Kota ini masih belum tidur. Angin berhembus dari jendela kamar. Pantulan cahaya lampu membentuk sebuah garis vertikal di permukaan jendela.
Kopiku terlalu pahit untuk kuhabiskan sendirian. Aku pun tidak terlalu bernafsu untuk meminumnya. Terlalu banyak gula yang dicampur pada kopi hitam ini malah membuatnya terasa seperti cuka. Maka sia-sialah segelas kopi hitam itu ditinggalkan peminumnya.
Aku menunduk ke bawah sambil memantau hp ku, keadaan yang membosankan rasa ingin tidur tapi tak bisa.
Aku menunggu sebuah kabar di pagi hari saya fikir dia online akan mengabariku ternyata tidak dan aku sedikit panas karena orang yang saya anggap akan tanggung jawab ternyata se enaknya aku emang marah pada saat itu membuat story yang tidak mengenakkan hati yang aku tuju adalah dia dan pada siang hari saat dia pulang sepertinya dia tersinggung lalu ini responnya.
"Kamu ngomong apa sih"
"Lain kali ngomong jangan asal dong"
"Ngomong nyakitin terus aku juga sakit gara-gara omongan kamu,(Dia tidak sadar apa yang keluar dari mulutnya sebelumnya dia fikir dia adalah orang yang paling benar)"
"Aku sekarang udah males mau nanggepin chat kamu,(Bener-bener aku kayak pengemis)"
"Gini terus kerjaan kamu,(Mentang-mentang dia ada kerjaan mulutnya gitu banget ke cewe)"
"Terus omong sesuka hati kamu kalo perlu langsung omong ke aku,(Mungkin aja kalo dia sini nggak perlu kali di story langsung bicara 4 mata)"
"Kalo dibales nyepele nggak dibales marah-marah ,Ngehina Apa sih mau kamu ,(Sumpah baru pertama ada cowok yang berani ngomong kayak gitu ke aku)"
"Ini terakhir kalinya aku bales chat kamu selanjutnya aku nggak akan pernah bales chat kamu"
Semenjak chatnya yang itu aku udah nggak pernah bales chat dia karena ya cukup sadar diri aja lah ya ngapain juga jadi cewe murahan banget kasian harga diri aku sendiri dia aja udah bilang nggak mau bales berarti ya udah stop.
Jujur saya terpaksa tapi ibu saya pernah bilang sadar diri nak dia orang kota.
Tapi hari demi hari aku sadar semua udah aku lakuin mungkin saja hari ini aku capek dan aku mau istirahat untuk dirinya udah terserah mau gimana aku bodoamad aja karena sakit ga bisa di ganti dengan kata maaf.
"Nangis terus kamu"
"Lo bayangin jadi gue sakit nggak?"
"Iya aku tau tapi ya udahlah mau gimana lagi kan nggak bisa apa-apa"
"Aku nggak nyangka gitu Lo".
"Eh tapi Lo jangan nekat ya"
"Nekat apaan gue masih waras"
"Syukur deh kalo gitu"
"Emang Lo mikir gue mau ngapain sih?"
"Ya takut kamu nekat terus bunuh diri"
"Astaghfirullah aku waras tau"
Setelah temanku membahas itu akhirnya aku bercanda dengan dia, karena temanku berusaha agar aku tidak mengingat rasa sakit itu meskipun sebenarnya terbayang-bayang tapi aku akan paksa itu juga demi kebaikan ku sendiri,biarlah orang lain bertindak seperti apa yang dia mau terlebih dahulu.
"Eh tapi kamu jangan dendam ya"
"Aku nggak dendam itu nggak ada faedahnya sama sekali,tapi aku cukup diam terlebih dahulu sampai rasa sabarku benar-benar di permainkan"
"Iya sih aku tau kamu orangnya gimana ya kita liat aja dulu"
"Apalagi udah salah blokir nomor ga suka aku serius bukannya aku gamon ya tapi nggak suka aja kayak lari dari kenyataan"
"Udah lah biarin aja"
"Sementara"
"Mendingan makan bareng yuk"
"Boleh juga makan di mana?"
"Restoran terdekat aja kan udah jam segini"
"Ada uang nggak kamu?"
"Ada tapi tinggal dikit"
"Kalo nggak ada, aku aja yang bayarin yang penting kamu temenin makan biar aku nggak ling lung"
Akhirnya aku dan temanku pergi ke restoran terdekat kosan, sampai di sana aku memesan menu kesukaanku aku dan temanku.
"Eh btw mau pulang jam berapa nanti"
"Habis makan lah masa mau nanti malam berdosa banget kita"
"Eh di tanyain dasar tolol"
"Tapi aku pengen beli martabak dulu nanti di makan di kosan"
"Boleh juga sih"
Setelah dari restoran aku dan temanku mampir ke tempat penjual martabak di sana Aku mau memesan martabak coklat, selain itu aku dan temanku juga membeli coklat.
Sekitar jam 16:25 aku kembali ke kosan bersama temanku.
"Mending sholat dulu terus nanti makan martabak tuh"
"Oke siap"
Aku dan temanku sholat maghrib dan setelah selesai aku membereskan kamar karena biasanya temen-temen yang lain pada ngumpul di kosan.
"Tadi aku beli martabak nih yang mau sini ya sambil cerita"
"Wah siap"
Aku dan teman-teman ku berkumpul dan bercerita sampai tertawa rasanya lega banget bisa bercanda bareng mereka lagi.
"Aku pengen deh liburan ke Bali, kalian mau nggak"
"Aku sih ikut temennya yang lain aja kalo mau aku juga mau"
"Mau lah kalo kamu yang bayar wkwkw"
Akhirnya rencana liburan itu hanya dijadikan bercandaan karena keadaan yang saat ini seperti ini kami tidak berani mengambil waktu untuk berlibur, aku dan teman-teman bercerita sampai tengah malam biasanya usai pada jam 3 pagi tapi aku sangat mengantuk pada pertengahan jam 12.
"Gada cemilan apa gitu ya?"
"Aku sih ada tapi masa jam segini mau ngemil nggak takut gendut emang?"
"Enggak sih cuma pengen aja gitu loh kalau ada"
"Ini aku ada"
Semakin larut malam justru aku semakin terngiang-ngiang oleh kenangan aku selalu mencoba menerima kenyataan tapi yang aku rasakan seperti mimpi suhu badanku mulai naik setiap aku memikirkan sesuatu yang membuatku bingung dan yang membuatku tersiksa.
"Aku tidur duluan ya lagi nggak enak badan nih"
"Ya udah kamu tidur duluan aja"
"Iya maaf ya kalian jangan tidur malam-malam"
Aku tidur duluan karena yang aku takutkan jika aku terus begadang kondisi ku semakin memburuk.
Aku seperti dipanggil seseorang di tempat yang gelap dan ia menyuruhku untuk terus berjalan maju di situ ada sebuah cahaya yang membuat mata aku silau Aku berusaha mencari jalan agar aku bisa berjalan maju tetapi di belakangku seperti ada yang tetap menariku untuk mundur entahlah siapa itu disaat yang di belakang menyuruhku untuk mundur seseorang di depan menariku untuk maju aku seperti tali tambang yang sedang ditarik Dan aku menjawab dengan suara yang tegas "Aku capek" akhirnya kedua belah pihak melepasku tapi apa yang terjadi aku terjatuh dalam jurang yang sangat dalam di situ terdapat banyak duri-duri yang menusuk tubuhku, Aku berusaha meminta tolong kepada orang-orang tapi tidak ada satupun yang mengetahui itu justru yang aku dengar mereka mengucapkan segala kejelekan dari mulut orang lain aku pun terjatuh dan ternyata itu hanya mimpi ketika aku terbangun aku berpikir apakah itu sebuah pilihan bagiku."
Aku merindukanmu masih merindukanmu di sini Entahlah apa aku yang bodoh aku ingin kita jumpa dalam sebuah pertemuan bukan hanya mimpi."Eh kamu ngehalu ya?""Enggak aku cuma ngomong aja""Terus ngapain bilang rindu?""Iya aku rindu emang salah"Saat aku menulis kata demi kata yang saat ini tengah kau baca,Ketahuilah bahwa saat ini,saat-saat sebelumnya, dan saat-saat selanjutnya aku tengah merindukanmu.Waktu itu aku sangat memanfaatkan waktu jika ingin kau tau apa yang aku lakukan ini lah ceritanya.Hari ini masih seperti biasanya, menunggu kabar dengan pesan yang sejak pagi belum dibalas. Sudah biasa aku yang selalu menunggu. Kadang hati ini kesal, bukan meminta untuk di utamakan hanya saja tak bisakah dia membalas pesanku sebentar saja. Semakin banyak media sosial, salah satunya aku tahu kamu sedang memegang telepon seluler ada beberapa nama dia yang tercantum dipostingan. dia berkomentar atau hanya sekedar m
Cinta, aku benci kata-kata itu. Terlalu sering sakit karena cinta. Apakah salah jika aku ingin bahagia karena cinta. Sepertinya cinta belum memberikan aku kesempatan untuk bahagia karenanya. Setelah sekian lama aku berusaha untuk menjaga hati ini agar tak jatuh dan sakit lagi karena cinta. Namun apa mau dikata, lagi-lagi aku jatuh cinta dan harus merasakan sakit untuk kesekian kalinya. Dia, laki-laki yang mampu meluluhkan serta menumbuhkan benih-benih cinta di hatiku yang sudah cukup lama membeku, dan membuat hatiku merasa bahagia untuk sesaat. Namun, ternyata dia jugalah yang membuat hatiku hancur berkeping-keping, dan kembali sakit untuk kesekian kalinya, bahkan lebih sakit dari sebelum-sebelumnya. Dia lah laki-laki yang aku cintai . Entah apa yang harus aku lakukan. Apakah aku harus membencinya atau tetap menyayanginya walau dia sudah membuatku hancur.Tetapi aku tak dapat membencinya,ini bukan salahnya, jika aku
Malam ini cukup dingin, aku terduduk di atas kursi dari balik jendela kamar sembari menatap langit gelap dengan ditemani secangkir teh hangat di sampingku. Aku ingin meluapkan sedikit kekecewaan pada perasaanku . Entah kenapa demikian aku ingin menceritakan semuanya. Semilir angin berhembus pelan di udara. Perlahan angin itu masuk menyergap tubuh. Tidak dingin, karena saat ini aku sedang merasakan aura panas dalam tubuhku. Angin ini sepertinya tidak sanggup untuk mendinginkan segalanya yang terjadi dalam tubuhku saat ini. Badanku panas tidak seperti biasanya ini bukanlah demam, melainkan radiasi panas dalam hatiku. Aliran darah sudah mulai hangat dan mungkin akan mendidih. Perlahan organ-organ dalam tubuhku akan meleleh oleh alirannya yang terus mengalir. Suara burung-burung dengan samar terdengar. Binatang-binatang pada rumput ilalang bergeming dengan ramainya menepis keheningan malam ini. Sembari menikmati sediki
Setelah aku berpisah dengan tata tidak ada yang menemaniku curhat dan tidak ada yang memberiku arahan, aku teringat malam itu aku berada di kosan atas sekitar jam 7 malam di sana aku sedang chatingan dengan cumil tetapi keadaannya buruk justru kami malah berantem dan aku menangis sesenggukan aku di dampingi tata di kosan atas aku menangis dan meletakan hp ku di samping tata lalu cumil menelfoku dan ikut menangis.Aku tetap ingat betapa tulusnya dulu dan betapa tidak teganya cumil melihat aku menangis,Tapi semua berbalik justru sekarang aku selalu menangis dan cumil membiarkan aku seperti ini.Bagaimana jika aku mengakhiri semua ini bolehkah aku pergi dari sini.Pagi hari di sertai gerimis yang membuatku malas keluar kamar."Ada apa denganku sampai aku malas seperti ini"Lalu ada suara seseorang mengetuk jendela kamarku.Tok,tok,tok. 
Pagi itu seakan dunia hampa, lalu kuseduh secangkir kopi hangat untuk menghangatkan pikiran yang dingin akan ingatan tentang dia.Duduk di teras rumah dengan secangkir kopi dan lagu Fourtwanty, mencoba menenangkan pikiran tetapi semua gagal karena terlalu indah untuk dilupakan.Makan siang pun selesai, lalu aku membuka laptopku dan melihat video moment ulang tahunnya 8 bulan lalu. Semua bagaikan api yang meninggalkan debu, sulit untuk dibersihkan dan selalu menempel dengan tanah.Lalu senja pun menyambut soreku, seakan langit ingin bercerita dua mata denganku akan arti sebuah perjuangan. Aku mencoba keluar rumah dengan motor tua yang biasa membawa aku dan ia, tapi sekarang hanya sebatas kenangan.Lalu aku singgah di salah satu coffe shop, dan memesan kopi hitam.Kuminum secara perlahan hingga menyadarkanku bahwa kehidupan itu seperti kopi, sama-sama pahit tapi tidak munafik akan hitamnya kopi.
Diibaratkan seperti kata yang tak dapat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Dan seperti isyarat yang tak sempat diungkapkan awan kepada hujan. Kata yang sangat sederhana namun bermakna.Aku sering bertanya pada Allah setiap kali aku berdoa. Kenapa sabar ini tanpa batas. Dan sampai kapan aku bisa bertahan dan tetap menjaga sabar dan ikhlas itu?Terkadang aku yakin rencana Allah jauh lebih baik dan lebih indah dari apa yang aku bayangkan. Tapi kenapa seakan waktu dan takdir begitu mempermainkan kehidupanku. Kenapa dia titipkan rasa yang begitu hebatnya hingga aku tidak tau cara untuk melepasnya. Kenapa harus ada cinta jika kita tidak ditakdirkan bersama.Kenapa harus aku yang selalu merasa kehilangan. Apa salahku ya tuhan kenapa kau uji aku dengan sedemikian hebatnya. kata kata itu selalu aku ucapkan dalam hati ketika sabar sudah tidak bisa aku gengam lagi. Ketika ikhlas berubah jadi amarah. Ketika hati sudah
Menaruh harapan akan berbuah kebahagiaan jika diberikan pada orang yang tepat.“Jangan percaya terlalu banyak, jangan mencintai terlalu banyak, jangan berharap terlalu banyak, sebab terlalu banyak akan melukai begitu banyak pula.”Janganlah berpikir untuk menghancurkan harapan indah seseorang, apalagi melakukannya.Ketika kamu mengecewakan seseorang, ada sebuah harapan besar yang runtuh di saat itu.Cinta itu membingungkan. Ia akan membuatmu kecewa pada orang lain dan diri sendiri.Sakitnya hati akan membuatmu sulit untuk menentukan siapa yang salah.Berharap merupakan jalan untuk meraih kesuksesan. Dan pengkhianatan adalah awal dari hilangnya kepercayaan.Jangan terlalu berharap pada manusia, karena manusia itu sering berubah seiring waktu.Ada cahaya dalam senyapku, ada beribu rindu tak terbalas, ada rasa getir dalam rintihku, melihatmu lantas hilang.Terkadang aku
Malam itu kembali dengan malam yang sangat gelap,Di sertai hujan deras dan berpetir aku belum tidur dan masih menatap air hujan di depan jendela kamar."Menyedihkan rasanya mengetahui diriku sudah berusaha semaksimal mungkin, namun semuanya masih belum cukup."Ternyata kepercayaan ku selama ini sia-sia ya andaikan tau endingnya seperti ini aku nggak bakalan ngasih kepercayaan sepenuhnya.Selamat atas kebohonganmu yang sudah membuatku kecewa, dan terimakasih sudah mengingatkanku akan kesadaran tentangmu.“Aku akan tetap di sini untuk bersedih sebentar saja. Jadi, kalian tidak perlu mengkhawatirkanku. Pergi dan bersenang-senanglah.”"Saranku sih gini,sebelum membohongi orang lain bayangkan adakah rasa menyesal jikalau dia pergi meninggalkanmu sehabis kamu bohongi?""Dia nggak akan menyesal karena itu yang dia anggap baik""Baik?baik darimana"