Share

Bab 06

Penulis: Norwinda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-13 08:50:06

Gedoran pintu yang cukup keras membuat Bella bergegas membuka pintu apartemen miliknya. Wanita itu tampak terkejut ketika mendapati Argio sudah berdiri di depan pintu dengan raut wajah yang begitu menyeramkan.

Tanpa diberi tahu pun ia tahu maksud kedatangan pria itu ke sini apalagi ekpresi wajah Argio sudah menjelaskan semuanya.

"G-gio ... ada apa kamu ke sini?" Bella menampilkan wajah bingungnya membuat Argio yang melihat itu berdecih.

"Tidak perlu basa basi!" ketusnya.

Argio melangkah maju mendekati Bella yang melangkah mundur menjauhi. Wanita itu tampak gugup dengan raut wajah yang begitu tegang.

"Apa maksudmu membuat berita bohong itu?"

"A-aku tidak paham maksudmu, Gio. Memangnya aku melakukan apa?"

"Akh!" Bella terpekik kala Argio mencengkram lengannya. Ia merintih kesakitan dengan cengkraman yang semakin kuat dan tak berperasaan menekan kuku-kukunya di kulit mulus Bella.

"Aku tidak suka orang yang berbohong. Dan kamu sudah berani melakukan itu!"

"Oke, aku akui, memang aku yang melakukan itu. Tapi itu semua karna kamu menolak menjalin hubungan serius denganku, Gio. Aku sangat mencintaimu," lirihnya disertai ringisan kesakitan.

"Lalu? Kamu pikir dengan menyebarkan berita seperti itu aku akan mau menjalin hubungan denganmu? Jangan mimpi!"

Argio mendorong Bella cukup kasar membuat wanita itu jatuh tersungkur ke lantai. Perlakuan kasar yang pria itu berikan merupakan bentuk dari amarah yang sudah terpupuk di dalam dadanya. Ia tak segan-segan melakukan hal yang lebih kasar lagi dari ini.

"Akh ... sakit, kamu jahat Gio! Aku hanya ingin kamu membalas perasaanku!" Bella menangis terisak-isak dengan posisi masih terduduk di lantai.

Argio memutar bola matanya malas mendengar ocehan wanita di hadapannya sekarang.

"Sudah berapa kali aku katakan jangan pernah membawa-bawa perasaan. Tapi kamu sendiri yang melanggar, dan itu bukan salahku!"

"Sekali lagi kamu melakukan kesalahan yang sama ... aku bisa lebih kasar dari ini!" kecamnya tak main-main dengan ucapannya.

Bella mendadak membisu dengan ancaman pria tersebut. Argio berbalik badan lalu melangkah keluar dari apartemen Bella seraya membenarkan jas hitamnya.

"Sudah selesai?" tanya Hendrik ketika Argio baru saja sampai ke parkiran.

Hendrik memilih menunggu di parkiran apartemen tak ingin ikut campur dengan masalah Argio. Biarkan pria itu menyelesaikan masalahnya sendiri dengan orang yang bersangkutan.

"Sudah. Apa paman sudah melenyapkan berita yang menyebar?"

"Kamu tahu, apapun yang kamu perintahkan akan selalu aku lakukan dengan sempurna. Kamu bisa cek ponselmu."

Argio mengeluarkan ponsel dari saku celana hitamnya lalu memeriksa berita buruk yang sempat menyebar di media sosial. Ia menipiskan bibirnya, tersenyum.

"Bagus. Aku sangat suka kerja Paman yang sesuai keinginanku."

Hendrik yang mendengar pujian Argio merespon dengan senyuman simpul.

"Sekarang, kamu ingin pulang atau ke perusahaan?"

"Tentu ke perusahaan."

Malam hari pun tiba. Namun, Naya tampak setia berdiri di dekat gerbang mansion. Seharusnya wanita  itu sudah pulang dari tempat itu setelah pekerjaannya selesai. Naya memilih pulang pergi dari mansion agar tetap bisa menjaga sang ibu di rumah sakit. Sebenarnya Merry menawarkan Naya untuk menginap namun Naya menolak.

Senyuman tersungging di bibir pink pucat itu ketika cahaya lampu mobil muncul dari luar gerbang. Mobil yang Argio tumpangi sudah memasuki area pekarangan mansion. Naya segera menghampiri mobil yang kini berhenti di depan pelataran mansion.

"Tuan!"

Panggilan Naya yang cukup keras membuat Argio menoleh. Mata pria itu menyipit ketika wanita itu berlari menghampirinya. Wajah Naya tampak berbinar.

"Apa?" Satu kalimat yang terdengar datar meluncur dari bibir Argio kala Naya sudah berdiri di hadapannya.

Naya menatap Hendrik yang baru saja keluar dari mobil. Ia sedikit ragu mengatakan ini namun tidak ada pilihan lain. "Maaf sebelumnya Tuan, saya ingin minta tolong. Kali ini saja, ini terakhir."

Sebelah alis Argio terangkat, sedikit penasaran.

"Apa boleh saya meminjam uang 20 juta? Tidak apa-apa bila saya bekerja lebih lama lagi di mansion ini. Saya mohon, kali ini saja."

Naya menyatukan keduanya tangannya dengan penuh permohonan. Sorot matanya sangat mengharapkan belas kasihan Argio. Hendrik yang masih berada di tempat itu menyimak dan menunggu reaksi Argio yang tampak diam dengan kerutan halus di keningnya.

"Ini demi ibu saya. Besok dia harus segera operasi."

Argio menghela napas panjang. Pria itu memijit pangkal hidungnya. Setelah seharian menyelesaikan urusan pekerjaannya lalu di sambut dengan permintaan tolong wanita yang baru satu hari menjadi pelayan di mansionnya.

Naya begitu tak sabaran menunggu jawaban pria tersebut. Bathinnya tak henti-hentinya terus berdoa.

"Hendrik, berikan uang yang dia minta."

"Baik!"

Senyuman lebar langsung tersungging di bibir Naya. Kebahagiaan meletup-letup dalam benaknya. Ternyata benar kata Merry, tuan Argio sangatlah baik.

"Terima kasih, Tuan. Anda sangat baik sekali."

Terlalu bahagia sampai mencium tangan Argio membuat pria itu tersentak dan langsung menjauhkan tangannya dari Naya.

"Tidak perlu seperti itu! Sangat menjijikkan." Argio mengusap-usap tangannya yang disentuh Naya.

Kata-kata kasar yang keluar dari mulut Argio tampak tak berpengaruh apa-apa bagi Naya yang dilanda kebahagiaan. Akhirnya besok ibunya bisa menjalani operasi. Argio memilih segera masuk ke dalam mansion meninggalkan Naya yang tak henti-hentinya mengucap syukur.

Argio tampak begitu bosan mendengar ocehan yang terus keluar dari mulut seseorang yang tengah menelponnya. Ia baru saja membersihkan dirinya lalu tiba-tiba seseorang menelponnya. Sepertinya ia tidak dibiarkan untuk istirahat.

"Apa kamu paham dengan perkataan Bunda, Gio? Secepatnya tentukan pilihanmu pada para perempuan yang sudah Bunda pilihkan. Ingat umurmu itu sudah kepala tiga."

"Aku masih 27 tahun, belum 30 tahun, Bun," koreksi Argio menahan kesal.

"Sama saja. Umurmu sudah tua. Sekarang, kamu kirimkan foto perempuan yang kamu pilih setelah itu Bunda akan mengatur pertemuan kalian berdua. Di coba dulu, jangan terus menolak."

"Tapi, Bun_"

Tut!

Sambungan telpon itu langsung mati sebelum Argio menyelesaikan ucapannya. Ia mendengus kesal dan melempar ponselnya ke kasur.

"Sial. Kenapa harus dijodohkan!" umpatnya sambil meraup wajahnya kasar.

Dengan malas-malasan Argio bangkit dari kasur lalu melangkah ke bak sampah di mana tadi malam ia membuang lembaran foto beberapa wanita yang dikirimkan oleh sang Bunda.

"Ke mana foto itu?"

Argio menautkan alisnya ketika tidak mendapati foto-foto yang ia buang di bak sampah. Ia sampai menumpahkan isi dalam bak sampah tersebut yang berisi kertas dan catatan yang tak terpakai. Namun, hasilnya nihil. Ia tidak menemukannya.

"Jelas-jelas aku membuangnya di sini."

"Pasti pelayan yang membuangnya."

Perhatikan Argio teralihkan ketika melihat botol parfum miliknya tak tertutup. Dan posisi benda itu diletakkan di tempat yang salah.

Bab terkait

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 07

    "Siapa diantara kalian yang membersihkan kamarku?" Suara lantang dan nyaring Argio seperti suara petir menyambar, membuat pelayan yang dikumpulkan di ruang tengah tampak ketakutan di tambah aura tak bersahabat yang menguar dari wajah pria itu."Kenapa diam? Cepat jawab!" Salah satu pelayan melangkah maju dengan kepala tertunduk. Tubuhnya gemetar ketakutan. Takut menghadapi kemarahan sang tuan muda. "Sa-saya yang membersihkan kamar, Tuan muda," ucapnya dengan suara yang bergetar.Argio semakin menajamkan sorot matanya seolah tatapan pria itu mampu menembus sampai ke ulu hati. Pelayan yang lain saling pandangan satu sama lain, antara bingung dan takut karna tiba-tiba mereka di kumpulkan di tempat ini tanpa tahu alasannya. Ruangan itu hening beberapa saat sampai suara tegas Argio kembali terdengar."Apa kamu yang membuang semua sampah yang ada di kamarku termasuk foto para perempuan di tempat sampah itu?" Sontak hal itu langsung dibalas gelengan oleh pelayan yang bertugas membersihk

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13
  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 08

    Seorang pria tinggi tegap melangkah lebar memasuki bangunan yang begitu ramai di kunjungi para kaum pria. Aroma alkohol dan asap rokok menusuk ke indra penciuman Argio. Dengan langkah lebar ia memasuki tempat yang terdengar suara gemuruh musik yang cukup keras. Hendrik mengikuti Argio dari belakang. Pria berusia 50 tahunan itu selalu mengikuti Argio ke mana pun. Anggap saja ia malaikat pengawas untuk mencegah Argio melakukan hal-hal yang buruk.Sorot tajam Argio menatap sekitar bar yang sangat ramai malam ini. Terlalu fokus menelisik sekitar bar yang ia kunjungi, pria itu tiba-tiba saja menabrak seorang pelayan wanita yang hampir menjatuhkan sebotol wine yang wanita itu bawa."Kamu ..."Ucapan Argio terjeda kala manik hitamnya bertubrukan dengan mata coklat milik wanita yang ia kenali. Sementara wanita yang mengenakan blouse hitam ketat yang menampilkan lekuk tubuhnya dan rok di atas lutut, menegang sempurna ketika bersitatap dengan Argio."Ma-maafkan saya, Tuan," ucapnya terbata-bata

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13
  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 09

    Dengan kasar Argio mendorong Naya hingga jatuh ke atas kasur. Wanita itu menggeliat dengan pandangan yang tampak sayu. Minuman yang diberikan oleh tiga pria itu membuat Naya tak berdaya seperti ini bahkan penampilannya sudah tak karuan dan berantakan. Argio melangkah mundur, ia mengusap wajahnya kasar. Ia tak ingin lebih jauh lagi membantu wanita yang terbaring tak berdaya di atas kasur hotel itu. Yaa, ia membawa Naya ke hotel dan setelah itu ia akan pergi. Terlalu lama bersama Naya akan sangat bahaya apalagi wanita itu terlihat sangat menggoda di matanya. Dan entah mengapa, hasratnya langsung naik hanya melihat Naya seperti ini berbeda saat bersama wanita lain. Argio berbalik badan dan hendak keluar dari kamar tersebut namun suara barang jatuh membuat Argio berbalik badan. Mata pria itu sedikit melebar melihat Naya jatuh ke lantai beserta lampu hias yang terletak di dekat kasur. "Tuan." Suara panggilan Naya yang begitu lembut dan sendu menciptakan desiran aneh dalam benak Argio.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 10

    Naya terus melangkahkan kakinya dengan langkah yang tertatih-tatih, wajahnya pucat dan mata yang tampak kosong. Air mata terus merembes dari pelupuk mata yang sembab, sesekali ia mengusapnya. Wanita muda itu terpaksa harus pulang ke rumah dengan berjalan kaki, ia tidak memiliki uang sepeser pun. Naya terlihat sangat menyedihkan setelah mahkotanya direnggut lalu ditinggalkan begitu saja seperti seorang wanita bayaran. Yang membuat Naya semakin hancur mahkotanya direnggut saat ia tidak sadar karna pengaruh minuman memabukkan itu. Dengan tangan gemetar Naya memutar handel pintu rumah kontrakannya setelah satu jam berjalan kaki. Beruntung sang ibu masih di rawat di rumah sakit, setidaknya bu Ani tidak tahu apa yang terjadi pada putrinya. Naya memilih masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Air matanya semakin meluruh ketika melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Bercak merah kebiruan tercetak jelas di sekujur tubuh. Bagian pangkal pahanya terasa sangat sakit. Naya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 11

    Satu bulan berlalu... Tak terasa sudah satu bulan sejak Naya meninggalkan kota kelahirannya. Bukan hanya karena ia takut dengan ancaman Argio, tetapi juga karna ia ingin melupakan semua kejadian buruk yang telah menimpanya. Meskipun sudah satu bulan berlalu, Naya tidak sepenuhnya melupakan kejadian pahit itu. Rasanya seolah-olah kejadian tersebut telah melekat di dalam ingatan hingga sulit untuk dilupakan.Namun, ia sedikit merasa tenang dan tidak merasa tertekan seperti awal-awal kejadian pedih itu. Naya juga memilih untuk mengambil cuti kuliah, tentu hal itu ditentang oleh sang ibu. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak ingin mempersulit ibunya dan menambah beban mengeluaran yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keduanya dan membayar uang sewa rumah. Ia juga tidak memperbolehkan ibunya untuk bekerja.Bahkan Naya juga tak menggunakan cek yang Argio berikan. Ia hanya menyimpan cek itu. Sekarang Naya bekerja sebagai pelayan self service. Beruntung ia mendapatkan pekerjaan setelah dua

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 12

    Langkah Naya terhenti ketika sebuah mobil sedan hitam berhenti tepat di hadapannya. Tak lama pintu mobil terbuka dan seseorang keluar dari sana. Mata Naya membulat sempurna ketika melihat wajah orang tersebut. Ia melangkah mundur dengan perasaan diliputi ketakutan dan cemas.Argio menatap lurus ke arah Naya dengan tatapan yang dingin. Ia melangkah lebar ke arah wanita tersebut yang gemetar ketakutan. Naya hendak melarikan diri, namun dengan cepat pria itu mencekal pergelangan tangannya."Lepaskan aku!" Naya berusaha melepaskan cengkraman Argio di pergelangan tangannya."Apa kamu hamil?"Tanpa ingin basa basi Argio langsung melontarkan pertanyaan yang membuat tubuh Naya seketika membeku dengan wajah yang menegang. Kedua matanya bergulir. Dari mana pria itu tahu ia hamil?"A-aku tidak hamil. Lepaskan aku. Aku tidak ingin berurusan denganmu lagi!" racau Naya sedikit lantang.Naya meringis ketika Argio sengaja memperkuat cengkramannya di pergelangan tangan Naya."Benarkah? Kamu kira aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 13

    Ibu Ani membantu Naya berbaring ke kasur. Tubuh wanita muda itu begitu lemas setelah memuntahkan isi dalam perutnya. Bahkan kepalanya sangat pusing."Sekarang kamu istirahat, Nak. Ibu akan membuatkan teh jahe untukmu," ucap ibu Ani mengusap penuh kasih sayang kepala Naya.Wanita itu mengangguk lemah dengan kedua mata terpejam merasakan rasa pusing yang semakin menjadi-jadi. Ia merasa rumah ini seperti berputar-putar. Ibu Ani keluar dari kamar menuju dapur."Bila aku terus seperti ini bagaimana bisa bekerja," gumam Naya merutuki keadaannya sekarang. Apalagi ia menjadi tulang punggung.Sekitar beberapa menit ibu Ani kembali masuk ke dalam kamar, membawa secangkir teh jahe hangat. Minuman ini sangat cocok untuk masuk angin termasuk meredakan kondisi saluran napas dan hidung tersumbat."Ayo minum dulu, Nak." Wanita paruh baya itu membantu Naya bangkit dari kasur lalu memberikan secangkir teh jahe hangat."Sebaiknya besok libur saja bekerjanya. Ibu tidak tega melihat kamu bekerja dengan ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 14

    Naya mengkerutkan keningnya ketika merasakan hawa dingin yang membuat tubuhnya sedikit mengigil. Perlahan ia membuka matanya. Ia menatap langit-langit kamar yang tampak asing baginya. Perlahan ia bangun dari kasur tempat ia berbaring sekarang. Naya mengedarkan pandangan matanya ke setiap sudut kamar yang didominasi warna abu-abu. Kamar ini begitu luas dan mewah. "Kenapa aku ada di sini?" gumamnya kebingungan. Dengan badan yang terasa lemas Naya bangkit dari kasur. Sambil melangkah ke arah pintu keluar kamar, Naya berusaha mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi, tapi semakin ia berusaha mengingatnya yang ada kepalanya semakin pusing. Naya memutar handel pintu. Keningnya mengkerut ketika melihat bagian luar kamar yang tak asing, ia seperti pernah ke sini. Ia melangkah mendekati bagian balkon dalam mansion tersebut. Matanya menatap ke lantai bawah di mana para pelayan tengah sibuk mengerjakan tugas mereka. Dan mata Naya tertuju pada Merry yang tengah bicara dengan salah satu pel

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-19

Bab terbaru

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 81

    Empat tahun kemudian …Suara tawa dan teriakan anak kecil mengisi sebuah kamar yang memiliki tiga kasur di dalamnya. Dua bocah berusia empat tahunan tampak berlari-larian dalam sana, mereka saling mengejar membuat sang kakak yang tengah fokus mengerjakan PR terlihat sangat terganggu."Jeva, Javier! Jangan teriak-teriak, kakak sedang mengerjakan tugas," tegur Levin lembut.Meskipun begitu, dua bocah kembar itu tak menggubris bahkan semakin menjadi-jadi membuat Levin frustasi dibuatnya. Levin yang kini berusia sepuluh tahun, tampak menggelengkan kepalanya. Dua adik kembarnya bukan hanya lucu tapi juga nakal.Levin membawa buku-buku pelajarannya keluar dari kamar. Ia akan mengerjakan tugasnya di perpustakaan pribadi milik ayahnya. "Kamu mau ke mana, Sayang?" Suara sang mama membuat Levin berbalik badan. Tinggi badan Levin hampir menyamai Naya, dulu terlihat kecil kini dengan cepat tumbuh besar. Levin semakin menyerupai Argio."Levin mau ke perpustakaan, mau ngerjain tugas," balasnya."

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 80

    Saat semua tengah tertidur nyenyak, Naya terlihat gelisah dan tidak karuan berbaring di kasur. Beberapa kali ia berpindah-pindah posisi dari telentang, miring ke kanan dan ke kiri, namun tidak membuat rasa sakit di perutnya mereda.Argio yang berbaring di samping Naya, tampak terusik tidurnya. Perlahan ia membuka matanya dan mendapati Naya meringis kesakitan sambil memegangi perutnya."Kamu kenapa, Sayang?" "Perutku sakit, Mas. Perih."Argio segera bangun dari kasur lalu menyentuh perut Naya."Sebelumnya kamu makan apa? Tidak mungkin kamu akan melahirkan, usia kandunganmu belum sembilan bulan."Naya yang merintih kesakitan langsung terdiam. Ia mengingat-ingat sebelumnya makanan yang dikonsumsi dari pagi sampai malam."Sepertinya gara-gara makan mangga mentah. Soalnya sebelum tidur aku minta Merry mengupasnya mangga lagi."Argio geleng-geleng kepala mendengar jawaban Naya."Kan aku sudah bilang, jangan makan mangga kebanyakan, Sayang. Sekarang lihatlah sakit perut' kan.""Mas, marah?" M

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 79

    "Adek jangan nakal diperut Mama, kasihan Mama." Omelan lucu keluar dari bibir mungil Levin. Tangan mungilnya menepuk-nepuk perut Naya lembut. Meskipun kondisi Naya saat ini lemah, namun ia tidak bisa menahan tawanya mendengar omelan putranya. Dan tidak lama Argio masuk ke dalam kamar dengan membawa teh jahe hangat. "Minum dulu, Sayang. Kata Bunda ini bagus untuk perempuan hamil yang mual-mual."Dengan penuh perhatian Argio membantu Naya meminum teh jahe tersebut. Pria itu benar-benar menaruh seluruh perhatiannya pada Naya. Dengan dibantu oleh Argio, Naya meminum teh jahe yang diberikan. "Terima kasih.""Sama-sama, Sayang.""Itu apa, Yah?" Levin menatap penasaran pada air yang baru saja diminum oleh sang bunda."Ini teh jahe supaya Mama tidak mual-mual lagi, Nak. Levin mau coba?" tawar Argio.Dengan cepat Levin menggeleng. Melihat warna minuman itu saja sudah membuat bocah itu tidak berminat. "Hari ini aku ada urusan mendadak, Sayang. Mungkin sore baru pulang. Tidak apa-apa' kan j

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 78

    Pada akhirnya, Argio mengalah dan memutuskan untuk menuruti apa yang diinginkan oleh istrinya. Meskipun ia merasa kebingungan sendiri karena tidak pernah menyentuh peralatan dapur, apalagi memasak nasi goreng sebelumnya.Argio membuka aplikasi YouTube di ponselnya dan mencari konten yang menunjukkan cara memasak nasi goreng. Sementara Naya duduk dengan tenang di kursi dapur, sambil memakan biskuit kesukaannya, menunggu nasi goreng yang akan dibuat oleh Argio.Awalnya Argio tampak bingung, namun dengan pelan-pelan ia membuat nasi goreng itu dan sekitar 30 menitan nasi goreng yang Argio buat sudah jadi. Aroma wangi dari masakan Argio, membuat Naya bangkit dari tempat duduknya."Sudah jadi?" Naya menatap nasi goreng yang tak karuan tampilannya, tetapi sangat menggoda baginya.Argio mengangguk ragu. Ia memindahkan nasi goreng itu ke dalam piring."Kalau nasi gorengnya tidak enak, tidak usah di makan ya?"Naya mengangguk mengiakan ucapan suaminya. Mata Naya berbinar-binar menatap nasi gore

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 77

    Setelah mengetahui bahwa Naya tengah mengandung. Tanpa berpikir panjang, Argio segera pergi dengan mobilnya entah ke mana. Beberapa jam kemudian, Argio kembali ke mansion dengan membawa begitu banyak belanjaan, termasuk rujak yang ia beli di pinggir jalan.Argio tahu betul bahwa wanita hamil seringkali memiliki selera makan yang berbeda, dan banyak yang menyukai makanan yang asam-asam. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk memanjakan Naya dengan makanan yang ia sukai, seperti rujak. Argio berharap dengan memberikan perhatian seperti ini, bisa membuat kehamilan kedua Naya menjadi lebih istimewa dan berbeda dari yang pertama.Anggap saja hal yang ia lakukan sekarang sebagai penebus atas kesalahan yang ia lakukan saat Naya hamil pertama dulu."Sayang, aku bawakan sesuatu untukmu!" seru Argio masuk ke dalam kamar dengan membawa piring berisi rujak.Naya duduk bersandar di bahu ranjang dengan wajah yang tampak pucat. Wanita itu merasa tubuhnya masih terasa lemah."Masih pusing?" Argio melet

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 76

    Argio keluar dari mobil dengan terburu-buru, saat mendapatkan kabar Naya pingsan. Ia segera pulang ke mansion tanpa memperdulikan pekerjaannya yang belum selesai. Wajah pria itu terlihat sangat panik bercampur khawatir."Bagaimana bisa dia pingsan?" bentak Argio yang tampak marah pada para pelayan."Saya tidak tahu Tuan, tiba-tiba Nona Naya sudah tergeletak di lantai. Awalnya Nona Naya mengeluh tidak enak badan," jawab Merry, sedangkan pelayan lain tertunduk ketakutan.Argio mendengus dengan perasaan campur aduk antara khawatir dan panik, ia melanjutkan langkahnya dengan tergesa-gesa menuju kamar, dan dengan kasar membuka pintu kamar. Langsung ia menghampiri Naya yang belum sadarkan diri di atas kasur.Saat melihat Naya yang lemah dan tidak sadarkan diri, Argio merasa hatinya teriris melihat wajah pucat Naya. Argio duduk di samping Naya dan memegang tangannya dengan lembut."Sayang, bangun," ucap Argio lembut. Ia mencium tangan Naya berkali-kali.Takut, itulah yang Argio rasakan saat

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 75

    "Silahkan di makan, Nona," ucap pelayan yang mengantarkan makanan untuk Naya.Pelayan berusia 30 tahunan itu tampak tersenyum-senyum melihat banyak bercak merah dibagian leher sang nona muda, membuat pelayan itu tidak bisa untuk tidak berpikiran kotor dengan apa yang ia lihat.Naya terlihat malu saat melihat arah tatapan pelayan. Ia menutupi seluruh tubuhnya sampai leher dengan selimut. "Terima kasih."Pelayan itu mengangguk lalu pamit undur diri dari kamar tersebut. Seharian Naya mengurung dirinya dalam kamar, ia benar-benar malu untuk sekadar menunjukkan wajahnya. Berbeda dengan Argio, pria itu seperti bunga mekar yang baru disiram air di pagi hari, dan saat ini Argio tengah pergi ke perusahaan karna ada sedikit masalah di sana.Dengan gerakkan lemas Naya mengambil makanan yang tersaji di meja. Dan saat ini ia tengah duduk bersandar di bahu ranjang. Dengan lahap ia menyantap makanan itu, bukan hanya kelaparan, namun tenaganya juga terkuras. Argio seperti singa yang sudah beberapa h

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 74

    Naya melangkah keluar dari kamar mandi setelah melihat keadaan sekitar kamar yang tampak sepi, sepertinya Argio kembali keluar dari kamar. Ia melangkah sambil memeluk dirinya, kini ia mengenakan lingerie yang mertuanya berikan. Naya melihat pantulan dirinya di dalam cermin dan mengulum bibirnya. Lingerie yang ia kenakan sangat transparan, sehingga membuat celana dalam dan bra yang ia kenakan terlihat jelas. Rasa malu menyelimuti wajahnya."Lebih baik aku tidak mengenakan ini, aku malu," gumam Naya dengan wajah yang memerah.Ia berencana untuk kembali ke kamar mandi, tetapi suara pintu yang terbuka membuat bola matanya membulat sempurna. Tanpa pikir panjang, Naya langsung melompat ke kasur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, sehingga hanya kepala yang terlihat. Naya merasa sangat malu dan berharap Argio tidak melihatnya dalam keadaan seperti ini.Argio masuk ke dalam kamar sambil membawa laptop miliknya. Pria itu tersenyum pada Naya yang bersandar di bahu ranjang, wajah Naya

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 73

    Mobil yang Argio kendarai berhenti disebuah pantai yang tampak sepi, membuat kening Naya mengernyit. Levin langsung menatap keluar jendela mobil melihat hamparan pantai yang begitu indah di tambah pemandangan matahari yang mulai tenggelam. "Kenapa kita ke sini?" tanya Naya menoleh ke arah suaminya."Kita istirahat dulu, kamu pernah ke pantai?" Argio balik bertanya. Naya menganggukkan kepalanya."Dulu pernah, tapi sekarang tidak pernah ke pantai lagi.""Ayah, kita ke pantai mau apa? Menangkap ikan?" Celotehan lucu Levin membuat Argio tertawa. Ia mencubit gemas pipi bulat putranya."Tidak, hanya beristirahat saja. Memangnya Levin mau menangkap ikan?"Dengan cepat Levin mengangguk. Bocah itu langsung membuka tas ransel miliknya lalu mengeluarkan pancingan mainan yang ia bawa. Argio yang melihat itu kembali tertawa, bisa-bisanya Levin membawa itu."Ayo sekarang kita turun." Argio lebih dulu turun lalu membukakan pintu mobil untuk istri dan anaknya.Hembusan angin pantai yang segar menerp

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status