Beranda / Pernikahan / Surat Cerai Dari Ibu Mertua / Part 2, Kecemburuan Ibu Mertua

Share

Part 2, Kecemburuan Ibu Mertua

Nadira masuk ke kamar suaminya, dengan rasa kecewa yang teramat. Ia merebahkan tubuh dan meringkuk seorang diri, yang ia rasakan tentu saja rasa kesal, karena ibu mertuanya bersikap tidak wajar seperti itu pada putranya.

Nadira gelisah, pikirannya melalang buana, bayangan akan ketidak nyamanan semakin menghantui pikirannya jika ia dan suami masih tetap tinggal di sana bersama mertuanya.

"Huh,"

Nadira merasa gerah, padahal suhu di kamar AC itu seharusnya cukup membuat dirinya terasa dingin dan nyaman, ia turun dari ranjang, berjalan ke sana ke mari untuk mencari ketenangan, namun bukan malah tenang ia justru semakin berpikir buruk saja.

"Ah, tidak-tidak, aku tidak boleh berpikir buruk seperti ini! Benar, mungkin ibu mertua sedang kelelahan karena baru saja menyelesaikan tugas menikahkan putra bungsu nya, banyak sekali acara yang terjadi hingga sampai di titik ini, aku tidak boleh buruk sangka."

Nadira akhirnya berdamai dengan dirinya sendiri, ia terus berusaha membujuk dan merayu hatinya agar jauh lebih baik, ia kembali ke atas ranjang dan tidur.

Pukul 05:00 wib

Chandra keluar dari kamar bu Hesti setelah semalaman ia menemani ibunya tidur, Chandra berharap jika istrinya itu tidak marah dan memaafkan ibunya, perlahan Chandra membuka pintu kamar yang kebetulan tidak dikunci oleh Nadira, karena Nadira berharap kapanpun Chandra akan kembali ke kamarnya.

Chandra menatap Nadira yang sedang tertidur pulas dengan piyama pendek yang ia kenakan, membuatnya merasa sangat gemas, perlahan Chandra mengecup bibir mungil Nadira hingga membuat Nadira terkejut dan terbangun.

"Mas!"

"Sssst, biarkan aku di sini, tidur bersamamu," bisik Chandra sangat dekat dengan wajah Nadira.

"Tapi bagaimana dengan ibu?" Nadira terlihat mencemaskan ibu mertuanya.

"Ibu sudah tidur, semalaman aku diminta untuk memijit tubuhnya, maafkan aku sayang, aku tidak kuasa menolak perintah Ibu, aku sendiri tidak tahu, mengapa Ibu sangat manja sekali," seru Chandra kesal.

"Mas, mungkin ibu belum siap melepaskan mu untukku, aku rasa kamu lebih baik kembali ke kamar ibu," suruh Nadira tidak ingin egois.

"Tidak, kau juga berhak atas diriku, apalagi ini adalah malam pertama kita." tolak Chandra dengan halus.

Nadira masih memikirkan ibu mertua nya, ia tidak ingin jika sampai ibunya mengira bahwa ia telah merebut paksa Chandra darinya, tetapi Chandra juga tidak bisa membiarkan istrinya berada di dalam kamar pengantin seorang diri.

"Mas, aku mohon kembali lah ke kamar ibu," pinta Nadira lagi.

"Tidak, aku mau tidur di sini, aku mau menemani kamu." tolak Chandra, ia langsung mendekap tubuh Nadira.

***

"Terima kasih sayang," ucap Chandra tersenyum bahagia.

"Ya Mas, sama-sama," lirih Nadira yang masih berusaha mengatur nafas.

"Kau pasti lelah, ini masih pagi, ayo lanjut kan tidur mu." suruh Chandra, ia memeluk Nadira dan memintanya untuk tidur kembali.

Tepat pukul 07:00 pagi

Bu Hesti terbangun dengan kecewa, karena ia sudah tidak melihat putranya lagi di sampingnya, ia menggerutu kesal dan menyibak selimut dengan kasar. Ia keluar dari kamar dan tatapannya tertuju pada pintu kamar Chandra.

"Pasti Chandra tidur di kamar itu bersama istrinya, tega sekali dia meninggalkan ibunya yang masih membutuhkan dirinya!" gerutu bu Hesti kesal.

Saat sedang memperhatikan pintu kamar, Anita menyapa ibu mertuanya sembari membawakan makanan yang akan ia letakkan di meja makan.

"Selamat pagi Ibu, kau sudah bangun,"

"Ya, sudah.. Apa Chandra sudah bangun?"

"Belum Bu, sepertinya belum ada yang keluar dari kamar itu,"

"Sudah jam segini kok belum bangun, biar Ibu bangunkan mereka!"

"Eits, Bu... Jangan, mereka itu kan masih pengantin baru, jadi wajar lah bangun kesiangan, jangan di bangunkan, ya."

Roy mencegah ketika ibunya hendak menghampiri kamar sang adik, karena tidak bisa berbuat sesuatu yang ia inginkan, akhirnya bu Hesti kembali ke kamarnya dengan perasaan kesal.

Roy dan Anita hanya saling tatap satu sama lain, memperhatikan tingkah ibunya yang sangat aneh, tetapi mereka nampak acuh dan kembali pada aktifitas mereka masing-masing.

"Astaga! Mas, sudah jam berapa ini!"

Nadira terbangun ketika mendengar suara berisik dari luar kamar, bu Hesti sengaja menyalakan musik dengan keras agar Nadira dan Chandra terganggu, dan apa yang ia lakukan itu akhirnya berhasil.

"Ada apa sayang," Chandra mengucek matanya, karena merasa masih mengantuk.

"Mas, kita kesiangan, ayo bangun Mas, aku malu, ini rumah ibu kamu, aku sangat malu karena bangun kesiangan," Nadira terlihat panik ketika ia menyadari jam sudah menunjukkan pukul 10:00 pagi.

"Tenang sayang, kak Roy dan mbak Anita dulu pas pengantin baru juga seharian malah nggak keluar kamar, tapi ibu biasa saja. Jangan terlalu khawatir." jelas Chandra melempar senyum.

Tetapi Nadira tidak ingin tetap berada di kamar, ia harus bangun dan membersihkan diri, namun saat hendak menuruni ranjang, ada sebuah rasa yang teramat linu. Mungkin karena kali pertama Chandra menyentuhnya pagi tadi, hingga menimbulkan rasa nyeri.

"Au,"

Nadira merintih sambil menahan rasa sakit. Chandra menyadari hal itu lalu dengan cepat ia meminta maaf dan membantu Nadira pergi ke kamar mandi.

Kini Chandra dan Nadira sudah dalam keadaan rapi dan wangi, mereka keluar dari kamar dan disambut dengan keluarga yang sedang duduk di sofa.

"Sudah bangun akhirnya, ayo Chandra kita sarapan bareng," tiba-tiba bu Hesti meraih pergelangan tangan Chandra dan menuntunnya ke meja makan.

Meninggalkan Nadira yang berada di belakangnya. Anita terlihat menyunggingkan senyum ketidaksukaan pada adik ipar nya itu, lalu pergi menyusul ibu mertuanya di meja makan. Begitu juga dengan Roy yang berjalan dengan tatapan fokus mengarah pada ponselnya.

"Sayang, ayo kita sarapan di sini," ajak Chandra memanggil Nadira.

"I-iya Mas." jawab Nadira gugup

Kini Nadira sudah berada di samping kanan Chandra, sementara di samping kiri suaminya ada sang ibu yang terlihat begitu bersemangat melayani putranya, Nadira bahkan tidak diizinkan menyiapkan makanan untuk suaminya oleh bu Hesti, di meja makan itu Nadira terlihat sangat kikuk dan tidak nyaman.

"Chandra sejak kecil saya layani dengan baik, saya rawat dan saya besarkan dengan penuh kasih sayang, saya berharap kalau Chandra akan berterima kasih pada saya dengan tidak menyia-nyiakan saya setelah menikah denganmu," celetuk bu Hesti menatap Nadira sinis.

"Bu, kenapa bicaranya seperti itu?" omel Chandra, ia kecewa ketika ibunya berkata demikian.

"Ibu berkata seperti itu agar istrimu tahu, bahwa bukan hanya dia yang membutuhkan dirimu, tetapi Ibu juga, jadi kamu tidak perlu marah." jawab bu Hesti ceplas ceplos.

Nadira menelan saliva, tidak menyangka jika ternyata ia harus bersaing dengan ibu mertuanya sendiri terkait waktu dan cinta suaminya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status