuanya berikan. Naya melihat pantulan dirinya di dalam cermin dan mengulum bibirnya. Lingerie yang ia kenakan sangat transparan, sehingga membuat celana dalam dan bra yang ia kenakan terlihat jelas. Rasa malu menyelimuti wajahnya."Lebih baik aku tidak mengenakan ini, aku malu," gumam Naya dengan wajah yang memerah.Ia berencana untuk kembali ke kamar mandi, tetapi suara pintu yang terbuka membuat bola matanya membulat sempurna. Tanpa pikir panjang, Naya langsung melompat ke kasur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, sehingga hanya kepala yang terlihat. Naya merasa sangat malu dan berharap Argio tidak melihatnya dalam keadaan seperti ini.Argio masuk ke dalam kamar sambil membawa laptop miliknya. Pria itu tersenyum pada Naya yang bersandar di bahu ranjang, wajah Naya
Mobil yang Argio kendarai berhenti disebuah pantai yang tampak sepi, membuat kening Naya mengernyit. Levin langsung menatap keluar jendela mobil melihat hamparan pantai yang begitu indah di tambah pemandangan matahari yang mulai tenggelam. "Kenapa kita ke sini?" tanya Naya menoleh ke arah suaminya."Kita istirahat dulu, kamu pernah ke pantai?" Argio balik bertanya. Naya menganggukkan kepalanya."Dulu pernah, tapi sekarang tidak pernah ke pantai lagi.""Ayah, kita ke pantai mau apa? Menangkap ikan?" Celotehan lucu Levin membuat Argio tertawa. Ia mencubit gemas pipi bulat putranya."Tidak, hanya beristirahat saja. Memangnya Levin mau menangkap ikan?"Dengan cepat Levin mengangguk. Bocah itu langsung membuka tas ransel miliknya lalu mengeluarkan pancingan mainan yang ia bawa. Argio yang melihat itu kembali tertawa, bisa-bisanya Levin membawa itu."Ayo sekarang kita turun." Argio lebih dulu turun lalu membukakan pintu mobil untuk istri dan anaknya.Hembusan angin pantai yang segar menerp
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen