Share

Senyuman Palsu

Setelah kejadian yang berlalu aku mengambil hikmahnya ,Aku berusaha ikhlas dan menenangkan diri prinsipnya bukan mencari ganti tapi menjadi pribadi yang lebih baik lagi kedepannya.

Hari-hari berlalu, tak lama setelah kejadian itu, saya resmi menjadi seorang penulis novel. Meskipun saya sering tak lolos tetapi aku terus mencoba bahwa dari kegagalan aku pasti bisa karena tujuanku menyibukkan diri agar tidak terlalu sakit.

"Assalamualaikum paket," Suara tukang paket di depan rumah.

"Wa'alaikumsallam iya pak"

Selain menjadi penulis novel aku ngurus orderan buat kerjaan sampingan selama libur sekolah memang tidak seberapa tetapi sangat menghiburku.

Orderanku tidak sebanyak owner di luar sana tetapi sedikit demi sedikit aku mengumpulkan hasil penjualan ku untuk kebutuhan yang akan datang.

Memang cukup melelahkan tapi asik bagiku tidak kenal panas dan hujan aku selalu menjalankan pekerjaanku.

Aku rasa aku cukup lupa dengan beban karena otakku tidak bisa memikirkan banyak hal-hal yang menghantuiku.

Setelah paket datang yang aku mengantarnya kepada pembeli pada jam jam 17: 00 saat itu hujan aku tetap pergi keluar memakai jas hujan dan helm ya seperti kelelawar hehehe.

Aku menunggu customer ku sekitar 20 menit saat dia datang dan barang telah diterima dan dibayar aku langsung pulang tiba di rumah jam 18 : 15 Aku menuju kamar mandi mencuci kaki, muka tangann, dan mengambil wudhu lalu aku melaksanakan salat Magrib.

Malamnya aku melanjutkan posting barang lewat hp sambil istirahat dan menunggu sholat isya', tidak setiap aku posting banyak pembeli yang meminati barangku.

"Udah malam setelah sholat isya' 

langsung tidur istirahat," Ibuku menyuruhku untuk tidur.

"Iya sebentar lagi setelah sholat"

Setelah salat aku membuka hp dan menulis novel aku sangat terhibur dengan imajinasi ku sendiri perlahan aku merasa asik dengan kegiatan ku.

"Ihh kok mataku mulai panas ya , Tapi nanggung sih kalau aku buru-buru tidur Besok kan ngurus orderan enggak bisa nulis"

Aku melanjutkan menulis Hingga jam 02:00, Aku istirahat sebentar meletakkan HP tiba-tiba tertidur.

Di pagi hari aku bangun sholat subuh Membantu menyapu,mencuci piring setelah itu siangnya nya aku mengantarkan barang pesanan.

Aku pulang pada jam jam 13: 00 dan ibuku juga sudah berada di rumah.

"Assalamualaikum buk aku pulang"

"Udah pulang," Tanya ibuku.

"Iya buk udah beres semuanya"

"Alhamdulillah sekarang istirahat"

"Enggak dong aku mau bikin kopi dulu"

"Iya habis itu sholat dzuhur"

Keesokan harinya Aku istirahat dan tidak mengurus orderan karena merasa capek badan juga kurang fit ,aku istirahat di rumah tidak keluar pada hari itu.

Aku mencoba baik-baik saja di depan orang tuaku agar mereka tidak khawatir sebenarnya pada hari itu badanku sangat panas dan merasa pusing.

"Bu hari ini masak apa?"

"Masak ikan ibu udah beli tuh, kamu masak ya"

"Iya Bu nanti setelah mandi Aku masak ikan nya"

Aku mulai menyibukkan diri selain mengurus orderan aku juga membantu ibuku, aku memasak ikan yang telah aku cuci dan menggorengnya terlebih dahulu entah kenapa saat aku menggoreng aku ingat kenangan dulu lu aku dan dia pernah ngirim pap menggoreng ikan hal se kecil itu membuatku bahagia namun aku harus menyadari sekarang telah berbeda Aku tidak dapat memaksanya dan aku harus menerima kenyataan dengan ikhlas.

Tiba-tiba ku menangis karena itu menyiksa diriku.

"Kok kayak bau gosong, yah ikannya gosong aku sih malah nangis"

Ikan yang aku goreng ternyata gosong gara-gara aku nangis tadi aku pun tertawa 

sereceh itu yang membuatku senang,ternyata bahagia itu sederhana dan kebahagiaan itu datang dari diri kita sendiri.

"Bau gosong tadi"

"Iya buk maaf ikannya gosong satu"

"Kok bisa?"

"Iya buk tadi aku ngelamun maafin aku ya"

"Ya udah biar ibuk yang lanjutin goreng,Kamu yang buat bumbu "

"Iya buk aku buat bumbunya dulu"

Sebenarnya di benakku terlintas kefikiran.

Barangkali yang tak pernah dia sadari adalah rasa takutku kehilanganya, saat dengan terpaksa aku hanya punya sedikit waktu untuknya.

Tidak perlu memaksakan diri untuk menjadi alasan bahagia seseorang. Karena kebahagiaan tak lahir dari hal-hal yang terpaksa dan dipaksakan.

Tak semua maaf berarti memaafkan. Terkadang, ada maaf terpaksa dibuat agar bisa terus bersama. Itu yang aku lakukan,Pernah jatuh tanpa siapa-siapa, lalu terpaksa bangkit tanpa bantuan siapa-siapa, membuatku tumbuh menjadi manusia yang tidak bergantung pada siapa-siapa pula.

Aku sudah lelah berbicara dengan orang lain dan akhirnya aku berbicara dengan diri sendiri memahami dan mengerti diri sendiri,Terkadang, tak peduli seberapa keras usahamu tuk bertahan, kamu terpaksa melepaskan, karena kamu lelah berjuang sendirian.

Aku pernah berpura-pura tertawa, hanya untuk menahan luka, itupun sangat terpaksa.Aku tersenyum dibalik kesedihanku. Walaupun sakit, aku akan coba untuk tetap tersenyum.

"Ketika aku tersenyum bukan berarti hidupku sempurna, aku hanya mensyukuri apa yang aku punya dan apa yang telah Tuhan berikan untukku."

Aku memiliki banyak masalah dengan hidupku, tetapi bibir ini tidak mengetahuinya.

“ Ada senyum yang membuatku lupa. Saat dimana senyum akibat luka dan rindu yang tak lagi menyapa.”

Dibalik senyumku ini , Terdapat 1001 luka yang kusembunyikan demi orang-orang yang kusayang.

Ini yang aku tulis dalam diaryku sore tadi.

“Kisah kita dahulu memang benar-benar tak akan bisa terlupakan. Namun kan selalu ku ingat dan ku kenang, meski luka semakin terasa sakit saat mengenangnya”

“Aku merindumu seperti ini, seperti seekor kupu kupu yang terbang ke sana kemari, mencari kelopak bunga matahari, namun tak jua ditemui”

“Walaupun kita sudah tidak lagi sejalan, selagi kita masih menatap langit yang sama, aku yakin, suatu saat nanti kamu akan kembali menjadi milikku”

Aku harap itu adalah sebuah kunci yang harus ku pegang erat, dengan cara terpaksa tetap akan aku lakukan dan aku jalani Jika ternyata diriku kini bukanlah semangatnya lagi, aku akan tetap menjadi pendukungnya dalam diam, dalam setiap sepertiga malamku namamu lah yang tak lupa kusebut dan kudoakan.

“Aku tak pernah bilang bahwa aku kehilanganmu. Aku bahkan belum ingin menghapusmu dari benakku,Luka hati mungkin tak akan bisa sembuh. Tapi, kita tidak bisa hanya duduk dan memandangi luka itu selamanya"

Diaryku sudah penuh dan caraku terpaksa sudah aku laksanakan saatnya nya aku membuka cerita langkah pada orang lain agar mereka tahu betapa pahitnya dibalik kata manis dari bibir mereka, tidak semudah yang mereka ucap dan mereka kira tentu ini berat bagi diriku.

Biarkan saja aku menangis dan air mataku ini menguap ke udara hingga menjadi hujan yang akan sampai di atap rumah.

Rasanya sudah perih seperti teriris dan aku sulit untuk menutupi ini semua.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status