Share

Bab 07

Penulis: Norwinda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-13 10:30:45

"Siapa diantara kalian yang membersihkan kamarku?" 

Suara lantang dan nyaring Argio seperti suara petir menyambar, membuat pelayan yang dikumpulkan di ruang tengah tampak ketakutan di tambah aura tak bersahabat yang menguar dari wajah pria itu.

"Kenapa diam? Cepat jawab!" 

Salah satu pelayan melangkah maju dengan kepala tertunduk. Tubuhnya gemetar ketakutan. Takut menghadapi kemarahan sang tuan muda. 

"Sa-saya yang membersihkan kamar, Tuan muda," ucapnya dengan suara yang bergetar.

Argio semakin menajamkan sorot matanya seolah tatapan pria itu mampu menembus sampai ke ulu hati. Pelayan yang lain saling pandangan satu sama lain, antara bingung dan takut karna tiba-tiba mereka di kumpulkan di tempat ini tanpa tahu alasannya. 

Ruangan itu hening beberapa saat sampai suara tegas Argio kembali terdengar.

"Apa kamu yang membuang semua sampah yang ada di kamarku termasuk foto para perempuan di tempat sampah itu?" 

Sontak hal itu langsung dibalas gelengan oleh pelayan yang bertugas membersihkan kamar tuan muda."Tidak, Tuan. Saya sama sekali tidak menyentuh tempat sampah yang ada di kamar, Tuan."

Sebelah alis Argio terangkat mendengar jawaban pelayan tersebut. Namun, tak lama suara Merry membuat para pelayan termasuk Argio menatap ke arahnya.

"Sepertinya Naya yang membuang sampah itu, Tuan. Tadi pagi saya memintanya untuk mengambil pakaian kotor, Tuan muda," sahut Merry. Sungguh, Merry tidak berniat menarik Naya dalam masalah ini tapi bagaimana pun ia tidak mungkin berbohong dengan tuan muda.

"Naya? Maksudmu pelayan baru itu?" 

Merry mengangguk. Argio terdiam sejenak. 

"Besok pagi suruh dia untuk segera menemuiku di kamar."

Merry kembali mengangguk."Baik, Tuan Muda."

Setelah mengatakan itu Argio melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya. Para pelayan yang berada di ruang tamu tampak bernapas lega setelah kepergian Argio. 

"Sebenarnya apa yang terjadi, Bi Merry? Kenapa kita tiba-tiba di kumpulkan di sini hanya perkara sampah," ucap Lusi yang beberapa saat lalu begitu tegang.

"Aku pun tidak tahu. Tuan Muda juga tidak mengatakan titik masalahnya."

"Apa jangan-jangan di tempat sampah itu ada surat penting?" timpal salah satu pelayan yang lain. 

"Mungkin. Sekarang kembali bekerja." perintah Merry. 

Merry bukan hanya pelayan di mansion ini tapi menjadi kepala pelayan yang bertanggung jawab dan mengawasi pekerjaan pelayan yang lain.

10:00 pagi

Naya menggenggam erat tangan keriput sang ibu yang kini di bawa ke ruang operasi. Pagi ini bu Ani akan menjalani operasi transplantasi paru-paru yang akan berlangsung selama tiga jam. Wanita paruh baya itu sudah tak sadarkan diri setelah dokter memberikan suntikan obat bius.

Awalnya bu Ani menolak untuk melakukan operasi karna memikirkan biaya, tapi Naya berusaha membujuk dan terpaksa menciptakan kebohongan hingga bu Ani setuju untuk melakukan operasi besar ini.

"Maaf, anda tidak boleh ikut masuk, tunggu di luar!" 

Suster menahan Naya ketika hendak ikut masuk ke dalam ruang operasi. Rasanya ia ingin menemani ibunya. Dengan lemah Naya mengangguk, mematuhi ucapan suster tersebut. Air mata tak sanggup Naya bendung. Doa terus bergumam dalam hatinya untuk kelancaran operasi orang tuanya. Ia berharap operasi berjalan lancar dan ibu bisa sehat seperti dulu.

"Ya Tuhan, semoga operasi Ibu berjalan lancar. Hanya Ibu yang aku miliki."

Jika bu Ani pergi meninggalkannya, ke mana lagi ia akan pulang. Sementara ibu adalah rumah ternyaman dan obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan segala luka di hati yang ia rasakan. Naya menundukkan kepalanya membiarkan air mata meluruh begitu derasnya.

"Naya." Panggilan dan sentuhan seseorang di pundaknya membuat Naya mendongak dan dengan cepat menghapus air mata yang membasahi pipinya.

"Intan?"

Wanita muda bernama Intan itu langsung memeluk Naya. Ia mengusap punggung sahabatnya lembut. Ia bisa merasakan tubuh Naya yang gemetar.

"Sabar ya, Nay," ucap Intan seraya menguraikan pelukannya."Aku baru tahu ibumu akan menjalani operasi. Tapi ... di mana kamu dapat biaya untuk operasi ibumu?"

Bukan tanpa alasan Intan menanyakan ini. Ia tahu betul sahabatnya hidup dalam ekonomi yang cukup sulit bahkan untuk membayar uang kuliah selalu terlambat dan terkena denda.

"Aku meminjam uang pada seseorang, Tan."

"Meminjam? Dengan siapa?"

Naya mengigit bibirnya kelu, ia begitu ragu mengatakan yang sebenarnya apalagi uang yang ia dapatkan berawal dari ia yang ingin menjual keperawanannya."Aku tidak bisa mengatakan siapa orangnya, yang jelas dia sudah begitu baik meminjamkan uang untukku."

Intan manggut-manggut mengerti.

"Aku datang ke rumah sakit ini juga ingin menawarkan pekerjaan. Tapi aku kurang yakin kamu akan menerima tawaran pekerjaan ini."

"Memangnya pekerjaan apa yang ingin kamu tawarkan?" Naya sedikit antusias menanyakan pekerjaan yang ditawarkan Intan.

Setidaknya ia bisa melunasi hutang yang ia pinjam pada Argio dan ia tidak menjadi pelayan di mansion tersebut. Jujur, bekerja tanpa gaji di sana akan membuat ia sulit memenuhi kebutuhan hidupnya.

Intan mengusap tengkuknya, tampak ragu mengatakannya."Jadi pelayan Bar. Kamu tahu 'kan Bar yang cukup terkenal di kota ini, dia sedang mencari wanita muda untuk menjadi pelayan di sana. Gajinya juga sangat besar sekitar 5 jutaan."

"Kamu hanya mengantarkan pesanan pelanggan. Kalau beruntung kamu juga akan diberikan tip oleh pelanggan yang kebanyakan orang kaya."

Naya tampak tergiur mendengar tawaran tersebut.

"Nanti kamu juga akan diberikan bonus sama Bos."

Naya menghitung-hitung uang yang akan ia dapat dalam beberapa bulan bekerja di sana. Sepertinya ini akan menjadi jalan satu-satunya agar ia bisa melunasi hutang pada Argio.

"Bagaimana? Kamu mau atau tidak? Kalau tidak mau, pekerjaan ini akan aku tawarkan ke teman yang lain."

Naya mengangguk tanpa berpikir dua kali. Ia sangat butuh pekerjaan dengan gaji yang cukup memenuhi kebutuhan ia dan ibunya serta melunasi hutang."Aku mau bekerja di sana."

"Baiklah. Nanti aku telpon, Om ku. Soalnya dia manejer di Bar itu."

"Terima kasih ya, Intan!" Naya begitu sumringah. Ia sampai memeluk sahabatnya tersebut. Bahkan ketakutan dan kesedihan yang Naya rasakan sedikit berkurang.

Argio terus mengetuk-ngetuk sepatunya ke lantai. Tatapan pria itu memang fokus ke lembaran berkas yang baru saja diantar sekretarisnya, namun pikirannya terbang melayang ke tempat lain. Ia benar-benar tidak fokus.

"Sepertinya perempuan itu ingin bermain-main denganku. Setelah ku pinjamkan uang dia tiba-tiba menghilang tanpa kabar," desisnya penuh kekesalan.

Masalah foto wanita yang orang tuanya berikan belum ia dapatkan dan sekarang pelayan bodoh itu hilang bagai di telan bumi.

"Apa kamu memanggilku, Argio?" Hendrik melangkah masuk ke dalam ruang kerja Argio. 

Argio mengangguk samar lalu menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya. Hendrik melangkah hingga berdiri tepat di depan meja Argio.

"Kamu cari Naya. Sudah tiga hari perempuan itu tidak datang ke mansion. Aku rasa dia kabur dan melanggar perjanjian." 

"Mungkin perempuan itu sedang ada keperluan sampai tidak datang ke mansion. Jangan berpikir buruk terlebih dahulu," nasehat Hendrik yang tetap berpikiran positif. Argio berdecak kesal.

"Aku lebih tahu daripada Paman. Apa Paman lupa aku sudah memberikannya uang 70 juta, itu bukan jumlah yang sedikit. Seekarang dia menghilang begitu saja. Bahkan uang sebanyak itu mampu menyewa beberapa perempuan penghibur!" sentaknya. Raut kemarahan tergambar jelas di wajah Argio. Ia merasa di bohongi bahkan sangat dirugikan oleh wanita kampungan itu.

"Aku tidak mau tahu, Paman cari Naya sampai dapat. Kalau perlu seret dia sampai ke hadapanku!" perintah Argio tanpa ingin dibantah.

Hendrik menghela napas berat. Jika pria itu sudah memerintah ia tidak bisa menolaknya.

Bab terkait

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 08

    Seorang pria tinggi tegap melangkah lebar memasuki bangunan yang begitu ramai di kunjungi para kaum pria. Aroma alkohol dan asap rokok menusuk ke indra penciuman Argio. Dengan langkah lebar ia memasuki tempat yang terdengar suara gemuruh musik yang cukup keras. Hendrik mengikuti Argio dari belakang. Pria berusia 50 tahunan itu selalu mengikuti Argio ke mana pun. Anggap saja ia malaikat pengawas untuk mencegah Argio melakukan hal-hal yang buruk.Sorot tajam Argio menatap sekitar bar yang sangat ramai malam ini. Terlalu fokus menelisik sekitar bar yang ia kunjungi, pria itu tiba-tiba saja menabrak seorang pelayan wanita yang hampir menjatuhkan sebotol wine yang wanita itu bawa."Kamu ..."Ucapan Argio terjeda kala manik hitamnya bertubrukan dengan mata coklat milik wanita yang ia kenali. Sementara wanita yang mengenakan blouse hitam ketat yang menampilkan lekuk tubuhnya dan rok di atas lutut, menegang sempurna ketika bersitatap dengan Argio."Ma-maafkan saya, Tuan," ucapnya terbata-bata

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-13
  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 09

    Dengan kasar Argio mendorong Naya hingga jatuh ke atas kasur. Wanita itu menggeliat dengan pandangan yang tampak sayu. Minuman yang diberikan oleh tiga pria itu membuat Naya tak berdaya seperti ini bahkan penampilannya sudah tak karuan dan berantakan. Argio melangkah mundur, ia mengusap wajahnya kasar. Ia tak ingin lebih jauh lagi membantu wanita yang terbaring tak berdaya di atas kasur hotel itu. Yaa, ia membawa Naya ke hotel dan setelah itu ia akan pergi. Terlalu lama bersama Naya akan sangat bahaya apalagi wanita itu terlihat sangat menggoda di matanya. Dan entah mengapa, hasratnya langsung naik hanya melihat Naya seperti ini berbeda saat bersama wanita lain. Argio berbalik badan dan hendak keluar dari kamar tersebut namun suara barang jatuh membuat Argio berbalik badan. Mata pria itu sedikit melebar melihat Naya jatuh ke lantai beserta lampu hias yang terletak di dekat kasur. "Tuan." Suara panggilan Naya yang begitu lembut dan sendu menciptakan desiran aneh dalam benak Argio.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 10

    Naya terus melangkahkan kakinya dengan langkah yang tertatih-tatih, wajahnya pucat dan mata yang tampak kosong. Air mata terus merembes dari pelupuk mata yang sembab, sesekali ia mengusapnya. Wanita muda itu terpaksa harus pulang ke rumah dengan berjalan kaki, ia tidak memiliki uang sepeser pun. Naya terlihat sangat menyedihkan setelah mahkotanya direnggut lalu ditinggalkan begitu saja seperti seorang wanita bayaran. Yang membuat Naya semakin hancur mahkotanya direnggut saat ia tidak sadar karna pengaruh minuman memabukkan itu. Dengan tangan gemetar Naya memutar handel pintu rumah kontrakannya setelah satu jam berjalan kaki. Beruntung sang ibu masih di rawat di rumah sakit, setidaknya bu Ani tidak tahu apa yang terjadi pada putrinya. Naya memilih masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Air matanya semakin meluruh ketika melepaskan semua pakaian yang melekat di tubuhnya. Bercak merah kebiruan tercetak jelas di sekujur tubuh. Bagian pangkal pahanya terasa sangat sakit. Naya

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 11

    Satu bulan berlalu... Tak terasa sudah satu bulan sejak Naya meninggalkan kota kelahirannya. Bukan hanya karena ia takut dengan ancaman Argio, tetapi juga karna ia ingin melupakan semua kejadian buruk yang telah menimpanya. Meskipun sudah satu bulan berlalu, Naya tidak sepenuhnya melupakan kejadian pahit itu. Rasanya seolah-olah kejadian tersebut telah melekat di dalam ingatan hingga sulit untuk dilupakan.Namun, ia sedikit merasa tenang dan tidak merasa tertekan seperti awal-awal kejadian pedih itu. Naya juga memilih untuk mengambil cuti kuliah, tentu hal itu ditentang oleh sang ibu. Tapi mau bagaimana lagi, ia tidak ingin mempersulit ibunya dan menambah beban mengeluaran yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keduanya dan membayar uang sewa rumah. Ia juga tidak memperbolehkan ibunya untuk bekerja.Bahkan Naya juga tak menggunakan cek yang Argio berikan. Ia hanya menyimpan cek itu. Sekarang Naya bekerja sebagai pelayan self service. Beruntung ia mendapatkan pekerjaan setelah dua

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 12

    Langkah Naya terhenti ketika sebuah mobil sedan hitam berhenti tepat di hadapannya. Tak lama pintu mobil terbuka dan seseorang keluar dari sana. Mata Naya membulat sempurna ketika melihat wajah orang tersebut. Ia melangkah mundur dengan perasaan diliputi ketakutan dan cemas.Argio menatap lurus ke arah Naya dengan tatapan yang dingin. Ia melangkah lebar ke arah wanita tersebut yang gemetar ketakutan. Naya hendak melarikan diri, namun dengan cepat pria itu mencekal pergelangan tangannya."Lepaskan aku!" Naya berusaha melepaskan cengkraman Argio di pergelangan tangannya."Apa kamu hamil?"Tanpa ingin basa basi Argio langsung melontarkan pertanyaan yang membuat tubuh Naya seketika membeku dengan wajah yang menegang. Kedua matanya bergulir. Dari mana pria itu tahu ia hamil?"A-aku tidak hamil. Lepaskan aku. Aku tidak ingin berurusan denganmu lagi!" racau Naya sedikit lantang.Naya meringis ketika Argio sengaja memperkuat cengkramannya di pergelangan tangan Naya."Benarkah? Kamu kira aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 13

    Ibu Ani membantu Naya berbaring ke kasur. Tubuh wanita muda itu begitu lemas setelah memuntahkan isi dalam perutnya. Bahkan kepalanya sangat pusing."Sekarang kamu istirahat, Nak. Ibu akan membuatkan teh jahe untukmu," ucap ibu Ani mengusap penuh kasih sayang kepala Naya.Wanita itu mengangguk lemah dengan kedua mata terpejam merasakan rasa pusing yang semakin menjadi-jadi. Ia merasa rumah ini seperti berputar-putar. Ibu Ani keluar dari kamar menuju dapur."Bila aku terus seperti ini bagaimana bisa bekerja," gumam Naya merutuki keadaannya sekarang. Apalagi ia menjadi tulang punggung.Sekitar beberapa menit ibu Ani kembali masuk ke dalam kamar, membawa secangkir teh jahe hangat. Minuman ini sangat cocok untuk masuk angin termasuk meredakan kondisi saluran napas dan hidung tersumbat."Ayo minum dulu, Nak." Wanita paruh baya itu membantu Naya bangkit dari kasur lalu memberikan secangkir teh jahe hangat."Sebaiknya besok libur saja bekerjanya. Ibu tidak tega melihat kamu bekerja dengan ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 14

    Naya mengkerutkan keningnya ketika merasakan hawa dingin yang membuat tubuhnya sedikit mengigil. Perlahan ia membuka matanya. Ia menatap langit-langit kamar yang tampak asing baginya. Perlahan ia bangun dari kasur tempat ia berbaring sekarang. Naya mengedarkan pandangan matanya ke setiap sudut kamar yang didominasi warna abu-abu. Kamar ini begitu luas dan mewah. "Kenapa aku ada di sini?" gumamnya kebingungan. Dengan badan yang terasa lemas Naya bangkit dari kasur. Sambil melangkah ke arah pintu keluar kamar, Naya berusaha mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi, tapi semakin ia berusaha mengingatnya yang ada kepalanya semakin pusing. Naya memutar handel pintu. Keningnya mengkerut ketika melihat bagian luar kamar yang tak asing, ia seperti pernah ke sini. Ia melangkah mendekati bagian balkon dalam mansion tersebut. Matanya menatap ke lantai bawah di mana para pelayan tengah sibuk mengerjakan tugas mereka. Dan mata Naya tertuju pada Merry yang tengah bicara dengan salah satu pel

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-19
  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 15

    Entah tak terhitung berapa kali Naya bolak balik ke kamar mandi hanya untuk memuntahkan cairan bening dalam perutnya. Matahari belum menyingsing sepenuhnya, tetapi ia sudah tampak lemas dengan kondisi tubuhnya yang begitu lemah.Naya menjatuhkan tubuh kurusnya ke kasur. Jika wanita lain akan lebih berisi saat tengah hamil, berbeda dengan Naya, tubuhnya terlihat semakin kurus dari sebelumnya. Naya berusaha membenarkan posisi berbaringnya di kasur. Semalaman ia tidak bisa tidur nyenyak, mungkin karna tinggal di tempat yang asing dan kondisi yang tengah hamil muda."Nona, Anda kenapa?"Pagi-pagi sekali Merry sudah masuk ke dalam kamar Naya dan yang pertama kali ia lihat wanita itu terbaring di kasur dengan kondisi yang mengkhawatirkan."Apa anda baik-baik saja?" tanya Merry menghampiri Naya lalu menyentuh kening Naya yang terasa panas dan berkeringat."Sepertinya Nona demam, saya akan mengambilkan obat. Tunggu sebentar."Merry bergegas keluar dari kamar meninggalkan Naya yang memejamkan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21

Bab terbaru

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 81

    Empat tahun kemudian …Suara tawa dan teriakan anak kecil mengisi sebuah kamar yang memiliki tiga kasur di dalamnya. Dua bocah berusia empat tahunan tampak berlari-larian dalam sana, mereka saling mengejar membuat sang kakak yang tengah fokus mengerjakan PR terlihat sangat terganggu."Jeva, Javier! Jangan teriak-teriak, kakak sedang mengerjakan tugas," tegur Levin lembut.Meskipun begitu, dua bocah kembar itu tak menggubris bahkan semakin menjadi-jadi membuat Levin frustasi dibuatnya. Levin yang kini berusia sepuluh tahun, tampak menggelengkan kepalanya. Dua adik kembarnya bukan hanya lucu tapi juga nakal.Levin membawa buku-buku pelajarannya keluar dari kamar. Ia akan mengerjakan tugasnya di perpustakaan pribadi milik ayahnya. "Kamu mau ke mana, Sayang?" Suara sang mama membuat Levin berbalik badan. Tinggi badan Levin hampir menyamai Naya, dulu terlihat kecil kini dengan cepat tumbuh besar. Levin semakin menyerupai Argio."Levin mau ke perpustakaan, mau ngerjain tugas," balasnya."

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 80

    Saat semua tengah tertidur nyenyak, Naya terlihat gelisah dan tidak karuan berbaring di kasur. Beberapa kali ia berpindah-pindah posisi dari telentang, miring ke kanan dan ke kiri, namun tidak membuat rasa sakit di perutnya mereda.Argio yang berbaring di samping Naya, tampak terusik tidurnya. Perlahan ia membuka matanya dan mendapati Naya meringis kesakitan sambil memegangi perutnya."Kamu kenapa, Sayang?" "Perutku sakit, Mas. Perih."Argio segera bangun dari kasur lalu menyentuh perut Naya."Sebelumnya kamu makan apa? Tidak mungkin kamu akan melahirkan, usia kandunganmu belum sembilan bulan."Naya yang merintih kesakitan langsung terdiam. Ia mengingat-ingat sebelumnya makanan yang dikonsumsi dari pagi sampai malam."Sepertinya gara-gara makan mangga mentah. Soalnya sebelum tidur aku minta Merry mengupasnya mangga lagi."Argio geleng-geleng kepala mendengar jawaban Naya."Kan aku sudah bilang, jangan makan mangga kebanyakan, Sayang. Sekarang lihatlah sakit perut' kan.""Mas, marah?" M

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 79

    "Adek jangan nakal diperut Mama, kasihan Mama." Omelan lucu keluar dari bibir mungil Levin. Tangan mungilnya menepuk-nepuk perut Naya lembut. Meskipun kondisi Naya saat ini lemah, namun ia tidak bisa menahan tawanya mendengar omelan putranya. Dan tidak lama Argio masuk ke dalam kamar dengan membawa teh jahe hangat. "Minum dulu, Sayang. Kata Bunda ini bagus untuk perempuan hamil yang mual-mual."Dengan penuh perhatian Argio membantu Naya meminum teh jahe tersebut. Pria itu benar-benar menaruh seluruh perhatiannya pada Naya. Dengan dibantu oleh Argio, Naya meminum teh jahe yang diberikan. "Terima kasih.""Sama-sama, Sayang.""Itu apa, Yah?" Levin menatap penasaran pada air yang baru saja diminum oleh sang bunda."Ini teh jahe supaya Mama tidak mual-mual lagi, Nak. Levin mau coba?" tawar Argio.Dengan cepat Levin menggeleng. Melihat warna minuman itu saja sudah membuat bocah itu tidak berminat. "Hari ini aku ada urusan mendadak, Sayang. Mungkin sore baru pulang. Tidak apa-apa' kan j

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 78

    Pada akhirnya, Argio mengalah dan memutuskan untuk menuruti apa yang diinginkan oleh istrinya. Meskipun ia merasa kebingungan sendiri karena tidak pernah menyentuh peralatan dapur, apalagi memasak nasi goreng sebelumnya.Argio membuka aplikasi YouTube di ponselnya dan mencari konten yang menunjukkan cara memasak nasi goreng. Sementara Naya duduk dengan tenang di kursi dapur, sambil memakan biskuit kesukaannya, menunggu nasi goreng yang akan dibuat oleh Argio.Awalnya Argio tampak bingung, namun dengan pelan-pelan ia membuat nasi goreng itu dan sekitar 30 menitan nasi goreng yang Argio buat sudah jadi. Aroma wangi dari masakan Argio, membuat Naya bangkit dari tempat duduknya."Sudah jadi?" Naya menatap nasi goreng yang tak karuan tampilannya, tetapi sangat menggoda baginya.Argio mengangguk ragu. Ia memindahkan nasi goreng itu ke dalam piring."Kalau nasi gorengnya tidak enak, tidak usah di makan ya?"Naya mengangguk mengiakan ucapan suaminya. Mata Naya berbinar-binar menatap nasi gore

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 77

    Setelah mengetahui bahwa Naya tengah mengandung. Tanpa berpikir panjang, Argio segera pergi dengan mobilnya entah ke mana. Beberapa jam kemudian, Argio kembali ke mansion dengan membawa begitu banyak belanjaan, termasuk rujak yang ia beli di pinggir jalan.Argio tahu betul bahwa wanita hamil seringkali memiliki selera makan yang berbeda, dan banyak yang menyukai makanan yang asam-asam. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk memanjakan Naya dengan makanan yang ia sukai, seperti rujak. Argio berharap dengan memberikan perhatian seperti ini, bisa membuat kehamilan kedua Naya menjadi lebih istimewa dan berbeda dari yang pertama.Anggap saja hal yang ia lakukan sekarang sebagai penebus atas kesalahan yang ia lakukan saat Naya hamil pertama dulu."Sayang, aku bawakan sesuatu untukmu!" seru Argio masuk ke dalam kamar dengan membawa piring berisi rujak.Naya duduk bersandar di bahu ranjang dengan wajah yang tampak pucat. Wanita itu merasa tubuhnya masih terasa lemah."Masih pusing?" Argio melet

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 76

    Argio keluar dari mobil dengan terburu-buru, saat mendapatkan kabar Naya pingsan. Ia segera pulang ke mansion tanpa memperdulikan pekerjaannya yang belum selesai. Wajah pria itu terlihat sangat panik bercampur khawatir."Bagaimana bisa dia pingsan?" bentak Argio yang tampak marah pada para pelayan."Saya tidak tahu Tuan, tiba-tiba Nona Naya sudah tergeletak di lantai. Awalnya Nona Naya mengeluh tidak enak badan," jawab Merry, sedangkan pelayan lain tertunduk ketakutan.Argio mendengus dengan perasaan campur aduk antara khawatir dan panik, ia melanjutkan langkahnya dengan tergesa-gesa menuju kamar, dan dengan kasar membuka pintu kamar. Langsung ia menghampiri Naya yang belum sadarkan diri di atas kasur.Saat melihat Naya yang lemah dan tidak sadarkan diri, Argio merasa hatinya teriris melihat wajah pucat Naya. Argio duduk di samping Naya dan memegang tangannya dengan lembut."Sayang, bangun," ucap Argio lembut. Ia mencium tangan Naya berkali-kali.Takut, itulah yang Argio rasakan saat

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 75

    "Silahkan di makan, Nona," ucap pelayan yang mengantarkan makanan untuk Naya.Pelayan berusia 30 tahunan itu tampak tersenyum-senyum melihat banyak bercak merah dibagian leher sang nona muda, membuat pelayan itu tidak bisa untuk tidak berpikiran kotor dengan apa yang ia lihat.Naya terlihat malu saat melihat arah tatapan pelayan. Ia menutupi seluruh tubuhnya sampai leher dengan selimut. "Terima kasih."Pelayan itu mengangguk lalu pamit undur diri dari kamar tersebut. Seharian Naya mengurung dirinya dalam kamar, ia benar-benar malu untuk sekadar menunjukkan wajahnya. Berbeda dengan Argio, pria itu seperti bunga mekar yang baru disiram air di pagi hari, dan saat ini Argio tengah pergi ke perusahaan karna ada sedikit masalah di sana.Dengan gerakkan lemas Naya mengambil makanan yang tersaji di meja. Dan saat ini ia tengah duduk bersandar di bahu ranjang. Dengan lahap ia menyantap makanan itu, bukan hanya kelaparan, namun tenaganya juga terkuras. Argio seperti singa yang sudah beberapa h

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 74

    Naya melangkah keluar dari kamar mandi setelah melihat keadaan sekitar kamar yang tampak sepi, sepertinya Argio kembali keluar dari kamar. Ia melangkah sambil memeluk dirinya, kini ia mengenakan lingerie yang mertuanya berikan. Naya melihat pantulan dirinya di dalam cermin dan mengulum bibirnya. Lingerie yang ia kenakan sangat transparan, sehingga membuat celana dalam dan bra yang ia kenakan terlihat jelas. Rasa malu menyelimuti wajahnya."Lebih baik aku tidak mengenakan ini, aku malu," gumam Naya dengan wajah yang memerah.Ia berencana untuk kembali ke kamar mandi, tetapi suara pintu yang terbuka membuat bola matanya membulat sempurna. Tanpa pikir panjang, Naya langsung melompat ke kasur dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, sehingga hanya kepala yang terlihat. Naya merasa sangat malu dan berharap Argio tidak melihatnya dalam keadaan seperti ini.Argio masuk ke dalam kamar sambil membawa laptop miliknya. Pria itu tersenyum pada Naya yang bersandar di bahu ranjang, wajah Naya

  • Pelayan Perawan Milik Tuan Muda    Bab 73

    Mobil yang Argio kendarai berhenti disebuah pantai yang tampak sepi, membuat kening Naya mengernyit. Levin langsung menatap keluar jendela mobil melihat hamparan pantai yang begitu indah di tambah pemandangan matahari yang mulai tenggelam. "Kenapa kita ke sini?" tanya Naya menoleh ke arah suaminya."Kita istirahat dulu, kamu pernah ke pantai?" Argio balik bertanya. Naya menganggukkan kepalanya."Dulu pernah, tapi sekarang tidak pernah ke pantai lagi.""Ayah, kita ke pantai mau apa? Menangkap ikan?" Celotehan lucu Levin membuat Argio tertawa. Ia mencubit gemas pipi bulat putranya."Tidak, hanya beristirahat saja. Memangnya Levin mau menangkap ikan?"Dengan cepat Levin mengangguk. Bocah itu langsung membuka tas ransel miliknya lalu mengeluarkan pancingan mainan yang ia bawa. Argio yang melihat itu kembali tertawa, bisa-bisanya Levin membawa itu."Ayo sekarang kita turun." Argio lebih dulu turun lalu membukakan pintu mobil untuk istri dan anaknya.Hembusan angin pantai yang segar menerp

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status