Beranda / Pernikahan / Surat Cerai Dari Ibu Mertua / Part 2, Kecemburuan Ibu Mertua

Share

Part 2, Kecemburuan Ibu Mertua

last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-08 16:45:42

Nadira masuk ke kamar suaminya, dengan rasa kecewa yang teramat. Ia merebahkan tubuh dan meringkuk seorang diri, yang ia rasakan tentu saja rasa kesal, karena ibu mertuanya bersikap tidak wajar seperti itu pada putranya.

Nadira gelisah, pikirannya melalang buana, bayangan akan ketidak nyamanan semakin menghantui pikirannya jika ia dan suami masih tetap tinggal di sana bersama mertuanya.

"Huh,"

Nadira merasa gerah, padahal suhu di kamar AC itu seharusnya cukup membuat dirinya terasa dingin dan nyaman, ia turun dari ranjang, berjalan ke sana ke mari untuk mencari ketenangan, namun bukan malah tenang ia justru semakin berpikir buruk saja.

"Ah, tidak-tidak, aku tidak boleh berpikir buruk seperti ini! Benar, mungkin ibu mertua sedang kelelahan karena baru saja menyelesaikan tugas menikahkan putra bungsu nya, banyak sekali acara yang terjadi hingga sampai di titik ini, aku tidak boleh buruk sangka."

Nadira akhirnya berdamai dengan dirinya sendiri, ia terus berusaha membujuk dan merayu hatinya agar jauh lebih baik, ia kembali ke atas ranjang dan tidur.

Pukul 05:00 wib

Chandra keluar dari kamar bu Hesti setelah semalaman ia menemani ibunya tidur, Chandra berharap jika istrinya itu tidak marah dan memaafkan ibunya, perlahan Chandra membuka pintu kamar yang kebetulan tidak dikunci oleh Nadira, karena Nadira berharap kapanpun Chandra akan kembali ke kamarnya.

Chandra menatap Nadira yang sedang tertidur pulas dengan piyama pendek yang ia kenakan, membuatnya merasa sangat gemas, perlahan Chandra mengecup bibir mungil Nadira hingga membuat Nadira terkejut dan terbangun.

"Mas!"

"Sssst, biarkan aku di sini, tidur bersamamu," bisik Chandra sangat dekat dengan wajah Nadira.

"Tapi bagaimana dengan ibu?" Nadira terlihat mencemaskan ibu mertuanya.

"Ibu sudah tidur, semalaman aku diminta untuk memijit tubuhnya, maafkan aku sayang, aku tidak kuasa menolak perintah Ibu, aku sendiri tidak tahu, mengapa Ibu sangat manja sekali," seru Chandra kesal.

"Mas, mungkin ibu belum siap melepaskan mu untukku, aku rasa kamu lebih baik kembali ke kamar ibu," suruh Nadira tidak ingin egois.

"Tidak, kau juga berhak atas diriku, apalagi ini adalah malam pertama kita." tolak Chandra dengan halus.

Nadira masih memikirkan ibu mertua nya, ia tidak ingin jika sampai ibunya mengira bahwa ia telah merebut paksa Chandra darinya, tetapi Chandra juga tidak bisa membiarkan istrinya berada di dalam kamar pengantin seorang diri.

"Mas, aku mohon kembali lah ke kamar ibu," pinta Nadira lagi.

"Tidak, aku mau tidur di sini, aku mau menemani kamu." tolak Chandra, ia langsung mendekap tubuh Nadira.

***

"Terima kasih sayang," ucap Chandra tersenyum bahagia.

"Ya Mas, sama-sama," lirih Nadira yang masih berusaha mengatur nafas.

"Kau pasti lelah, ini masih pagi, ayo lanjut kan tidur mu." suruh Chandra, ia memeluk Nadira dan memintanya untuk tidur kembali.

Tepat pukul 07:00 pagi

Bu Hesti terbangun dengan kecewa, karena ia sudah tidak melihat putranya lagi di sampingnya, ia menggerutu kesal dan menyibak selimut dengan kasar. Ia keluar dari kamar dan tatapannya tertuju pada pintu kamar Chandra.

"Pasti Chandra tidur di kamar itu bersama istrinya, tega sekali dia meninggalkan ibunya yang masih membutuhkan dirinya!" gerutu bu Hesti kesal.

Saat sedang memperhatikan pintu kamar, Anita menyapa ibu mertuanya sembari membawakan makanan yang akan ia letakkan di meja makan.

"Selamat pagi Ibu, kau sudah bangun,"

"Ya, sudah.. Apa Chandra sudah bangun?"

"Belum Bu, sepertinya belum ada yang keluar dari kamar itu,"

"Sudah jam segini kok belum bangun, biar Ibu bangunkan mereka!"

"Eits, Bu... Jangan, mereka itu kan masih pengantin baru, jadi wajar lah bangun kesiangan, jangan di bangunkan, ya."

Roy mencegah ketika ibunya hendak menghampiri kamar sang adik, karena tidak bisa berbuat sesuatu yang ia inginkan, akhirnya bu Hesti kembali ke kamarnya dengan perasaan kesal.

Roy dan Anita hanya saling tatap satu sama lain, memperhatikan tingkah ibunya yang sangat aneh, tetapi mereka nampak acuh dan kembali pada aktifitas mereka masing-masing.

"Astaga! Mas, sudah jam berapa ini!"

Nadira terbangun ketika mendengar suara berisik dari luar kamar, bu Hesti sengaja menyalakan musik dengan keras agar Nadira dan Chandra terganggu, dan apa yang ia lakukan itu akhirnya berhasil.

"Ada apa sayang," Chandra mengucek matanya, karena merasa masih mengantuk.

"Mas, kita kesiangan, ayo bangun Mas, aku malu, ini rumah ibu kamu, aku sangat malu karena bangun kesiangan," Nadira terlihat panik ketika ia menyadari jam sudah menunjukkan pukul 10:00 pagi.

"Tenang sayang, kak Roy dan mbak Anita dulu pas pengantin baru juga seharian malah nggak keluar kamar, tapi ibu biasa saja. Jangan terlalu khawatir." jelas Chandra melempar senyum.

Tetapi Nadira tidak ingin tetap berada di kamar, ia harus bangun dan membersihkan diri, namun saat hendak menuruni ranjang, ada sebuah rasa yang teramat linu. Mungkin karena kali pertama Chandra menyentuhnya pagi tadi, hingga menimbulkan rasa nyeri.

"Au,"

Nadira merintih sambil menahan rasa sakit. Chandra menyadari hal itu lalu dengan cepat ia meminta maaf dan membantu Nadira pergi ke kamar mandi.

Kini Chandra dan Nadira sudah dalam keadaan rapi dan wangi, mereka keluar dari kamar dan disambut dengan keluarga yang sedang duduk di sofa.

"Sudah bangun akhirnya, ayo Chandra kita sarapan bareng," tiba-tiba bu Hesti meraih pergelangan tangan Chandra dan menuntunnya ke meja makan.

Meninggalkan Nadira yang berada di belakangnya. Anita terlihat menyunggingkan senyum ketidaksukaan pada adik ipar nya itu, lalu pergi menyusul ibu mertuanya di meja makan. Begitu juga dengan Roy yang berjalan dengan tatapan fokus mengarah pada ponselnya.

"Sayang, ayo kita sarapan di sini," ajak Chandra memanggil Nadira.

"I-iya Mas." jawab Nadira gugup

Kini Nadira sudah berada di samping kanan Chandra, sementara di samping kiri suaminya ada sang ibu yang terlihat begitu bersemangat melayani putranya, Nadira bahkan tidak diizinkan menyiapkan makanan untuk suaminya oleh bu Hesti, di meja makan itu Nadira terlihat sangat kikuk dan tidak nyaman.

"Chandra sejak kecil saya layani dengan baik, saya rawat dan saya besarkan dengan penuh kasih sayang, saya berharap kalau Chandra akan berterima kasih pada saya dengan tidak menyia-nyiakan saya setelah menikah denganmu," celetuk bu Hesti menatap Nadira sinis.

"Bu, kenapa bicaranya seperti itu?" omel Chandra, ia kecewa ketika ibunya berkata demikian.

"Ibu berkata seperti itu agar istrimu tahu, bahwa bukan hanya dia yang membutuhkan dirimu, tetapi Ibu juga, jadi kamu tidak perlu marah." jawab bu Hesti ceplas ceplos.

Nadira menelan saliva, tidak menyangka jika ternyata ia harus bersaing dengan ibu mertuanya sendiri terkait waktu dan cinta suaminya.

Bab terkait

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 3, Syarat Yang Diajukan

    "Nadira, sini!"Anita memanggil Nadira dengan suara lantang, wanita yang baru sehari tinggal bersama ibu mertua dan kakak iparnya itu segera menghampiri. "Ada apa Mbak?" tanya Nadira setelah berhadapan dengan Anita. "Ini catatan dan tugas kamu selaku adik ipar di sini, setelah menikah dengan putra dari ibu Hesti, kita diwajibkan untuk membersihkan rumah ini, ibu tidak pernah memelihara pembantu, jadi semua pekerjaan rumah, kita bagi tugas," Anita memberikan penjelasan seraya memberikan catatan di sebuah kertas. "Jadi kita yang harus membersihkan semua ruangan di rumah ini, Mbak? Tapi Mbak, aku ada kerjaan di luar rumah, pekerjaan di kantor bersama mas Chandra," ucap Nadira keberatan. "Nadira, tugas seorang istri itu ada di dalam rumah, jadi kamu tidak perlu bekerja bersama Chandra, biarkan Chandra bekerja keras untuk membiayai kebutuhan kita sebagai istri, jadi aku harap kamu tidak protes! Sejak aku menikah dengan mas Roy, salon kecantikan ku saja aku serahkan pada ibu mertua, jad

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10
  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 4, Bekal Untuk Chandra

    "Gimana Chandra, tanya istrimu itu, apa dia sanggup menerima syarat dari Ibu?" bu Hesti menatap seraya penuh penekanan. "Ya Bu, kami setuju." jawab Chandra tegas. Nadira mengerutkan kening ketika suaminya memberikan jawaban tanpa bertanya dulu padanya, namun setelah memberikan jawaban Chandra dengan erat menggenggam tangan Nadira, meskipun tatapan matanya mengarah pada ibu Hesti. "Oke kalau gitu, aku dan Nadira mau istirahat dulu," pamit Chandra mengajak Nadira pergi. "Mau ke mana si Chandra, kok buru-buru banget. Kamu mending temenin Ibu belanja dulu ke supermarket, ya," ajak bu Hesti dengan semangat. "Bu, kenapa nggak besok aja sama Mbak Anita, Mbak Anita kan di rumah terus," tolak Chandra. "Chandra, kamu kenapa si? Dua hari nikah sama Nadira aja kamu udah berubah banget gitu sikapnya sama Ibu, Ibu kecewa sama kamu," mata bu Hesti menganak sungai. "Bukan seperti itu Bu, tapi aku dan Nadira harus istirahat cepet karena besok pagi-pagi kami mau pergi ke kantor. Jadi kami harus

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 5, Kembali Berulah

    1 bulan kemudianNadira dan Chandra berangkat seperti biasa, mereka pun bekerja seperti hari-hari sebelumnya, bekerja keras dan telaten adalah tekat keduanya, setelah menikah mereka memutuskan untuk menunda kehamilan, agar mereka dapat segera pindah dan tinggal berdua di rumah impian yang mereka incar. Hari ini adalah hari gajian bagi semua karyawan, Nadira dan Chandra pun ikut menanti giliran mendapatkan panggilan, keduanya saling berpegangan tangan karena ini kali pertama mereka mendapat gaji di perusahaan yang sama. "Mas, gimana kalau setelah kita mendapatkan gaji nanti, gaji ku di tabung, sementara gaji kamu untuk sehari-hari kita bersama keluarga?" usul Nadira dengan semangat. "Boleh sayang, uang mu adalah uang mu, dan uang ku adalah uang mu, aku akan memberikan semua gaji ku padamu," ucap Chandra melempar senyum. "Terima kasih Mas, aku berjanji akan menggunakan uang itu dengan baik, aku tidak akan boros nantinya." sambung Nadira melempar senyum. Chandra tentu saja senang me

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-13
  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 6, Memutuskan Untuk Mencari Tempat Tinggal Lain

    "Nadira, Ibu memang seperti itu saat bersama dengan Chandra. Ibu se-sayang itu dengan putra bungsunya, kamu yang sabar ya," ucap Roy, ketika menatap adik iparnya yang terlihat sedih. "Lagian kamu si Nadira, harusnya kamu itu tahu kalau Chandra itu milik ibunya, jadi kamu jangan berlebihan sebagai istri, nanti ibu bisa murka sama kamu!" celetuk Anita menimpali. "Terima kasih Kak, Mbak, sudah memberitahuku, tapi selama aku tinggal di sini, aku juga tidak pernah melampaui batas, aku berusaha untuk mengerti jika mas Chandra adalah milik ibunya, tapi di sini aku juga seorang istri yang berhak atas suami ku. Aku masih menahan diri agar tidak melayani mas Chandra di meja makan, tapi apa salahnya jika suamiku sendiri yang meminta." jelas Nadira mengutarakan haknya. Nadira pamit dan masuk ke dalam kamar, tanpa menyuapkan makanan sedikit pun ke mulut, sama halnya dengan bu Hesti yang meninggalkan meja makan tanpa menikmati makanan yang sudah ia hidangkan. Roy menatap lekat istrinya, ia terl

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 7, Jatuh Pingsan

    "I-ibu," sontak Nadira bangun dari tidurnya. "Enak banget ya kamu, suaminya udah berangkat kerja, tapi kamu masih aja tiduran di kamar, nggak ada pikiran apa kamu bersih-bersih rumah bantuin kakak ipar kamu itu!" marah bu Hesti. "Ya Bu, aku akan bangun. Sebenarnya aku lagi nggak enak badan, karena jadwal aku berangkat jam sembilan nanti, aku berpikir mau melanjutkan istirahat dulu di rumah," ucap Nadira mencoba menjelaskan. "Alasan saja! Sana bantu-bantu Anita, Ibu nggak mau tahu ya, setelah pulang dari supermarket, Ibu harus melihat semua rumah ini dalam keadaan rapi, enak saja tidur. Semua yang ada di rumah ini juga sudah bangun dan bekerja!" celetuk bu Hesti tidak terima dengan sikap menantunya. Nadira hanya terdiam, menunggu sampai ibu mertuanya itu keluar dari kamar. Tidak bisa dihindari lagi, ia harus keluar dari kamar itu lalu melakukan pekerjaan rumah, kedatangan Zahra disambut oleh Anita yang sudah mendapatkan tugas dari ibu mertuanya sebelum ia pergi. "Nih, kamu di suru

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15
  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 8, Bubur Ayam Untuk Nadira

    "Dok, bagaimana keadaan adik ipar saya?" tanya Roy panik. "Pasien hanya mengalami kelelahan, ada baiknya jika pasien istirahat total di rumah. Dan saya akan memberikan resep obat yang harus ditebus di Apotek, ya," ucap dokter Linda memberitahu. "Baik Dok, terima kasih banyak." jawab Roy lega. Tak lama kemudian, Roy menerima sebuah resep obat yang disodorkan oleh dokter Linda. Tak menunggu waktu lama, Roy pun pergi meninggalkan rumah untuk segera menebus obat, di perjalanan Roy memberitahukan Chandra tentang keadaan Nadira. Mendengar kabar bahwa Nadira jatuh pingsan membuat Chandra sangat tidak tenang, ia pun memilih untuk meminta izin agar ia bisa pulang lebih cepat. Setibanya di rumah, Chandra segera menuju kamar pribadinya bersama Nadira. Di sana ia melihat Nadira sedang terbaring dengan bibir pucatnya. Melihat keadaan sang istri yang sangat memperihatinkan membuat Chandra merasa bersalah. "Sayang, bangun sayang, maafkan aku, seharusnya aku tidak meninggalkan mu tadi, maafkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-17
  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 9, Ketukan Pintu

    "Ada apa Chandra, kenapa lo ajak gue ke sini?" tanya Roy, sambil menikmati sebatang rokok di tangannya. "Gue bingung sama sikap ibu dan juga mbak Anita, Kak. Kenapa ya, mereka itu kayaknya nggak suka banget sama Nadira," keluh Chandra pada sang kakak. "Kalau soal itu gue juga nggak bisa jawab Ndra, gue juga bingung, kenapa ibu sikapnya kayak gitu ke lo, perasaan dulu saat gue nikah sama Anita, ibu nggak kayak gitu." jawab Roy pun ikut bertanya-tanya. Tatapan Chandra mengarah ke langit, saat ia mengajak Roy duduk di lantai atas, menikmati hembusan angin malam di temani dengan cemilan ringan. Saat itu Chandra sudah memastikan bahwa Nadira telah istirahat di kamar, ia ingin mencari solusi agar kehidupan rumah tangga nya bersama dengan Nadira tetap berjalan dengan baik. Roy ikut merasa bersalah pada Chandra, atas perbuatan sang istri yang sudah kelewatan pada adik iparnya itu, ia ikut memikirkan tentang solusi yang tepat agar Nadira tetap merasa baik saat tinggal bersama keluarga suam

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 10, Izin Pamit

    "Bu, aku dan Nadira sudah sepakat, kalau kami akan mencari apartemen atau kontrakan untuk kami tinggal," ucap Chandra setelah cukup lama ibunya diam. "Apa! Jadi kamu dan Nadira akan pergi dari rumah ini?!" bu Hesti terkejut mendengar keputusan Chandra. "Ya Bu, kami ingin mandiri, kami ingin suatu saat bisa membeli rumah yang kami impikan, kami ingin membina rumah tangga kami dengan cara kami," seru Chandra membenarkan. "Tidak Chandra, Ibu tidak setuju! Mana bisa kamu pergi dari rumah ini dan meninggalkan Ibu." tolak bu Hesti tidak setuju. Chandra membalas tatapan ibunya, menjelaskan bahwa keinginannya itu adalah suatu cara untuk membuat semuanya baik, baik untuk Nadira dan juga ibunya, agar tidak tersiksa satu sama lain lantaran sama-sama menyayanginya. Tetapi tetap saja, bu Hesti menolak keras dan tidak mau ditinggalkan oleh Chandra selaku putra kesayangan yang ia miliki. "Roy saja yang sudah menikah hampir lima tahun tidak pernah punya niat mau meninggalkan Ibu, Chandra. Kenap

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19

Bab terbaru

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 114, Ending Chapter

    "Alhamdulillah pak, bu, operasinya berjalan dengan lancar meski tadi ada sedikit kendala karena ibu Nadira mengalami pendarahan tapi kami berhasil mengatasinya," ucao sang dokter."Syukurlah kalau begitu. Terima kasih banyak, dok. Terima kasih banyak atas kerja keras dokter semuanya yang sudah menangani operasi ini," ucap Wildan.Hatinya merasa sangat lega mendengar bahwa Nadira baik-baik saja. Begitu juga dengan Hesti dan juga Roy yang kini terlihat sedikit semringah."Lalu apa kita boleh melihat mereka, sok?" tanya Wildan yang sudah tak sabar untuk melihat Nadira."Emmm untuk saat ini sebaiknya jangan dijenguk dulu, ya. Kami akan memindahkan mereka ke ruangan perawatan dan nanti di sana kalian baru bisa menjenguknya," ucap sang dokter."Baik kalau begitu, dok. Sekali lagi terima kasih banyak." Roy menjabat tangan sang dokter begitupun dengan Wildan."Baik Pak sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu." Sang dokter pun kemudian melangkahkan kakinya pergi meninggalkan mereka.Tak lama

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 13, Menjelang Akhir

    Nadira telah tiba di rumah sakit dan tengah bersiap untuk melakukan operasi. Ditemani oleh Hesti dan Roy, Nadira duduk di sebuah kursi tunggu menanti jadwal operasi yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi."Wildan nggak ikut ke sini, Nadira?" tanya Roy pada Nadira.Seketika lamunan Nadira pun buyar mendengar pertanyaan dari Roy saat itu."Iya Nadira, nak Wildan kok nggak ikut menemani kamu di sini. Apa jangan-jangan dia marah karena kamu akan mendonorkan ginjal mu untuk Chandra?" tanya Hesti.Nadira pun segera meraih tangan Hesti yang saat itu berada di pangkuannya. Nadira mencoba menenangkan dan meluruskan pikiran Hesti yang sempat berpikir jauh tentang Wildan."Nggak begitu, Bu. Mas Wildan sama sekali nggak marah kok. Tadi dia bilang sedang ada urusan sebentar dan nanti dia akan kembali ke sini setelah urusannya selesai.""Kamu yakin dia tidak marah? Ibu takut dia marah. Ibu sudah sangat berhutang budi padanya. Ibu tidak ingin membuat nak Wildan kecewa," ucap Hesti."Nggak kok, Bu.

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 112, Pertolongan Tak Terduga

    "Apa kamu serius mau mendonorkan ginjalmu pada Chandra?" tanya Hesti pada Nadira dengan kedua mata yang masih berkaca-kaca.Nadira pun mengangguk pelan. Sekilas Nadira melirik ke arah Wildan meski ia tak memberikan respon apapun."Baiklah kalau memang sudah ada pendonornya maka operasi untuk pak Chandra akan segera kami siapkan," ucap dokter yang menangani Chandra.Tak lama dokter dan perawat yang menangani Chandra pun lantas pergi meninggalkan mereka."Bu, mas Roy, aku tinggal sebentar ya. Aku mau bicara dulu dengan mas Wildan," ucap Nadira berpamitan.Setelah Hesti dan Roy mengizinkan, Nadira pun langsung berjalan menjauhi mereka bersama dengan Wildan.Sesaat Nadira masih terdiam dan belum mampu mengatakan sepatah kata apapun pada Wildan begitupun dengan Wildan yang masih terdiam.Perlahan Nadira memberanikan dirinya menggapai tangan Wildan. Kedua matanya mencoba menatap pada Wildan yang berdiri di depannya."Mas, aku mau minta izin padamu untuk mendonorkan satu ginjal ku pada mas C

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 111, Kritis

    Akhirnya Wildan pun keluar dan langsung disambut oleh Nadira dan juga Hesti yang sudah cukup lama menunggu di depan ruangan Chandra."Emmm M-mas, kamu sudah selesai?" tanya Nadira yang sedikit melirik ke arah Chandra dari pintu yang belum ditutup dengan sempurna oleh Wildan.Nadira merasa cukup lega saat melihat Chandra yang baik-baik dan masih duduk di atas ranjang.Meski sebenarnya Nadira tak ingin berprasangka buruk pada Wildan, tapi rasa khawatir dan cemas terus saja membelenggu di dalam hatinya saat Wildan dan Chandra berada di dalam satu ruangan yang sama."Iya aku sudah selesai. Emmm terima kasih karena kalian sudah mengizinkan aku berbicara berdua dengan Chandra," ucap Wildan."Iya santai saja, Wildan." Roy langsung menanggapi ucapan Wildan saat itu." Oh iya, Nadira, kita pulang sekarang yuk," ajak Wildan."Emmm t-tapi, Mas ...." Nadira menghentikan sejenak ucapannya."Nggak mungkin aku nolak ajakan mas Wildan pun pulang. Nanti yang ada mas Wildan malah berpikir bahwa aku leb

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 110, Pengorbanan Cinta

    Chandra dan Nadira pun masuk ke dalam ruangan Chandra dan melihatnya yang tengah duduk di atas ranjang.Seketika Chandra pun menoleh ke arah Nadira dan Chandra yang mulai mendekatinya."Bagaimana kabarmu, Chandra?" tanya Wildan pada Chandra."Emmmm k-kabarku baik," jawab Chandra terbata.Ia masih tak percaya melihat kedatangan Chandra yang tiba-tiba apalagi ia datang bersama dengan Nadira.Mata Chandra pun sedikit melirik ke arah tangan Nadira yang tampak menggandeng tangan Wildan."Syukurlah kalau begitu. Aku sempat terkejut mengetahui keadaanmu yang cukup parah begini. Maaf ya karena aku baru bisa menjenguk mu," ucap Wildan lagi."I-iya, tidak apa-apa, kok. Tapi kenapa kamu datang ke sini? Apa kamu tidak bekerja?" tanya Chandra."Aku meliburkan diri untuk hari ini karena aku ingin menjenguk mu."Tak akan Wilda pun melepaskan pegangan tangan Nadira dan menoleh ke arah Nadira."Apa bisa aku bicara berdua saja dengan Chandra?" tanya Wildan pada Nadira."T-tapi, Mas." Nadira yang takut

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 109, Serba Salah

    "Sekali lagi aku tanya padamu, Nadira! Apa kamu masih mencintai Chandra?" tanya Wildan dengan nada suara bergetar.Nadira hanya bisa tertunduk di hadapan Wildan. Tangannya gemetaran dan kedua matanya berkaca-kaca.Perlahan butiran kristal dari kedua mata Nadira jatuh membasahi pipinya. "Aku minta maaf mas jika aku sudah membuatmu marah tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku ini padamu.""Jadi maksud mu?" tanya Wildan cepat."Aku memang masih mencintai mas Wildan tapi aku sama sekali tidak pernah berpikir untuk menjalin hubungan kembali dengan mas Wildan. Aku tahu ini sangat menyakiti dirimu tapi asal kamu tahu, aku tidak pernah berniat untuk kembali dengan mas Chandra."Nadira meraih tangan Wildan perlahan. Tampak tak ada perlawanan dari Wildan saat itu. Tangan kekar Wildan kini ada digenggaman Nadira. Perlahan Nadia mengangkat tangan Wildan dan menariknya hingga ke dalam dadanya."Aku pastikan bahwa aku tidak akan kembali pada mas Chandra, Mas. Tolong kamu percaya padaku. Ini sem

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 108, Ketahuan

    Di dalam kamarnya, Nadira terus memandangi hasil tes miliknya yang ternyata cocok untuk didonorkan pada Chandra."Bagaimana caranya aku membujuk mas Chandra agar mau menerima donor dariku, ya. Aku ingin mas Chandra segera sembuh," batin Nadira.Nadira sangat terkejut saat tiba-tiba Wildan memanggilnya dari luar kamarnya. Terdengar suara ketukan pintu kamarnya beberapa kali."Nadira, apa kamu sudah tidur?" tanya Wildan sembari mengetuk pintu kamar Nadira yang masih belum terbuka.Dengan cepat, Nadira pun bangkit dari duduknya dan segera menyembunyikan hasil tes yang sedari tadi ia pandangi.Rasa paniknya saat itu membuat Nadira tak bisa berpikir dengan jernih. Ia menindih surat hasil tesnya dengan menggunakan bantal dan berharap agar Wildan tak melihatnya.Setelah menutup aurat itu dengan banyak, Nadira pun kemudian menghampiri pintu dan membukanya perlahan.Terpampang dengan jelas wajah tampan Wildan yang saat itu masih sedikit basah seperti habis mandi. Rambutnya masih acak-acakan da

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 107, Mendapatkan Pendonor

    Keesokannya Nadira kembali ke rumah sakit untuk menemui Chandra. Kali ini Wilda menemaninya hingga masuk ke dalam dan bertemu dengan Hesti dan Roy."Nadira," ucap Hesti menyambut kedatangan Nadira dengan senyum di wajahnya."Bu, Mas. Ini aku bawakan kalian makanan, kalian makan dulu, ya. Pasti kalian belum makan, kan," ucap Nadira.Tiba-tiba Hesti memeluk erat tubuh Nadira hingga membuatnya sedikit bingung."Terima kasih, ya, Nadira. Kamu sangat baik pada kamu. Aku benar-benar merasa bersalah padamu karena sudah selalu berbuat jahat padamu, dulu," ucap Hesti.Perlahan Nadira pun mengusap pundak Hesti dengan sangat lembut. "Tidak apa-apa, Bu. Sudah ibu tidak usah pikirkan hal itu lagi, ya. Lebih baik sekarang ibu dan mas Roy makan supaya kalian tidak sakit," ucap Nadira.Hesti dan Roy pun tersenyum semringah pada Nadira namun tidak dengan Wildan yang hanya termenung menatap mereka dengan tatapan yang sedikit sendu."Sepertinya mereka berdua sudah akur. Apa ini adalah pertanda bahwa Nad

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 106, Layangan Surat Cerai

    Wildan menatap kosong Nadira yang tengah mencoba baju pengantin yang telah mereka pesan sejak jauh-jauh hari.Kini Wildan merasakan sesuatu yang berbeda melihat ekspresi di wajah Nadira yang tampak tak begitu bersemangat."Nadira, apa benar dugaan ku selama ini bahwa kamu masih mencintai Chandra?" batin Wildan bertanya-tanya.Pertanyaan semacam itu terus saja bermain di kepalanya meski ia berkali-kali berusaha menghilangkannya tapi tetap tak bisa.Nadira yang tengah mencoba gaun pernikahannya pun tak sengaja melihat Wildan yang sedang melamun."Mas Wildan kenapa ya, kok dari tadi melamun terus?" tanya Nadia pada dirinya sendiri.Ia pun kemudian memberanikan dirinya untuk mendekati Wildan. Mas," ucap Nadira pelan.Wildan pun terperanjat mendengar suara Nadira saat itu. Ia langsung menoleh ke arah Nadira yang saat itu telah berdiri di hadapannya."Kamu kenapa kok dari tadi aku lihat melamun terus. Apa kamu sedang ada masalah? Atau kamu tidak enak badan?" tanya Nadira memegang lengan tang

DMCA.com Protection Status