Cindi duduk termangu menopang dagu pada kosan jendela kamarnya. Wajahnya yang pucat itu basah karena percikan hujan. Cindi mengulurkan tangan, tetesan air hujan berkumpul di telapak tangannya. Berjatuhan ketika ia mencoba menggenggamnya.
Ia menatap ke seberang jalan. Matanya menangkap sesosok laki-laki yang berlari menerobos hujan. Menuju jendela kamar tempat ia duduk. Langkahnya begitu cepat karena tungkainya yang panjang. Hanya perlu waktu sebentar saja dan sekarang ia sudah berdiri di hadapan Cindi.
Cindi berdiri dari duduknya, dengan dua alis yang saling bertaut ia menatap lekat wajah laki-laki yang berada di hadapannya. Senyum seindah bulan sabit tergambar di wajah si laki-laki, lalu tangan dinginnya membelai pipi cindi yang basah.
Hai Cin,” Sapa si laki-laki di tengah derasnya hujan.
“Kamu,” balas Hana lirih, hampir tak terdengar.
Laki-laki itu merengkuh kedua tangan kecil cindi lalu memandang wajahnya dengan lekat. “Kau adalah bianglalaku, Cin. Bianglala yang berhasil kupetik dari cakrawala senja yang hangat. Kau menghiasi hariku dengan warna-warna indahmu.”
Cindi tersenyum lembut mendengar kata-kata manis Ilham.“Aku akan selalu menjadi bianglala untukmu,” kata Cindi.Dia membelai rambut Cindi sambil tersenyum lebar.Cindi menatap lekat wajah nya, mengagumi betapa elok dan rupawannya paras sang kekasih. Cindi mengucap syukur dalam hati, telah dipertemukan dengan laki-laki tersebut, pria yang menjadi kekasihnya.
“Aku mencintaimu,” kata Cindi.“Akupun juga mencintaimu,” balas laki-laki itu.Cindi pun terjatuh dari tidur.
"Loh kok aku mimpi sih padahal kan tadi udah kayak nyata gitu""Kamu kenapa cin," Tanya temannya kepada cindi.
"Hemmm nggak papa kok"
"Pasti mimpi ya sampai jatuh gitu"
"Enggak kok tadi mau bangun terus jatuh"
Cindi selalu beralasan karena dia malu setelah dia patah hati tetapi mimpi seperti iru.
“Apa kamu merasakannya? Sesuatu yang bergetar di hatimu, terasa seperti saat kamu menggigil karena dingin. Atau bahkan, terasa seperti kamu sedang merasakan kegugupan yang memuncak?”
Aku tidak pernah tahu bagaimana harus menjawab pertanyaan dari perempuan berkacamata itu.Sebenarnya, aku sama sekali tidak merasakan kesejukan dari angin yang bertiup. Sebesar apa pun desau sang angin, aku tetap merasa seperti berada di padang yang panas. Aku bagai seorang petualang yang tengah mencari oasis. Kulit-kulitku terkelupas, bintik-bintik keringat bersimbah di tiap-tiap pori-pori kulitku. Dia, perempuan yang tengah berdiri seolah menantang mentari itu terlihat semakin jauh.
"Terasa lagi. Apa kamu merasakannya?"
Entah sudah berapa kali dia bertanya, tetapi aku tetap tidak merasakannya. Satu pun kata tidak bisa keluar dari mulutku. Meski keinginan begitu kuat untuk menjawab, dan aku tahu jawabanku tidak akan memenuhi harapannya. Aku hanya ingin bisa menjawab pertanyaannya. Meskipun aku tidak pernah mengerti dengan pertanyaannya.
Mengesampingkan hal itu, aku ingat bagaimana pertemuan awal kami yang dipenuhi tanda tanya. Waktu itu, aku dengan segala ketakutanku akan dunia, pertama kalinya menunjukkan diriku pada berpasang-pasang mata di sebuah kedai di pusat kota. Hanya dengan jilbab berwarna biru perempuan yang di jatuhkan. Waktu kedatanganku dengannya berselisih lima menit. Namun, semenjak kehadirannya, aku seolah-olah disepuh matahari pada dinginnya berlapis-lapis es yang mengurungku dalam sebuah ketakutan.
Beribu-ribu pintu terbuka dan seolah memberikan pilihan disaat aku sudah tidak memiliki satu pun lagi pilihan. Beratus-ratus jendela dan tirai tersingkap, membiarkan kesejukan sang angin masuk dan menyapu jutaan peluh yang bersimbah membasahi pakaian.
Bisa kukatakan, aku terkesima dengan kehadirannya yang tanpa pertimbangan memberikan sebuah senyuman padaku. Ah, aku selalu berpikir, apakah diriku yang menjijikkan ini masih memiliki harapan untuk dekat dengan seseorang?Lapisan-lapisan es yang mengurung diriku melebur sejak senyuman Hikari tampak di kedua mataku.Aku berakhir di sini sekarang, di tepi tebing tanpa pembatas dengan pemandangan laut yang menghampar.
“Apa kamu merasakannya?”Pertanyaan yang sama terus terulang. Sampai pada akhirnya, dia menatapku dengan sebuah senyuman sambil berkata, “Distorsi. Hatiku yang kamu buat berirama. Seolah seseorang memetik senar-senar di dalam jiwaku dan itu adalah perasaan yang membuatku merasakan distorsi saat bersamamu.”Kamu tahu? Itu adalah kata-kata terakhir yang dia ucapkan sambil mengulurkan tangannya ke arahku. Kupikir akulah yang tak punya harapan. Sebab, alam yang selalu tunduk padanya, semesta mencemburuinya, sehingga dia melompat dari atas tebing dan berakhir tragis. Dia tenggelam ke dalam lautan. Bersamaan dengan mengeringnya harapan di jiwaku, air laut menjadi merah. Dan ternyata, laut pun kalah oleh warna darahnya. Kini, aku merasakannya.
Bersamaan dengan mengeringnya harapan di jiwaku, air laut menjadi merah. Dan ternyata, laut pun kalah oleh warna darahnya. Kini, aku merasakannya.
Distorsi, seperti yang dia katakan. Aku merasakan sakitnya sebuah kehilangan. Tidak lagi aku bisa memikirkan hal selain wajahnya yang tersenyum ketika melompat dari ketinggian ini. Apakah sebegitu cemburunya alam padaku, sampai-sampai mereka merenggut hangatnya senyuman perempuan itu?
Distorsi, aku merasakannya. Meski mungkin ini adalah distorsi yang jauh berbeda dari yang pernah dia tanyakan padaku. Distorsi terus-menerus menggetarkan hati dan jiwaku. Hingga pada akhirnya, aku merasa bahwa diriku tak akan lengkap jika tak ada dirinya. Distorsi. Pada awalnya membingungkan, tetapi kini aku tak lagi kebingungan. Sebab, aku memutuskan menyusulnya mengikuti distorsi yang terasa bergetar di hatiku.
“Ke mana pun kamu pergi, aku akan mengikutimu, Hikari. Alam tak akan pernah merenggutmu lagi dariku. Pertemuan kedua kita tidak akan pernah melibatkan pertanyaan apa pun karena semua pertanyaan telah terjawab sebagaimana mestinya.”
Dan itu semua hanya mimpi tidur siangnya waktu itu entahlah seperti nyata dan menghantui sampai saat ini,Dan ia trauma tidak pernah tidur siang lagi yang ia takut kan adalah bertemu dengan mimpi yang sama."Aku takut mimpi lagi seperti siang itu dan aku takut terjebak dalam mimpi nggak bisa bangun lagi," Ucap cindi setelah bangun tidur.Lalu temanya menjawab.
"Yaelah mimpi gitu aja trauma cin""Aku takut kondisinya aku jiga lagi kayak gini aku takut banget mimpi gitu"
"Mimpi kan bunga tidur tuh ngapain harus takut orang dia aja kan nggak ada di sini dia udah balik ke Jakarta mau kamu anggap mimpi lagi?"
"Udah dong stop bilang dia balik ke sana"
" Apaan sih nggak suka ya?"
"Iya aku nggak suka"
"Dih Gitu aja nggak suka payah lu"
"Iya aku payah aku lemah,kamu cuma tau cerita aku dan kamu nggak bakalan ngerti kamu nggak bakalan tau apa yang aku rasain"
"Iya cin maaf jangan marah dong"
"Aku nggak marah tapi udah stop bahas dia lagi kamu mau aku sedih?"
"Iya enggak kok."
Perasaan cindi memang tidak ada yang tahu bahkan teman-temannya tidak ada yang bisa memahami.
Ya malam itu tepat pada jam 20:48 hp berbunyi dan aku tak ingin membukanya bahkan ada suara telfon masuk pun aku tak ingin membukanya.Jam 22:30 aku membuka pesan tersebut entahlah nomor tak di kenal tiba-tiba membuat suana hatiku memanas setelah sekian lama aku mencoba untuk membuat perasaan ku sedikit lega dan tiba-tiba begitu saja orang menuduhku yang tidak-tidak siapa yang memberi tahu berita palsu itu?"Siapa lagi kalau bukan dia.""Kamu kenapa?," Tanya adiku padaku"Nggak papa kok"Itulah sikapku yang selalu menutupi masalahku dari siapapun aku tidak ingin apa yang aku rasakan terlihat.Tahan rasa sakit yang aku rasakan saat ini, karena rasa sakit itu tidak akan sleamanya terasa sakit. Rasa sakit itu akan membuatmu semakin tegar dan kuat.Dan biarlah saat ini aku disia-siakan karena kelak aku pasti akan mendapatkan seseorang yang tidak akan
Waktu itu gerimis disertai petir, seorang gadis yang duduk di kursi kamarnya di depan colokan sambil mengecas HP nya apa yang dia lakukan?Dia menunggu kabar dari seorang lelaki kekasihnya, ia sedang bekerja dia menunggu dari waktu sahur hingga pagi tidak ada kabar satupun ketika siang hari gadis itu sangat khawatir dia fikir kekasihnya sedang sakit karena tidak ada kabar sedikitpun lalu, gadis tersebut bertanya kepada adik sang lelaki itu."Assalamualaikum Dek kakak ke mana ya, apa hari ini dia sakit Soalnya nggak ada kabar ke kakak""Waalaikumsalam Kak, dia lagi bantuin bapaknya kerja di toko""Kok tadi nggak pamit sama aku ya""Nanti aku sampaikan deh kalau udah pulang""Biasanya pulang jam berapa dek""Suka jam 1 pulangnya"Gadis itu menangis tanpa henti tidak mempercayai apa yang telah dijanjikan sebelum kerja di
Setelah kejadian yang berlalu aku mengambil hikmahnya ,Aku berusaha ikhlas dan menenangkan diri prinsipnya bukan mencari ganti tapi menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya.Hari-hari berlalu, tak lama setelah kejadian itu, saya resmi menjadi seorang penulis novel. Meskipun saya sering tak lolos tetapi aku terus mencoba bahwa dari kegagalan aku pasti bisa karena tujuanku menyibukkan diri agar tidak terlalu sakit."Assalamualaikum paket," Suara tukang paket di depan rumah."Wa'alaikumsallam iya pak"Selain menjadi penulis novel aku ngurus orderan buat kerjaan sampingan selama libur sekolah memang tidak seberapa tetapi sangat menghiburku.Orderanku tidak sebanyak owner di luar sana tetapi sedikit demi sedikit aku mengumpulkan hasil penjualan ku untuk kebutuhan yang akan datang.Memang cukup melelahkan tapi asik bagiku tidak kenal panas dan hujan aku selalu menjalankan
Braghh!!!!!!!.Suaraku menjatuhkan sebuah kotak, kotak itu berisi foto polaroid kecil-kecil tentu fotonya random seketika terjatuh dan berantakan tanganku gemes ingin membereskannya tapi rasa raguku foto siapakah itu membuatku tak jadi membereskannya.Kenapa justru aku melamun takut akan sebuah tangisan yang menyiksaku lagi tanpa pikir panjang aku harus membereskan nya."Ihhh kok bisa jatuh sih"Aku menemukan banyak foto termasuk fotoku yang paling banyak tetapi dibalik selipan foto-foto itu ada foto dia.Aku teriak dan aku berbicara sendiri aku harus ikhlas seperti aku berbicara dengan diriku sendiri sepertinya ibuku mendengar lalu ibuku memanggilku."Ngomong sama siapa""Ini lho Bu fotonya jatuh semua"Aku harus cepat-cepat beresin foto itu dan menyimpannya dalam sebuah kotak dulu semua fotonya Aku Pajang dalam dinding kamar namun aku tak ingin ketika aku melihatnya selalu terbayang dan aku memutuskan untuk menyimpannya di dalam
Iya lagi-lagi aku dibohongi dan ketika aku ingin mengatakan itu aku selalu dibilang menyalahkannya apakah tidak seadil itu dalam suatu kebenaran apa aku harus selalu mengalah apakah selama ini aku selalu menjadi orang yang tidak berguna untuknya.Aku rasa tidak aku sudah terlalu memberikan kepercayaan 100% bahkan aku rela berbohong kepada orang lain tetapi orang yang sangat aku cintai berbohong kepadaku aku tak dapat menjelaskan kebohongannya karena sudah tertutup rasa percaya aku bahkan sudah terhilang kan dengan rasa maaf ku.Aku ditemui sahabatku dia menasehatiku perkara cinta."Sudahlah patah hati itu memang wajar jika kamu terlalu berharap tetapi tidak untuk larut gunakan itu hanya sesaat saja lalu sisanya untuk bahagia Iya bahagia tanpa nya yang sudah meninggalkanmu""Aku hanya menyesal terlalu percaya dengan janji-janji manisnya bahkan sampai sekarang aku juga masih menyimpan pesannya"
Kota ini masih belum tidur. Angin berhembus dari jendela kamar. Pantulan cahaya lampu membentuk sebuah garis vertikal di permukaan jendela.Kopiku terlalu pahit untuk kuhabiskan sendirian. Aku pun tidak terlalu bernafsu untuk meminumnya. Terlalu banyak gula yang dicampur pada kopi hitam ini malah membuatnya terasa seperti cuka. Maka sia-sialah segelas kopi hitam itu ditinggalkan peminumnya.Aku menunduk ke bawah sambil memantau hp ku, keadaan yang membosankan rasa ingin tidur tapi tak bisa.Aku menunggu sebuah kabar di pagi hari saya fikir dia online akan mengabariku ternyata tidak dan aku sedikit panas karena orang yang saya anggap akan tanggung jawab ternyata se enaknya aku emang marah pada saat itu membuat story yang tidak mengenakkan hati yang aku tuju adalah dia dan pada siang hari saat dia pulang sepertinya dia tersinggung lalu ini responnya."Kamu ngomong apa sih""Lain ka
Aku merindukanmu masih merindukanmu di sini Entahlah apa aku yang bodoh aku ingin kita jumpa dalam sebuah pertemuan bukan hanya mimpi."Eh kamu ngehalu ya?""Enggak aku cuma ngomong aja""Terus ngapain bilang rindu?""Iya aku rindu emang salah"Saat aku menulis kata demi kata yang saat ini tengah kau baca,Ketahuilah bahwa saat ini,saat-saat sebelumnya, dan saat-saat selanjutnya aku tengah merindukanmu.Waktu itu aku sangat memanfaatkan waktu jika ingin kau tau apa yang aku lakukan ini lah ceritanya.Hari ini masih seperti biasanya, menunggu kabar dengan pesan yang sejak pagi belum dibalas. Sudah biasa aku yang selalu menunggu. Kadang hati ini kesal, bukan meminta untuk di utamakan hanya saja tak bisakah dia membalas pesanku sebentar saja. Semakin banyak media sosial, salah satunya aku tahu kamu sedang memegang telepon seluler ada beberapa nama dia yang tercantum dipostingan. dia berkomentar atau hanya sekedar m
Cinta, aku benci kata-kata itu. Terlalu sering sakit karena cinta. Apakah salah jika aku ingin bahagia karena cinta. Sepertinya cinta belum memberikan aku kesempatan untuk bahagia karenanya. Setelah sekian lama aku berusaha untuk menjaga hati ini agar tak jatuh dan sakit lagi karena cinta. Namun apa mau dikata, lagi-lagi aku jatuh cinta dan harus merasakan sakit untuk kesekian kalinya. Dia, laki-laki yang mampu meluluhkan serta menumbuhkan benih-benih cinta di hatiku yang sudah cukup lama membeku, dan membuat hatiku merasa bahagia untuk sesaat. Namun, ternyata dia jugalah yang membuat hatiku hancur berkeping-keping, dan kembali sakit untuk kesekian kalinya, bahkan lebih sakit dari sebelum-sebelumnya. Dia lah laki-laki yang aku cintai . Entah apa yang harus aku lakukan. Apakah aku harus membencinya atau tetap menyayanginya walau dia sudah membuatku hancur.Tetapi aku tak dapat membencinya,ini bukan salahnya, jika aku