Share

Bab 20

Penulis: Reren Andespa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-24 18:16:30

Heru terdiam sejenak, menatap ke luar jendela dengan mata nanar, mencoba meresapi perkataan Ratna, istrinya.

"Apa kamu yakin, Rat? Aku bisa menang?" tanyanya ragu, seraya menggaruk kepalanya. "Aku kan gak punya pengalaman di dunia politik."

Namun, Ratna menatap Heru tajam dan menganggukkan kepala dengan yakin. "Haduh, Mas. Jangan terlalu mikirin hal-hal seperti itu. Yang penting, kamu sekarang maju jadi calon anggota dewan. Kan lumayan gajinya jauh lebih besar daripada gaji guru," katanya sambil mengepalkan tangan, menunjukkan semangatnya.

" Tenang aja, nanti ada tim sukses yang bakal bantu kamu menang. Sekarang kamu setuju dulu, terus nanti kamu urus pengunduran diri dari pekerjaan sekarang," lanjut Ratna sembari mengangkat jempolnya, memberi semangat pada Heru.

"Tapi–" Heru sempat hendak berkata, namun Ratna segera menyela, "Udah deh, Mas. Gak usah banyak mikir. Ini kan kesempatan yang baik, masa kamu mau sia-siain gitu?"

Heru masih mengerutkan kening sejenak, mencoba menimba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 21

    Azizah menatap Rendra dengan lekat, setelah mendapatkan anggukan kepala dari pria itu, Azizah pun dengan ragu menjabat tangan Kevin. "Silahkan duduk," ujar Kevin dengan ramah. Rendra dan Azizah duduk bersebelahan, tak ingin membuang waktu lebih lama. Rendra mengarahkan pandangannya pada Azizah, "Ceritakan semuanya pada Kevin," ujarnya lembut. Azizah menarik napas dalam-dalam, mengatur detak jantung yang berdebar, kemudian dengan suara bergetar mulai menceritakan kisah pilu yang menimpanya selama ini pada Kevin. Air matanya jatuh, membasahi pipinya saat ia mengatakan, "Aku tidak menyalahkan takdir yang membuat aku harus dipenjara karena kesalahan yang tidak aku lakukan. Namun, yang tak sanggup ku lalui adalah dipisahkan dari putriku. Aku merindukannya, tolong pertemukan aku dengannya." Azizah melipat kedua tangannya memelas, menatap dalam-dalam ke mata Kevin. Kevin mengangguk-anggukkan kepalanya perlahan, tatapan mata pengacara muda itu tak lepas dari wajah Azizah. Hal tersebut m

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 1

    "Gak mungkin! Mas Heru gak mungkin menikah lagi, Mbak pasti bohong, kan?" Azizah berteriak histeris, matanya terbelalak tak percaya mendengar kabar dari seorang kerabat yang membesuknya di rutan. Sejak setahun lalu, ia terperangkap dalam jeruji besi karena kesalahan yang bukan berasal darinya, melainkan demi melindungi suaminya. "Mbak gak bohong, Azizah. Heru kemarin menikahi seorang janda kaya raya. Kalau kamu gak percaya, lihat ini." Wanita itu mengeluarkan sebuah foto dari dalam plastik makanan yang ia bawa dan menyodorkannya pada Azizah. Azizah menatap foto tersebut dengan ekspresi kosong; dalam foto, suaminya berjabat tangan dengan pria lain dan tersenyum sumringah bersama wanita cantik di sisinya. Jantung Azizah berdegup kencang, perasaan sesak yang melumpuhkan bercampur dengan rasa terluka dan dikhianati. Air mata mulai mengalir membasahi pipinya, jatuh membasahi foto tersebut. Dunianya terasa runtuh, semua ini bagai mimpi buruk yang mengejarnya; ia berharap bisa segera t

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 2

    "Apa yang terjadi denganmu, Azizah? " Pertanyaan tiba-tiba itu membuat Azizah bergegas menyeka air matanya, memaksakan bibirnya untuk tetap tersenyum dan menyapa teman dekatnya dengan lembut. "Sri, kamu kok bangun? " suara Azizah bergetar hebat, namun ia mencoba untuk tetap kuat, menyembunyikan semua rasa sakit yang menusuk hatinya dari teman terbaiknya itu. Sri menarik napas dalam-dalam, lalu bangkit dan duduk di sisi Azizah, " Aku mendengar semuanya, Azizah. Aku terbangun sejak tadi dan mendengarmu yang terus saja menangis.""Bukankah kita sudah menjadi teman baik? Lalu, kenapa kamu sembunyikan kesedihanmu ini pada temanmu ini? " tanya Sri dengan suara pelan, agar tidak membangunkan rekannya yang lain. Azizah menggeleng, " Kamu salah dengar, aku baik-baik saja, Sri. Aku ... aku hanya merindukan putriku. Pasti saat ini dia udah bisa jalan, pasti dia udah bisa makan sendiri. " Bibirnya bergetar dan air matanya pun kembali mengalir. "Aku sangat merindukan Nayla, aku merindukannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 3

    Petugas bergegas masuk ke ruangan sel. Satu di antara mereka, seorang polwan, berjongkok di samping Azizah yang terkulai lemas dan berusaha menyadarkannya dengan mengipaskan minyak kayu putih di dekat hidungnya.Sri serta rekan-rekannya mengawasi dengan penuh harap, dan bersama-sama melepaskan napas lega saat Azizah perlahan membuka matanya.Namun, kondisi Azizah masih tampak mengkhawatirkan. Napasnya tersengal-sengal dan terlihat ia kesulitan untuk bernapas."Apa yang kamu rasakan, Azizah?" tanya Sri, wajahnya dipenuhi rasa prihatin."Dadaku ... dadaku sesak," sahut Azizah seraya mengusap dadanya, berusaha menarik napas sedalam-dalamnya.Sri menatap petugas polisi dengan pandangan memelas. "Azizah memiliki riwayat asam lambung. Tolong bawa dia ke rumah sakit. Tolong!" pintanya dengan nada memelas.Mengangguk mengerti, petugas saling bertukar pandang, lalu segera membawa Azizah keluar dari sel. Mereka bergegas menuju Rumah Sakit Bhayangkara dengan sebuah ambulans.Begitu tiba, Azizah

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 4

    "Sudah enam bulan, Mbak. Sudah enam bulan aku tidak bertemu dengan putriku, aku sangat merindukan dia Mbak," ujar Azizah sambil menitikkan air mata yang terus saja meleleh. Mbak Dina merasakan rasa sesak yang mulai memenuhi dadanya, tangannya bergetar sebelum segera menyeka air mata di pipi Azizah. "Kamu jangan nangis, Azizah. Hati Mbak sakit tiap kali lihat kamu nangis kayak gini. Sebentar lagi kamu akan keluar dari penjara, kamu akan segera bertemu dengan putrimu. Yang penting sekarang, kamu harus sembuh dulu agar kamu bisa keluar dari rumah sakit ini." Azizah menghela napas dalam-dalam, kemudian menatap air infus yang menetes dengan perlahan. Hatinya berbisik, 'Kenapa kamu begitu jahat, Mas? Padahal aku berada di dalam penjara itu semua demi kamu. Kamu khianati aku dan sekarang kamu juga melarang Mbak Dina membawa anak kita kemari, kenapa?' Azizah menatap kosong, seraya membayangkan suaminya yang sudah tega mengkhianatinya.'Kamu bahkan tidak peduli lagi dengan keadaanku,' guma

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 5

    Dokter Rendra tersenyum sinis, menggelengkan kepala pelan sambil bergumam, "Ada apa dengan adikku yang satu ini?"Ia melangkah cepat menyusul Indri, kakinya terhenti ketika melihat Indri berdiri tegak di depan pintu, telinganya mendekat ke celah pintu seolah sedang menguping."Kenapa kamu menguping di sini?" Pertanyaan mendadak Rendra sontak membuat Indri terperanjat."Sttt," Indri menempelkan telunjuknya di bibir, meminta Rendra untuk diam, dan mengisyaratkan agar ikut mendengar.Mereka berdua pun menguping, segera menangkap percakapan beberapa orang yang asyik membahas keburukan Azizah karena statusnya sebagai narapidana."Aduh, padahal cantik dan muda loh dia," seru salah seorang."Eh, siapa sangka sih jadi narapidana."Wajah Indri mulai memerah kesal, ia menoleh ke Rendra lalu berbisik dengan nada jengkel, "Mereka nggak bosan-bosannya ya ngomongin keburukan Azizah?"Tanpa menunggu jawaban Rendra, Indri membuka pintu ruangan dengan keras, membuat mereka yang tengah asyik membicarak

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 6

    Indri menghempaskan dirinya di kursi dengan wajah kesal setelah tiba di rumah, seakan memendam kemarahan yang tak terucapkan.Rendra hanya tersenyum getir sambil mengikuti langkah adiknya masuk ke rumah. Di tangan kanannya, tergenggam tas hitam yang dibawanya."Assalamualaikum," sapanya ringan, terasa menenangkan di tengah kebekuan suasana.Seorang wanita berjilbab dan berwajah teduh tengah duduk di sofa ruang tengah tak jauh dari Indri."Waalaikumsalam," sahut wanita itu dengan suara lembut nan menyejukkan, senyumannya terukir di bibir seakan membawa ketenangan. Tangannya terulur pada Rendra. "Kamu sudah pulang, Nak?"Rendra mengangguk sambil menjabat uluran tangan itu, mencium punggung telapak tangan wanita yang tak lain adalah ibunya dengan lembut lalu duduk di sampingnya."Itu, adik kamu kenapa bete gitu wajahnya?" tanya ibunya penasaran, matanya melirik-lirik ke arah Indri."Ngambek dia, Ma," jawab Rendra sambil menghela napas berat."Ngambek kenapa? Jarang-jarang loh, adikmu itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-06-27
  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 7

    "Gak! Aku nggak mungkin bisa menceraikan Azizah, " ucap Heru sambil menggelengkan kepalanya. "Kenapa tidak bisa? " tanya Ratna dengan mata yang melotot. Azizah sudah mengorbankan dirinya hanya untuk menyelamatkan Heru dari jeratan hukum, jika saja bukan karena Azizah, Heru sudah lama mendekam di penjara. Melihat suaminya yang hanya diam, Ratna mendengus kesal, " Kenapa tidak bisa? " ulangnya sambil menggebrak meja, mukanya merah padam karena marah. Heru tersentak, mengusap keringat dingin yang mulai membasahi dahinya. Ia tidak mungkin menjelaskan apa yang sudah Azizah lakukan untuk dirinya, pada istri barunya itu. "Aku ... aku, " ucapan Heru terputus, lidahnya mendadak kelu. Hal itu membuat Ratna semakin murka, " Jangan bilang kalau kamu masih mencintai istrimu itu, Mas?""Bukan, bukan seperti itu. Hanya saja ... ""Hanya saja apa? " potong Ratna, " Jangan banyak alasan, Mas! Akui saja kalau kamu masih sangat mencintai istri pertamamu itu, makanya kamu tidak mau menceraikan dia.

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-10

Bab terbaru

  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 21

    Azizah menatap Rendra dengan lekat, setelah mendapatkan anggukan kepala dari pria itu, Azizah pun dengan ragu menjabat tangan Kevin. "Silahkan duduk," ujar Kevin dengan ramah. Rendra dan Azizah duduk bersebelahan, tak ingin membuang waktu lebih lama. Rendra mengarahkan pandangannya pada Azizah, "Ceritakan semuanya pada Kevin," ujarnya lembut. Azizah menarik napas dalam-dalam, mengatur detak jantung yang berdebar, kemudian dengan suara bergetar mulai menceritakan kisah pilu yang menimpanya selama ini pada Kevin. Air matanya jatuh, membasahi pipinya saat ia mengatakan, "Aku tidak menyalahkan takdir yang membuat aku harus dipenjara karena kesalahan yang tidak aku lakukan. Namun, yang tak sanggup ku lalui adalah dipisahkan dari putriku. Aku merindukannya, tolong pertemukan aku dengannya." Azizah melipat kedua tangannya memelas, menatap dalam-dalam ke mata Kevin. Kevin mengangguk-anggukkan kepalanya perlahan, tatapan mata pengacara muda itu tak lepas dari wajah Azizah. Hal tersebut m

  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 20

    Heru terdiam sejenak, menatap ke luar jendela dengan mata nanar, mencoba meresapi perkataan Ratna, istrinya. "Apa kamu yakin, Rat? Aku bisa menang?" tanyanya ragu, seraya menggaruk kepalanya. "Aku kan gak punya pengalaman di dunia politik." Namun, Ratna menatap Heru tajam dan menganggukkan kepala dengan yakin. "Haduh, Mas. Jangan terlalu mikirin hal-hal seperti itu. Yang penting, kamu sekarang maju jadi calon anggota dewan. Kan lumayan gajinya jauh lebih besar daripada gaji guru," katanya sambil mengepalkan tangan, menunjukkan semangatnya. " Tenang aja, nanti ada tim sukses yang bakal bantu kamu menang. Sekarang kamu setuju dulu, terus nanti kamu urus pengunduran diri dari pekerjaan sekarang," lanjut Ratna sembari mengangkat jempolnya, memberi semangat pada Heru. "Tapi–" Heru sempat hendak berkata, namun Ratna segera menyela, "Udah deh, Mas. Gak usah banyak mikir. Ini kan kesempatan yang baik, masa kamu mau sia-siain gitu?" Heru masih mengerutkan kening sejenak, mencoba menimba

  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 19

    Bu Hana berdiri, menggigit bibirnya, lalu dengan suara gemetar ia memanggil, "Kemarilah, Azizah."Azizah melepaskan diri dari pelukan Indri, kemudian berdiri dengan linangan air mata. Tangisnya pun pecah saat Bu Hana menarik dirinya dan memeluknya erat."Allah mengujimu, karena Allah tau kamu wanita yang kuat. Kamu wanita terpilih, Nak. Kamu gak boleh nyerah, kamu masih muda, dan perjalanan kamu masih panjang. Jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hidupmu lagi," ucap Bu Hana, sambil mengusap punggung Azizah dengan lembut."Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya," tambahnya."Aku sudah gak punya siapa-siapa lagi, Bu. Bahkan satu-satunya keluarga yang aku miliki juga tidak mempercayaiku," ucap Azizah dengan suara parau.Bu Hana mengusap punggung Azizah dengan lembut, lirih berkata, "Percayalah Azizah, kamu manusia terpilih untuk melewati semua ujian berat ini. Ibu yakin kamu bisa melewati semuanya."Air mata Indri jatuh membasahi pipinya, ia menatap Rendra dengan mata berkaca-kaca.

  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 18

    "Astagfirullah," desah seorang pria, wajahnya nampak pucat, ketakutan.Matanya membelalak seiring dengan kakinya yang menekan rem kuat-kuat. Ia menghela napas lega saat mobilnya berhenti hanya sejengkal dari Azizah yang terdiam dengan mata terpejam di tengah jalan."Apa yang sedang dilakukan wanita ini?" gumamnya heran, menatap Azizah dengan alis berkerut.Pria itu mengintip lebih dekat, matanya terbelalak saat menyadari sosok yang hampir saja ia tabrak adalah Azizah."Azizah?" lirihnya terkejut. Dengan cepat, ia turun dari mobil sambil membawa payung, dan segera memayungi tubuh Azizah."Apa yang sedang kamu lakukan di tengah jalan seperti ini, Azizah?" teriaknya, tak mampu menutupi kekhawatirannya, karena hujan masih turun dengan deras.Azizah membuka matanya perlahan, tatapannya beralih dari payung di atasnya ke wajah pria yang mengenakan seragam dokter."Anda?" tanyanya lembut."Aku dokter Rendra, aku yang merawatmu selama kau berada di rumah sakit. Ayo cepat masuk ke mobil," ujar

  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 17

    Azizah mengepalkan tangannya ketat, matanya memerah akibat air mata yang tak bisa dibendung lagi."Semua yang Mas Rudi katakan itu fitnah, Mbak," ujarnya dengan suara serak. "Aku sama sekali gak ngerayu dia, dia sendiri yang tiba-tiba saja datang dan masuk ke dalam kamarku."Azizah menarik napas sejenak, menahan rasa terluka. "Dia ingin menodaiku, Mbak. Aku berteriak memanggilmu ...""Bohong!" pekik Rudi sambil mengacungkan jari telunjuknya pada wajah Azizah. "Kamu jangan memfitnahku seperti ini, Azizah.""Kamu sendiri yang datang menemuiku, karena kamu kesepian. Kamu memintaku untuk menemanimu, kamu memintaku untuk tidur denganmu, Azizah!" teriak Rudi dengan penuh emosi.Azizah melangkah mendekati Mbak Dina, kakak sepupunya itu, dan meraih tangannya dengan lembut."Demi Allah, Mbak. Aku mengatakan yang sebenarnya. Mas Rudi ingin melecehkan aku, Mbak. Mas Rudi ingin menodai aku!" teriaknya, mencoba mengungkapkan kebenaran. "Mbak harus percaya padaku, aku gak akan pernah ngekhianatin M

  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 16

    Azizah terlihat menemani Nando bermain di ruang tengah, sebelum akhirnya Mbak Dina datang dan meminta tolong padanya untuk membelikan penyedap."Bawa payung Azizah, sepertinya mau hujan, " ucap Mbak Dina, melihat langit di luar sudah gelap. Azizah mengangguk, meraih payung dan segera melangkahkan kakinya menuju sebuah warung. "Yah tutup, " gumam Azizah, mendapati warung yang tidak terlalu jauh dari rumah kakak sepupunya itu tutup. Menarik napas dalam-dalam, Azizah lalu menatap ke ujung jalan. Mau tidak mau, ia harus berbelanja di warung Sekar, warung terbesar yang ada di kampungnya itu. Di tengah perjalanan, mata Azizah terpaku pada seorang gadis kecil yang tengah bermain dengan dua temannya di halaman rumah. Gadis itu mengenakan gaun cantik yang mengingatkannya pada gaun milik Nayla. Perasaan gusar dan kebingungan menerpa Azizah, membuat langkahnya menghampiri gadis kecil tersebut. "Apa ini gaun milik Nayla?" desis Azizah penuh emosi, menahan gadis kecil itu dengan pegangan ku

  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 15

    "Maafkan aku, Mbak. Aku udah buat Mbak kecewa, tapi tadi ..." suara Azizah tercekat saat menceritakan bagaimana dia dipecat oleh manajer laundry karena membongkar tentang cincin emas pelanggan yang diambil sang manajer.Mbak Dina menghela napas dalam-dalam sambil melemparkan senyum penuh pengertian pada Azizah. "Kamu sudah melakukan hal yang benar, Azizah. Mbak doakan semoga nanti, kamu bisa menemukan pekerjaan yang lebih layak ya.""Aamiin, Mbak."Keesokan paginya, dapur menjadi saksi betapa sibuknya Azizah membantu Mbak Dina. Sambil mencuci sayuran, tangannya serasa bertenaga, membasuh permukaan hijau tersebut.Sedangkan Mbak Dina sibuk mengiris bawang. "Jadi, nanti kamu ingin ke pasar dan membeli baju untuk Nayla?" tanya Mbak Dina.Azizah mengangguk antusias. "Iya, Mbak. Kemarin aku sempat melihat gaun yang cantik sekali. Aku ingin menggunakan uang hasil jerih payahku di penjara untuk membelikan pakaian Nayla. Apalagi minggu depan dia ulang tahun yang ke dua tahun, aku ingin member

  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 14

    Wiwin, rekan kerja Azizah mencoba mengingatkan Azizah. “ Jangan ngelamun, Zah. Kalau si Ina ngelihat kamu ngelamun, bisa panjang urusannya. Ayo cepat bekerja, ini hari pertama kamu. Si Ina itu suka mecat orang, kalau ada yang dia gak suka. Dia gak segan main pecat.”“Benarkah?” kata Azizah.“Iya, Azizah. Makanya kamu harus kerja yang rajin.”Azizah mengangguk. "Em, iya, " sahut Azizah. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya, hingga jam makan siang pun datang. "Ayo Azizah, kita makan siang dulu, " ajak Wiwin. "Kamu duluan saja, Win. Aku ingin sholat dzuhur, " ujar Azizah. "Hm, ya sudah, " kata Wiwin. " Aku makan siang dulu, ya. "Azizah mengangguk, ia segera melangkah keluar, menghampiri motornya yang ada di parkiran. Ingin mengambil mukenah yang ia bawa dari rumah dan letakkan di dalam bagasi motor. Namun, ia malah tertegun menatap sebuah toko pakaian yang menjajakan berbagai macam pakaian anak-anak di seberang jalan, bibirnya mengulas senyuman tipis mendapati sebuah gaun cantik yang

  • TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI   Bab 13

    "Haduh, kalau aku cerita sama abang, takutnya abang gak akan percaya," keluh Indri. "Abang kan gitu, selalu saja menyebut Azizah itu orang jahat hanya karena statusnya yang narapidana." Rendra melirik adiknya, lalu mengambil kursi rias milik Indri dan membawanya ke samping adiknya agar mereka bisa duduk berhadapan. "Abang mohon, cerita sama abang. Memangnya apa yang dikatakan Sri padamu?" desak Rendra, wajahnya terlihat penasaran. "Nah, begini, Bang. Di hari kebebasan Azizah kemarin, semua tahanan satu sel Azizah nampak sedih. Terutama Sri, hingga saat jam makan siang, dia gak mau ikut makan." Indri mengecup bibirnya, mengingat keadaan tersebut. "Sri berdiam diri di dalam sel. Pas aku tanyain, dia pun menceritakan semuanya." Indri menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Azizah masuk penjara hanya demi melindungi suaminya, Bang. Azizah bukanlah penipu, tapi suaminya lah yang penipu. Azizah rela mengakui perbuatan yang dilakukan suaminya itu hanya karena ingin putrinya, Nay

DMCA.com Protection Status