Cinta, aku benci kata-kata itu. Terlalu sering sakit karena cinta. Apakah salah jika aku ingin bahagia karena cinta. Sepertinya cinta belum memberikan aku kesempatan untuk bahagia karenanya.
Setelah sekian lama aku berusaha untuk menjaga hati ini agar tak jatuh dan sakit lagi karena cinta. Namun apa mau dikata, lagi-lagi aku jatuh cinta dan harus merasakan sakit untuk kesekian kalinya.
Dia, laki-laki yang mampu meluluhkan serta menumbuhkan benih-benih cinta di hatiku yang sudah cukup lama membeku, dan membuat hatiku merasa bahagia untuk sesaat. Namun, ternyata dia jugalah yang membuat hatiku hancur berkeping-keping, dan kembali sakit untuk kesekian kalinya, bahkan lebih sakit dari sebelum-sebelumnya.
Dia lah laki-laki yang aku cintai . Entah apa yang harus aku lakukan. Apakah aku harus membencinya atau tetap menyayanginya walau dia sudah membuatku hancur.Tetapi aku tak dapat membencinya,ini bukan salahnya, jika aku harus kembali sakit karena cinta. sejak awal aku yang terlalu mencintainya. Dia hanya menganggapku sebagai pemuas rasa penasaran. Kebaikan hati dan sikap santunya lah yang membuatku luluh.
Banyak teman mengingatkanku, agar jangan bermain-main dengan hati, itu akan membuatku kembali sakit. Semua nasehat temanku tak ada yang ku dengar, masih saja ku coba-coba bermain hati, dan benar kini aku yang merasakan sakit itu, karena cintaku yang terlalu berlebihan.
Malam itu sekitar pukul 19:15,Aku ingin keluar membawa segudang luka aku ingin mengakhiri hidupku tapi mana tega aku meninggalkan orang yang aku cinta,Tak terasa, air mata menetes, membasahi pipiku. Saat itu aku hanya berharap agar diriku kuat ,Harapanku sirna ketika aku menerima kenyataan dia sudah baik-baik saja tanpa aku.
Seketika dunia ku rasa runtuh, hatiku bergetar hebat. Hanya perih dan perih, yang aku rasakan. Entah apa yang harus aku lakukan saat itu, hanya air mata yang terus mengalir semakin deras.
Segera aku berlari menuju ke bagian pinggir jalan, bukan maksud menghindar, tapi aku tak ingin yang lain melihat aku menangis. Biarlah kesedihan ini kesimpan sendiri. Dengan deraian air mata.
Sejak kejadian itu, aku mencoba mengikhlaskan dia untuk bahagia bersama keluarganya, walau sakit, namun inilah kenyataan yang harus ku hadapi. Kini kucoba menyusun kembali hati yang hancur .Aku tak pernah menyesali hari-hari yang pernah aku lalui bersama cinta untuk nya , dan aku memulai lembaran kosong yang sudah lusuh.
Hari ini langit begitu indah, sinar matahari dan beberapa ekor burung pun menjadi bagian dari keindahannya keindahan itu menemani aku di depan komputerku, sosial media menjadi teman penghiburku, membaca status-status orang yang aku kenal bahkan sampai tidak aku kenal itu yang aku lakukan saat ini entah apa yang membuat aku mengarahkan pandangan pada akun milik seseorang yang menurutku obat rindu.
Keesokan harinya, ku menuggu telepon darinya. Namun tak ada tanda-tanda handphone ku berdering. Akhirnya aku putuskan untuk mencoba cara kedua,mencoba mencari kegiatan di luar. Dengan penuh pengorbanan. Ku ayunkan langkahku di perjalanan. Panas terik tak ku hiraukan lagi. Yang ada di pikiran ku saat ini hanyalah dia. Keringat mulai mengucur keluar. Muka ku sepertinya sudah berubah menjadi udang rebus. Langkahku mulai berat. Kaki ku mulai letih. Kira-kira sudah 2 km ku berjalan di tengah panas terik seperti ini. Ku melihat ada sebuah pohon besar di ujung jalan. Sejenak ku berhenti di batang pohon itu. “Huh” menghela nafas. Setelah 10 menit istirahat. Aku mulai berdiri dan meneruskan perjalanan. Pikiranku fokus berjalan kedepan."Ayo semangat pasti bisa ngelupain beban" Ucapku dalam hati.
Setelah kejadian kemarin aku tak berniat lagi mencarinya. Aku ceritakan semua kejadian kemarin dengan sahabatku. Dia mengajakku refreshing pergi ke pantai. Aku setuju dengan ajakannya.
Kami berjalan menyusuri bibir pantai sambil menikmati pemandangan laut sore hari. Dia memberikan banyak nasihat. Inilah yang ku suka darinya. Dia selalu memberiku inspirasi untuk ke depan. Kami asyik berbincang-bincang.
Hari sudah sore, kami pun segera pulang. kami berpisah di pintu gerbang menuju pantai.
“Aduh, gelang ku mana?” Ucapku sembari memegang tangan.
“Masa jatuh di pantai?" pikirku.
Akhirnya ku putuskan kembali ke pantai. Berjalan di pinggir pantai sambil menatap ke bawah.
“Aduh, di mana sih?” ucapku sambil terus berjalan.
Tatapan ku terpaku ke ujung pantai. Aku lihat sosok yang sangat ku kenal di sana. Ku mencoba mendekat. Sosok itu semakin jelas.
Tiba-tiba tubuhku menjadi lemas, aku takut gelang itu hilang selamanya karena gelang itu adalah salah satu benda yang aku harap masih menemaniku.
Aku segera berlari sekencang mungkin. Air mataku tak mampu ku bendung lagi. Aku terjatuh di tepi pantai. Tangisan ku pecah. Ku berteriak sekencang mungkin di tepi pantai.
Sampai petang aku mencarinya sendiri di tepi pantai ya sekitar jam 7 malam aku tetap menangis tak berdaya dan akhirnya aku menelfon sahabatku.
"Tolong jemput aku di pantai tadi aku nyari gelang yang hilang sampai jam segini belum ketemu"
"Eh gelangnya warna apa?"
"Warnanya merah maroon sedikit ungu"
"Tadi aku nemuin di pinggir pantai terus aku bawa pulang"
"Ya Allah Alhamdulillah akhirnya ya udah aku ke rumah kamu sekarang"
Akhirnya setelah malam yang larut aku tiba di rumah sahabatku, di sana aku sangat berterima kasih karena dia telah menemukan gelang itu.
"Eh muka kamu pucat banget Lo"
"Nggak papa cuma kecapekan aja tadi nyari gelangnya"
"Kenapa sih gelang kayak gitu lu cari kan bisa beli lagi"
"Iya emang bisa tapi ini satu-satunya barang kenangan dari seseorang"
Entahlah sahabatku meneteskan air mata ketika melihat keadaanku yang sudah lusuh dan kaki bertabur pasir, Sepertinya aku sudah tidak kuat lagi menahan lemahnya raga.
"Aku minta tolong ambilin air putih ya"
"Iyaa bentar aku ambilin kamu istirahat aja di kamar aku"
Aku terjatuh di dekat pintu kamar temanku dalam keadaan lemah dan memegang gelang yang aku cari-cari, kepalaku sangat pusing dan aku memejamkan mataku.
"Kamu kenapa astaghfirullah"
Aku tak dapat menjawab kalimat itu kepalaku sangat pusing dan lemas sekali raga ini, Akhirnya temanku membawaku ke kamarnya dan menemaniku sampai pagi.
"Kamu nggak papa kan?"
"Aku nggak papa ta maafin aku ya tadi malam udah bikin kamu repot"
"Kamu nggak bikin repot tapi aku khawatir kondisi kamu semakin hari kayak gini, sebaiknya kamu jujur aja ke ortu kamu biar mereka bisa bantu"
"Aku nggak bisa ta ini hanya masalah cinta aku nggak boleh rapuh"
"Liat deh keadaan kamu aku sering liat kamu nahan sakit,setiap hari liat kamu nangis"
"Maafin aku ta aku nggak bisa."
Malam ini cukup dingin, aku terduduk di atas kursi dari balik jendela kamar sembari menatap langit gelap dengan ditemani secangkir teh hangat di sampingku. Aku ingin meluapkan sedikit kekecewaan pada perasaanku . Entah kenapa demikian aku ingin menceritakan semuanya. Semilir angin berhembus pelan di udara. Perlahan angin itu masuk menyergap tubuh. Tidak dingin, karena saat ini aku sedang merasakan aura panas dalam tubuhku. Angin ini sepertinya tidak sanggup untuk mendinginkan segalanya yang terjadi dalam tubuhku saat ini. Badanku panas tidak seperti biasanya ini bukanlah demam, melainkan radiasi panas dalam hatiku. Aliran darah sudah mulai hangat dan mungkin akan mendidih. Perlahan organ-organ dalam tubuhku akan meleleh oleh alirannya yang terus mengalir. Suara burung-burung dengan samar terdengar. Binatang-binatang pada rumput ilalang bergeming dengan ramainya menepis keheningan malam ini. Sembari menikmati sediki
Setelah aku berpisah dengan tata tidak ada yang menemaniku curhat dan tidak ada yang memberiku arahan, aku teringat malam itu aku berada di kosan atas sekitar jam 7 malam di sana aku sedang chatingan dengan cumil tetapi keadaannya buruk justru kami malah berantem dan aku menangis sesenggukan aku di dampingi tata di kosan atas aku menangis dan meletakan hp ku di samping tata lalu cumil menelfoku dan ikut menangis.Aku tetap ingat betapa tulusnya dulu dan betapa tidak teganya cumil melihat aku menangis,Tapi semua berbalik justru sekarang aku selalu menangis dan cumil membiarkan aku seperti ini.Bagaimana jika aku mengakhiri semua ini bolehkah aku pergi dari sini.Pagi hari di sertai gerimis yang membuatku malas keluar kamar."Ada apa denganku sampai aku malas seperti ini"Lalu ada suara seseorang mengetuk jendela kamarku.Tok,tok,tok. 
Pagi itu seakan dunia hampa, lalu kuseduh secangkir kopi hangat untuk menghangatkan pikiran yang dingin akan ingatan tentang dia.Duduk di teras rumah dengan secangkir kopi dan lagu Fourtwanty, mencoba menenangkan pikiran tetapi semua gagal karena terlalu indah untuk dilupakan.Makan siang pun selesai, lalu aku membuka laptopku dan melihat video moment ulang tahunnya 8 bulan lalu. Semua bagaikan api yang meninggalkan debu, sulit untuk dibersihkan dan selalu menempel dengan tanah.Lalu senja pun menyambut soreku, seakan langit ingin bercerita dua mata denganku akan arti sebuah perjuangan. Aku mencoba keluar rumah dengan motor tua yang biasa membawa aku dan ia, tapi sekarang hanya sebatas kenangan.Lalu aku singgah di salah satu coffe shop, dan memesan kopi hitam.Kuminum secara perlahan hingga menyadarkanku bahwa kehidupan itu seperti kopi, sama-sama pahit tapi tidak munafik akan hitamnya kopi.
Diibaratkan seperti kata yang tak dapat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Dan seperti isyarat yang tak sempat diungkapkan awan kepada hujan. Kata yang sangat sederhana namun bermakna.Aku sering bertanya pada Allah setiap kali aku berdoa. Kenapa sabar ini tanpa batas. Dan sampai kapan aku bisa bertahan dan tetap menjaga sabar dan ikhlas itu?Terkadang aku yakin rencana Allah jauh lebih baik dan lebih indah dari apa yang aku bayangkan. Tapi kenapa seakan waktu dan takdir begitu mempermainkan kehidupanku. Kenapa dia titipkan rasa yang begitu hebatnya hingga aku tidak tau cara untuk melepasnya. Kenapa harus ada cinta jika kita tidak ditakdirkan bersama.Kenapa harus aku yang selalu merasa kehilangan. Apa salahku ya tuhan kenapa kau uji aku dengan sedemikian hebatnya. kata kata itu selalu aku ucapkan dalam hati ketika sabar sudah tidak bisa aku gengam lagi. Ketika ikhlas berubah jadi amarah. Ketika hati sudah
Menaruh harapan akan berbuah kebahagiaan jika diberikan pada orang yang tepat.“Jangan percaya terlalu banyak, jangan mencintai terlalu banyak, jangan berharap terlalu banyak, sebab terlalu banyak akan melukai begitu banyak pula.”Janganlah berpikir untuk menghancurkan harapan indah seseorang, apalagi melakukannya.Ketika kamu mengecewakan seseorang, ada sebuah harapan besar yang runtuh di saat itu.Cinta itu membingungkan. Ia akan membuatmu kecewa pada orang lain dan diri sendiri.Sakitnya hati akan membuatmu sulit untuk menentukan siapa yang salah.Berharap merupakan jalan untuk meraih kesuksesan. Dan pengkhianatan adalah awal dari hilangnya kepercayaan.Jangan terlalu berharap pada manusia, karena manusia itu sering berubah seiring waktu.Ada cahaya dalam senyapku, ada beribu rindu tak terbalas, ada rasa getir dalam rintihku, melihatmu lantas hilang.Terkadang aku
Malam itu kembali dengan malam yang sangat gelap,Di sertai hujan deras dan berpetir aku belum tidur dan masih menatap air hujan di depan jendela kamar."Menyedihkan rasanya mengetahui diriku sudah berusaha semaksimal mungkin, namun semuanya masih belum cukup."Ternyata kepercayaan ku selama ini sia-sia ya andaikan tau endingnya seperti ini aku nggak bakalan ngasih kepercayaan sepenuhnya.Selamat atas kebohonganmu yang sudah membuatku kecewa, dan terimakasih sudah mengingatkanku akan kesadaran tentangmu.“Aku akan tetap di sini untuk bersedih sebentar saja. Jadi, kalian tidak perlu mengkhawatirkanku. Pergi dan bersenang-senanglah.”"Saranku sih gini,sebelum membohongi orang lain bayangkan adakah rasa menyesal jikalau dia pergi meninggalkanmu sehabis kamu bohongi?""Dia nggak akan menyesal karena itu yang dia anggap baik""Baik?baik darimana"
Menaruh harapan akan berbuah kebahagiaan jika diberikan pada orang yang tepat.“Jangan percaya terlalu banyak, jangan mencintai terlalu banyak, jangan berharap terlalu banyak, sebab terlalu banyak akan melukai begitu banyak pula.”Janganlah berpikir untuk menghancurkan harapan indah seseorang, apalagi melakukannya.Ketika kamu mengecewakan seseorang, ada sebuah harapan besar yang runtuh di saat itu.Cinta itu membingungkan. Ia akan membuatmu kecewa pada orang lain dan diri sendiri.Sakitnya hati akan membuatmu sulit untuk menentukan siapa yang salah.Berharap merupakan jalan untuk meraih kesuksesan. Dan pengkhianatan adalah awal dari hilangnya kepercayaan.Jangan terlalu berharap pada manusia, karena manusia itu sering berubah seiring waktu.Ada cahaya dalam senyapku, ada beribu rindu tak terbalas, ada rasa getir dalam rintihku, melihatmu lantas hilang.Terkadang aku berharap jika diriku ini akan tenggelam dalam kapal. D
Malam gelap gulita di sertai gerimis kian menemani tangisan seorang Cindi. Gadis itu berusia enam belas tahun duduk di bangku kelas XI madrasah Aliyah.Cindi tinggal di kamar kosan bersama teman-temannya,Waktu itu saat memasuki pintu kamarnya ia menangis sesenggukan sudah tak dapat berkata-kata lagi.Temannya pun bertanya kepada Cindi"Cin kamu kenapa tiba-tiba nangis kayak gini?"Aku tidak dapat menjawab pertanyaan teman-teman ku sakit ,Sesak yang aku rasakan waktu itu, Setelah waktu berlalu hingga 3 jam aku bercerita kepada temanku."Aku masih begitu menyayangi orang yang sudah meninggalkan ku semenjak ia pulang ke Jakarta Tetapi,Sikapnya menunjukkan bahwa ia sudah tidak memiliki perasaan sedikit pun,Baru saja aku menelponnya karena aku hanya ingin tahu sebuah kebenaran siapa wanita yang ada di history game nya tadi tetapi jawabannya membuatku seperti ini.""Memangnya dia menjawab apa Cin?," Tanya temanku."Aku lagi yasinan bikin malu aja k