Beranda / Pernikahan / Surat Cerai Dari Ibu Mertua / Part 6, Memutuskan Untuk Mencari Tempat Tinggal Lain

Share

Part 6, Memutuskan Untuk Mencari Tempat Tinggal Lain

last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-14 09:05:39

"Nadira, Ibu memang seperti itu saat bersama dengan Chandra. Ibu se-sayang itu dengan putra bungsunya, kamu yang sabar ya," ucap Roy, ketika menatap adik iparnya yang terlihat sedih.

"Lagian kamu si Nadira, harusnya kamu itu tahu kalau Chandra itu milik ibunya, jadi kamu jangan berlebihan sebagai istri, nanti ibu bisa murka sama kamu!" celetuk Anita menimpali.

"Terima kasih Kak, Mbak, sudah memberitahuku, tapi selama aku tinggal di sini, aku juga tidak pernah melampaui batas, aku berusaha untuk mengerti jika mas Chandra adalah milik ibunya, tapi di sini aku juga seorang istri yang berhak atas suami ku. Aku masih menahan diri agar tidak melayani mas Chandra di meja makan, tapi apa salahnya jika suamiku sendiri yang meminta." jelas Nadira mengutarakan haknya.

Nadira pamit dan masuk ke dalam kamar, tanpa menyuapkan makanan sedikit pun ke mulut, sama halnya dengan bu Hesti yang meninggalkan meja makan tanpa menikmati makanan yang sudah ia hidangkan.

Roy menatap lekat istrinya, ia terlihat kecewa lantaran Anita sudah mengatakan hal yang seharusnya tidak ia katakan.

"Kamu ngomong apa si sayang, Nadira itu istrinya Chandra, ya wajar lah kalau Chandra pengen dilayani sama halnya dengan kamu yang setiap hari melayani aku di meja makan," protes Roy memarahi istrinya.

"Ya Mas, tapi kamu tahu sendiri kan, ibumu itu terlewat sayang sama Chandra, sampai-sampai Nadira tidak diizinkan melayani di meja makan, aku tidak membela siapa-siapa kok," elak Anita masih dengan lahap menyantap makanan di piringnya.

"Jelas banget kamu itu memihak sama ibu! Kalau kamu tidak bisa membantu memperbaiki hubungan ibu, Chandra, dan juga Nadira, lebih baik kamu diam saja, jangan menambah panas suasana!" sungut Roy kesal.

Mereka pun beradu argumen, merasa bahwa paling benar dan tidak mau disalahkan. Chandra yang sudah keluar dari kamar sang ibu pun kembali ke meja makan untuk melanjutkan makannya, tetapi ia tidak melihat Nadira di sana.

"Loh, di mana Nadira?" tanya Chandra menatap Roy dan Anita yang diam setelah Chandra datang.

"Istri kamu masuk tuh ke kamar, mungkin dia tersinggung sama sikap ibu," celetuk Anita yang sebelumnya sudah marah pada Roy.

"Emmm, gini Chandra. Tadi memang gue dan Anita ada ngomong kalau Nadira harus sabar menghadapi ibu, maaf ya, gue ikut campur. Mungkin Nadira lagi kecewa sama sikapnya ibu malam ini. Oh ya, Nadira masuk ke kamar sebelum dia makan, jadi lebih baik lo bawa makanan deh ke kamar biar kalian makan bareng," usul Roy, ia merasa bersalah lantaran ucapan istrinya yang menyinggung Nadira.

"Oh, baik lah, gue siapain makanannya dulu. Oh ya Kak, ibu juga belum makan," spontan Chandra menghentikan aksinya yang menyendok nasi ke piring.

"Udah, biar itu urusan gue, kita kenal ibu dari kita kecil, mungkin ibu cuma ngambek sebentar. Ya udah, sana. Urusin perut istri lo, jangan sampai dia kelaparan di rumah ini." jelas Roy ikut membantu menenangkan adiknya.

Chandra menganggukkan kepala, ia langsung membawa piring yang sudah dipenuhi dengan lauk lengkap, perlahan ia masuk ke kamar dan menyadari bahwa istrinya itu sedang menangis dalam posisi meringkuk di ranjang.

Rasa bersalah yang Chandra rasakan semakin terlihat saat ia menyadari wanita yang ia cintai itu nampak sedih dan terisak, segera ia menghampiri Nadira setelah meletakkan makanannya di atas nakas.

"Sayang,"

Mendengar suara Chandra yang sudah kembali, Nadira pun dengan cepat menyeka air matanya. Ia tidak mau jika suaminya itu melihat dan menyadari dirinya sedang menangis. Chandra meraih tubuh Nadira dan meletakkan nya ke dalam pelukan, mata Nadira kembali menganak sungai ketika mendapatkan perlakuan lembut dari suaminya.

Chandra mengelus lembut punggung Nadira, ia tahu jika selama ini istrinya itu sudah cukup sabar dalam menghadapi sifat ibunya yang kekanak-kanakan, sebab itu lah tekat Chandra untuk menuruti keinginan sang istri harus ia lakukan, perlahan Chandra melepaskan pelukannya, lalu menatap lekat wajah Nadira sambil sesekali menyapu air matanya.

"Sayang, maafin aku yang nggak tegas selama ini sama ibu ya, sekarang aku akan lebih memikirkan kamu, aku akan penuhi permintaan kamu untuk tinggal terpisah dari ibu, mulai besok kita akan cari kontrakan atau apartemen yang dekat dengan kantor dan juga dekat dengan rumah ibu, agar kita bisa sesekali berkunjung ke sini," ucap Chandra, ia yakin bahwa pilihannya ini adalah pilihan yang diinginkan oleh Nadira.

"Mas, maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk memisahkan kamu dengan ibu, tapi di sini aku juga ingin menjadi istri sepenuhnya, tanpa dianggap sebagai saingan oleh ibumu," lirih Nadira mengutarakan isi hatinya.

"Ya sayang, aku tahu, aku mengerti. Kita akan lakukan apa yang sudah kita sepakati, besok saat pulang dari kantor, kita mulai mencari tempat tinggal untuk kita selanjutnya. Sekarang kita makan dulu, aku sudah sangat lapar." ajak Chandra melempar senyum mencairkan suasana haru yang sebelumnya ia rasakan.

Nadira membalas senyuman Chandra, lalu ia mengangguk setuju saat Chandra mengambil makanannya, suapan pertama mendarat bebas di mulut Nadira. Begitu juga dengan Nadira yang penuh kasih sayang menyuapkan makanan ke mulut Chandra.

Sesuatu yang belum pernah terjadi setelah menikah adalah, melihat Chandra dan Nadira dapat tertawa bersama di rumah ibunya. Sering kali keduanya hanya memendam rasa ketidak enakan ketika mereka hendak melakukan itu, karena merasa takut jika kebahagiaan mereka justru melukai salah satu hati penghuni rumah.

***

Pagi itu Nadira masih tertidur lelap, berbeda dengan Chandra yang sudah siap hendak pergi ke kantor. Karena hari ini Nadira tidak memiliki banyak pekerjaan, ia memutuskan untuk lebih panjang istirahat di rumah, dan berangkat lebih siang, badannya pun tidak enak karena kelelahan.

Chandra menghampiri Nadira dan memberikan kecupan di keningnya, hal itu membuat Nadira terbangun dan tersenyum menatap suaminya.

"Aku berangkat dulu ya, sampai ketemu di kantor," pamit Chandra melempar senyum.

"Ya Mas, mungkin aku jam sembilan nanti berangkat. Aku masih ingin istirahat, baru setelah itu beres-beres," ucap Nadira.

"Kalau masih capek nggak usah ngapa-ngapain, toh kamar kita ini hanya kita berdua yang menempati, jadi tidak masalah kalau kamu mau fokus istirahat dulu," sahut Chandra tidak mau menuntut istrinya.

"Ya Mas, makasih ya pengertiannya." jawab Nadira tersenyum.

Chandra membalas senyuman itu, lalu ia pun memutuskan untuk segera berangkat. Menyadari jika sang menantu masih tertinggal di kamar, bu Hesti pun cepat-cepat menghampiri Nadira setelah Chandra pergi bersamaku Roy menggunakan taksi online.

Ceklek! Pintu kamar itu terbuka dengan kasar, Nadira yang hendak tidur kembali terkejut dengan kehadiran ibu mertua yang menatapnya penuh dengan ketidaksukaan.

Bab terkait

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 7, Jatuh Pingsan

    "I-ibu," sontak Nadira bangun dari tidurnya. "Enak banget ya kamu, suaminya udah berangkat kerja, tapi kamu masih aja tiduran di kamar, nggak ada pikiran apa kamu bersih-bersih rumah bantuin kakak ipar kamu itu!" marah bu Hesti. "Ya Bu, aku akan bangun. Sebenarnya aku lagi nggak enak badan, karena jadwal aku berangkat jam sembilan nanti, aku berpikir mau melanjutkan istirahat dulu di rumah," ucap Nadira mencoba menjelaskan. "Alasan saja! Sana bantu-bantu Anita, Ibu nggak mau tahu ya, setelah pulang dari supermarket, Ibu harus melihat semua rumah ini dalam keadaan rapi, enak saja tidur. Semua yang ada di rumah ini juga sudah bangun dan bekerja!" celetuk bu Hesti tidak terima dengan sikap menantunya. Nadira hanya terdiam, menunggu sampai ibu mertuanya itu keluar dari kamar. Tidak bisa dihindari lagi, ia harus keluar dari kamar itu lalu melakukan pekerjaan rumah, kedatangan Zahra disambut oleh Anita yang sudah mendapatkan tugas dari ibu mertuanya sebelum ia pergi. "Nih, kamu di suru

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15
  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 8, Bubur Ayam Untuk Nadira

    "Dok, bagaimana keadaan adik ipar saya?" tanya Roy panik. "Pasien hanya mengalami kelelahan, ada baiknya jika pasien istirahat total di rumah. Dan saya akan memberikan resep obat yang harus ditebus di Apotek, ya," ucap dokter Linda memberitahu. "Baik Dok, terima kasih banyak." jawab Roy lega. Tak lama kemudian, Roy menerima sebuah resep obat yang disodorkan oleh dokter Linda. Tak menunggu waktu lama, Roy pun pergi meninggalkan rumah untuk segera menebus obat, di perjalanan Roy memberitahukan Chandra tentang keadaan Nadira. Mendengar kabar bahwa Nadira jatuh pingsan membuat Chandra sangat tidak tenang, ia pun memilih untuk meminta izin agar ia bisa pulang lebih cepat. Setibanya di rumah, Chandra segera menuju kamar pribadinya bersama Nadira. Di sana ia melihat Nadira sedang terbaring dengan bibir pucatnya. Melihat keadaan sang istri yang sangat memperihatinkan membuat Chandra merasa bersalah. "Sayang, bangun sayang, maafkan aku, seharusnya aku tidak meninggalkan mu tadi, maafkan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-17
  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 9, Ketukan Pintu

    "Ada apa Chandra, kenapa lo ajak gue ke sini?" tanya Roy, sambil menikmati sebatang rokok di tangannya. "Gue bingung sama sikap ibu dan juga mbak Anita, Kak. Kenapa ya, mereka itu kayaknya nggak suka banget sama Nadira," keluh Chandra pada sang kakak. "Kalau soal itu gue juga nggak bisa jawab Ndra, gue juga bingung, kenapa ibu sikapnya kayak gitu ke lo, perasaan dulu saat gue nikah sama Anita, ibu nggak kayak gitu." jawab Roy pun ikut bertanya-tanya. Tatapan Chandra mengarah ke langit, saat ia mengajak Roy duduk di lantai atas, menikmati hembusan angin malam di temani dengan cemilan ringan. Saat itu Chandra sudah memastikan bahwa Nadira telah istirahat di kamar, ia ingin mencari solusi agar kehidupan rumah tangga nya bersama dengan Nadira tetap berjalan dengan baik. Roy ikut merasa bersalah pada Chandra, atas perbuatan sang istri yang sudah kelewatan pada adik iparnya itu, ia ikut memikirkan tentang solusi yang tepat agar Nadira tetap merasa baik saat tinggal bersama keluarga suam

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 10, Izin Pamit

    "Bu, aku dan Nadira sudah sepakat, kalau kami akan mencari apartemen atau kontrakan untuk kami tinggal," ucap Chandra setelah cukup lama ibunya diam. "Apa! Jadi kamu dan Nadira akan pergi dari rumah ini?!" bu Hesti terkejut mendengar keputusan Chandra. "Ya Bu, kami ingin mandiri, kami ingin suatu saat bisa membeli rumah yang kami impikan, kami ingin membina rumah tangga kami dengan cara kami," seru Chandra membenarkan. "Tidak Chandra, Ibu tidak setuju! Mana bisa kamu pergi dari rumah ini dan meninggalkan Ibu." tolak bu Hesti tidak setuju. Chandra membalas tatapan ibunya, menjelaskan bahwa keinginannya itu adalah suatu cara untuk membuat semuanya baik, baik untuk Nadira dan juga ibunya, agar tidak tersiksa satu sama lain lantaran sama-sama menyayanginya. Tetapi tetap saja, bu Hesti menolak keras dan tidak mau ditinggalkan oleh Chandra selaku putra kesayangan yang ia miliki. "Roy saja yang sudah menikah hampir lima tahun tidak pernah punya niat mau meninggalkan Ibu, Chandra. Kenap

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19
  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 11, Perbutan Jahat Ibu dan Kakak Ipar

    "Puas kamu, puas karena telah membuat putraku memilih pergi dari rumah yang selama ini telah membesarkannya, puas!" bentak bu Hesti ketika Nadira hendak berangkat bekerja. "M-maksud Ibu apa? Bu, aku sama sekali tidak berniat seperti itu," ucap Nadira dengan suara gemetar. "Bohong! Kamu adalah wanita yang sangat licik, Nadira. Kamu bersikap sangat baik pada Chandra di depan ku, tetapi di belakang kamu merayu dia agar bersedia meninggalkan ibunya, benar-benar jahat." hardik bu Hesti marah. Nadira menggelengkan kepala, ia tidak membenarkan tuduhan sang ibu mertua terhadap dirinya, tuduhan itu begitu menyakitkan bagi Nadira. Pagi ini Chandra berangkat lebih dulu, dan membiarkan Nadira membantu Anita di rumah karena Nadira memiliki jam masuk kantor yang berbeda dengan Chandra. Hingga membuat bu Hesti dengan sesuka hati mencerca dan memarahi dengan segala tuduhannya. Anita ikut yang mendengar ibu mertuanya sedang memarahi adik ipar, justru ikut berkobar dan menyerang Nadira. Nampaknya

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-21
  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 12, Memilih Diam

    [Halo pak][Halo, Chandra.. Di mana Nadira? Kenapa sampai sekarang dia belum datang, ada meeting pagi ini di luar kantor][Ya pak, saya juga bingung, ibu saya bilang kalau Nadira sudah jalan dari rumah, tapi kenapa belum tiba juga, saya akan coba cari tahu dulu ya pak][Ya sudah kalau begitu, cepat tolong beritahu dan suruh Nadira ke ruangan saya langsung jika sudah sampai!]TuuutPanggilan telepon dari atasan Nadira itu akhirnya berakhir, perasaan Chandra mulai tidak karuan, ia menatap bu Hesti dan juga Anita, rasanya sangat ganjal sekali saat ia menemukan tas milik Nadira berada di lantai, dan ia sangat yakin sekali jika salah satu dari mereka mengetahui, atau bisa jadi mereka semua tahu tentang keberadaan Nadira. Tatapan Chandra pun penuh selidik ke arah bu Hesti dan juga Anita, hal itu membuat mereka semakin terlihat tegang. "C-Chandra, kenapa kamu menatap kami seperti itu," bu Hesti bersuara dengan nada gemetar. "Bu, aku mohon tolong jawab dengan jujur, di mana Nadira? Tadi at

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-23
  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 13, Suasana Penuh Drama

    "Sayang, kamu sudah baik-baik saja, kan?" tanya Chandra memastikan. Saat Nadira istirahat satu jam setelah kejadian. "Ya Mas, aku sudah jauh lebih baik sejak kamu datang, hanya kamu kekuatanku di rumah ini," lirih Nadira mengungkapkan perasaannya. "Kalau begitu, ayo kita pergi dari sini, kak Roy sudah ada di bawah, aku sudah memberitahunya kalau kita akan segera meninggalkan rumah ini," ajak Chandra pada istrinya itu. "Kak Roy? Apa kak Roy ikut mendukung kita, Mas?" tanya Nadira ragu. "Ya, kak Roy tentu saja mendukungku, sebenarnya sudah sejak lama aku mengatakan padanya bahwa aku akan membawamu pindah dari sini, tapi karena aku merasa berat pada ibu, akhirnya aku menunggu sampai selama ini, dan aku menyesal sekali, sejak melihat tubuhmu mengambang di kolam renang tadi, aku benar-benar merasa gagal melindungi mu." Chandra mengungkapkan rasa bersalahnya pada Nadira, Nadira hanya menanggapi dengan senyuman getir. Tentu saja suaminya itu dihadapkan dengan pilihan yang sulit, dan Nad

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24
  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 14, Kebahagiaan Nadira dan Chandra

    Setelah meminta maaf seperti yang diinginkan oleh sang istri, Chandra pun akhirnya membawa Nadira keluar dari rumah itu. Bu Hesti yang enggan mengantar kepergian putra nya memilih masuk ke kamar dengan perasaan yang sangat hancur. Tidak dengan Roy yang mengantarkan adiknya itu sampai tiba di pintu gerbang, taksi online yang sudah siap mengantarkan mereka pun, sudah menunggu di sana. "Kak, gue berangkat dulu ya," ucap Chandra berpamitan."Ya Ndra, lo jaga istri lo baik-baik, biar Ibu gue yang tenangin," seru Roy melempar senyum. "Thanks ya, lo udah ngertiin gue, ya udah kalau gitu, gue dan Nadira cabut." Roy menganggukkan kepala, melambaikan tangan saat Nadira dan Chandra sudah masuk ke dalam mobil, pintu gerbang pun tertutup kembali dan Roy memutuskan untuk mandi. Di kamar, Roy melihat Anita sedang mondar mandir tak karuan, dan saat melihat suaminya masuk, Anita pun menghentikan tingkahnya yang seolah seperti orang ketakutan. Roy pun mendekati istrinya itu dengan penasaran, sementa

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-24

Bab terbaru

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 114, Ending Chapter

    "Alhamdulillah pak, bu, operasinya berjalan dengan lancar meski tadi ada sedikit kendala karena ibu Nadira mengalami pendarahan tapi kami berhasil mengatasinya," ucao sang dokter."Syukurlah kalau begitu. Terima kasih banyak, dok. Terima kasih banyak atas kerja keras dokter semuanya yang sudah menangani operasi ini," ucap Wildan.Hatinya merasa sangat lega mendengar bahwa Nadira baik-baik saja. Begitu juga dengan Hesti dan juga Roy yang kini terlihat sedikit semringah."Lalu apa kita boleh melihat mereka, sok?" tanya Wildan yang sudah tak sabar untuk melihat Nadira."Emmm untuk saat ini sebaiknya jangan dijenguk dulu, ya. Kami akan memindahkan mereka ke ruangan perawatan dan nanti di sana kalian baru bisa menjenguknya," ucap sang dokter."Baik kalau begitu, dok. Sekali lagi terima kasih banyak." Roy menjabat tangan sang dokter begitupun dengan Wildan."Baik Pak sama-sama. Kalau begitu saya permisi dulu." Sang dokter pun kemudian melangkahkan kakinya pergi meninggalkan mereka.Tak lama

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 13, Menjelang Akhir

    Nadira telah tiba di rumah sakit dan tengah bersiap untuk melakukan operasi. Ditemani oleh Hesti dan Roy, Nadira duduk di sebuah kursi tunggu menanti jadwal operasi yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi."Wildan nggak ikut ke sini, Nadira?" tanya Roy pada Nadira.Seketika lamunan Nadira pun buyar mendengar pertanyaan dari Roy saat itu."Iya Nadira, nak Wildan kok nggak ikut menemani kamu di sini. Apa jangan-jangan dia marah karena kamu akan mendonorkan ginjal mu untuk Chandra?" tanya Hesti.Nadira pun segera meraih tangan Hesti yang saat itu berada di pangkuannya. Nadira mencoba menenangkan dan meluruskan pikiran Hesti yang sempat berpikir jauh tentang Wildan."Nggak begitu, Bu. Mas Wildan sama sekali nggak marah kok. Tadi dia bilang sedang ada urusan sebentar dan nanti dia akan kembali ke sini setelah urusannya selesai.""Kamu yakin dia tidak marah? Ibu takut dia marah. Ibu sudah sangat berhutang budi padanya. Ibu tidak ingin membuat nak Wildan kecewa," ucap Hesti."Nggak kok, Bu.

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 112, Pertolongan Tak Terduga

    "Apa kamu serius mau mendonorkan ginjalmu pada Chandra?" tanya Hesti pada Nadira dengan kedua mata yang masih berkaca-kaca.Nadira pun mengangguk pelan. Sekilas Nadira melirik ke arah Wildan meski ia tak memberikan respon apapun."Baiklah kalau memang sudah ada pendonornya maka operasi untuk pak Chandra akan segera kami siapkan," ucap dokter yang menangani Chandra.Tak lama dokter dan perawat yang menangani Chandra pun lantas pergi meninggalkan mereka."Bu, mas Roy, aku tinggal sebentar ya. Aku mau bicara dulu dengan mas Wildan," ucap Nadira berpamitan.Setelah Hesti dan Roy mengizinkan, Nadira pun langsung berjalan menjauhi mereka bersama dengan Wildan.Sesaat Nadira masih terdiam dan belum mampu mengatakan sepatah kata apapun pada Wildan begitupun dengan Wildan yang masih terdiam.Perlahan Nadira memberanikan dirinya menggapai tangan Wildan. Kedua matanya mencoba menatap pada Wildan yang berdiri di depannya."Mas, aku mau minta izin padamu untuk mendonorkan satu ginjal ku pada mas C

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 111, Kritis

    Akhirnya Wildan pun keluar dan langsung disambut oleh Nadira dan juga Hesti yang sudah cukup lama menunggu di depan ruangan Chandra."Emmm M-mas, kamu sudah selesai?" tanya Nadira yang sedikit melirik ke arah Chandra dari pintu yang belum ditutup dengan sempurna oleh Wildan.Nadira merasa cukup lega saat melihat Chandra yang baik-baik dan masih duduk di atas ranjang.Meski sebenarnya Nadira tak ingin berprasangka buruk pada Wildan, tapi rasa khawatir dan cemas terus saja membelenggu di dalam hatinya saat Wildan dan Chandra berada di dalam satu ruangan yang sama."Iya aku sudah selesai. Emmm terima kasih karena kalian sudah mengizinkan aku berbicara berdua dengan Chandra," ucap Wildan."Iya santai saja, Wildan." Roy langsung menanggapi ucapan Wildan saat itu." Oh iya, Nadira, kita pulang sekarang yuk," ajak Wildan."Emmm t-tapi, Mas ...." Nadira menghentikan sejenak ucapannya."Nggak mungkin aku nolak ajakan mas Wildan pun pulang. Nanti yang ada mas Wildan malah berpikir bahwa aku leb

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 110, Pengorbanan Cinta

    Chandra dan Nadira pun masuk ke dalam ruangan Chandra dan melihatnya yang tengah duduk di atas ranjang.Seketika Chandra pun menoleh ke arah Nadira dan Chandra yang mulai mendekatinya."Bagaimana kabarmu, Chandra?" tanya Wildan pada Chandra."Emmmm k-kabarku baik," jawab Chandra terbata.Ia masih tak percaya melihat kedatangan Chandra yang tiba-tiba apalagi ia datang bersama dengan Nadira.Mata Chandra pun sedikit melirik ke arah tangan Nadira yang tampak menggandeng tangan Wildan."Syukurlah kalau begitu. Aku sempat terkejut mengetahui keadaanmu yang cukup parah begini. Maaf ya karena aku baru bisa menjenguk mu," ucap Wildan lagi."I-iya, tidak apa-apa, kok. Tapi kenapa kamu datang ke sini? Apa kamu tidak bekerja?" tanya Chandra."Aku meliburkan diri untuk hari ini karena aku ingin menjenguk mu."Tak akan Wilda pun melepaskan pegangan tangan Nadira dan menoleh ke arah Nadira."Apa bisa aku bicara berdua saja dengan Chandra?" tanya Wildan pada Nadira."T-tapi, Mas." Nadira yang takut

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 109, Serba Salah

    "Sekali lagi aku tanya padamu, Nadira! Apa kamu masih mencintai Chandra?" tanya Wildan dengan nada suara bergetar.Nadira hanya bisa tertunduk di hadapan Wildan. Tangannya gemetaran dan kedua matanya berkaca-kaca.Perlahan butiran kristal dari kedua mata Nadira jatuh membasahi pipinya. "Aku minta maaf mas jika aku sudah membuatmu marah tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku ini padamu.""Jadi maksud mu?" tanya Wildan cepat."Aku memang masih mencintai mas Wildan tapi aku sama sekali tidak pernah berpikir untuk menjalin hubungan kembali dengan mas Wildan. Aku tahu ini sangat menyakiti dirimu tapi asal kamu tahu, aku tidak pernah berniat untuk kembali dengan mas Chandra."Nadira meraih tangan Wildan perlahan. Tampak tak ada perlawanan dari Wildan saat itu. Tangan kekar Wildan kini ada digenggaman Nadira. Perlahan Nadia mengangkat tangan Wildan dan menariknya hingga ke dalam dadanya."Aku pastikan bahwa aku tidak akan kembali pada mas Chandra, Mas. Tolong kamu percaya padaku. Ini sem

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 108, Ketahuan

    Di dalam kamarnya, Nadira terus memandangi hasil tes miliknya yang ternyata cocok untuk didonorkan pada Chandra."Bagaimana caranya aku membujuk mas Chandra agar mau menerima donor dariku, ya. Aku ingin mas Chandra segera sembuh," batin Nadira.Nadira sangat terkejut saat tiba-tiba Wildan memanggilnya dari luar kamarnya. Terdengar suara ketukan pintu kamarnya beberapa kali."Nadira, apa kamu sudah tidur?" tanya Wildan sembari mengetuk pintu kamar Nadira yang masih belum terbuka.Dengan cepat, Nadira pun bangkit dari duduknya dan segera menyembunyikan hasil tes yang sedari tadi ia pandangi.Rasa paniknya saat itu membuat Nadira tak bisa berpikir dengan jernih. Ia menindih surat hasil tesnya dengan menggunakan bantal dan berharap agar Wildan tak melihatnya.Setelah menutup aurat itu dengan banyak, Nadira pun kemudian menghampiri pintu dan membukanya perlahan.Terpampang dengan jelas wajah tampan Wildan yang saat itu masih sedikit basah seperti habis mandi. Rambutnya masih acak-acakan da

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 107, Mendapatkan Pendonor

    Keesokannya Nadira kembali ke rumah sakit untuk menemui Chandra. Kali ini Wilda menemaninya hingga masuk ke dalam dan bertemu dengan Hesti dan Roy."Nadira," ucap Hesti menyambut kedatangan Nadira dengan senyum di wajahnya."Bu, Mas. Ini aku bawakan kalian makanan, kalian makan dulu, ya. Pasti kalian belum makan, kan," ucap Nadira.Tiba-tiba Hesti memeluk erat tubuh Nadira hingga membuatnya sedikit bingung."Terima kasih, ya, Nadira. Kamu sangat baik pada kamu. Aku benar-benar merasa bersalah padamu karena sudah selalu berbuat jahat padamu, dulu," ucap Hesti.Perlahan Nadira pun mengusap pundak Hesti dengan sangat lembut. "Tidak apa-apa, Bu. Sudah ibu tidak usah pikirkan hal itu lagi, ya. Lebih baik sekarang ibu dan mas Roy makan supaya kalian tidak sakit," ucap Nadira.Hesti dan Roy pun tersenyum semringah pada Nadira namun tidak dengan Wildan yang hanya termenung menatap mereka dengan tatapan yang sedikit sendu."Sepertinya mereka berdua sudah akur. Apa ini adalah pertanda bahwa Nad

  • Surat Cerai Dari Ibu Mertua   Part 106, Layangan Surat Cerai

    Wildan menatap kosong Nadira yang tengah mencoba baju pengantin yang telah mereka pesan sejak jauh-jauh hari.Kini Wildan merasakan sesuatu yang berbeda melihat ekspresi di wajah Nadira yang tampak tak begitu bersemangat."Nadira, apa benar dugaan ku selama ini bahwa kamu masih mencintai Chandra?" batin Wildan bertanya-tanya.Pertanyaan semacam itu terus saja bermain di kepalanya meski ia berkali-kali berusaha menghilangkannya tapi tetap tak bisa.Nadira yang tengah mencoba gaun pernikahannya pun tak sengaja melihat Wildan yang sedang melamun."Mas Wildan kenapa ya, kok dari tadi melamun terus?" tanya Nadia pada dirinya sendiri.Ia pun kemudian memberanikan dirinya untuk mendekati Wildan. Mas," ucap Nadira pelan.Wildan pun terperanjat mendengar suara Nadira saat itu. Ia langsung menoleh ke arah Nadira yang saat itu telah berdiri di hadapannya."Kamu kenapa kok dari tadi aku lihat melamun terus. Apa kamu sedang ada masalah? Atau kamu tidak enak badan?" tanya Nadira memegang lengan tang

DMCA.com Protection Status