"Bu, aku dan Nadira sudah sepakat, kalau kami akan mencari apartemen atau kontrakan untuk kami tinggal," ucap Chandra setelah cukup lama ibunya diam. "Apa! Jadi kamu dan Nadira akan pergi dari rumah ini?!" bu Hesti terkejut mendengar keputusan Chandra. "Ya Bu, kami ingin mandiri, kami ingin suatu saat bisa membeli rumah yang kami impikan, kami ingin membina rumah tangga kami dengan cara kami," seru Chandra membenarkan. "Tidak Chandra, Ibu tidak setuju! Mana bisa kamu pergi dari rumah ini dan meninggalkan Ibu." tolak bu Hesti tidak setuju. Chandra membalas tatapan ibunya, menjelaskan bahwa keinginannya itu adalah suatu cara untuk membuat semuanya baik, baik untuk Nadira dan juga ibunya, agar tidak tersiksa satu sama lain lantaran sama-sama menyayanginya. Tetapi tetap saja, bu Hesti menolak keras dan tidak mau ditinggalkan oleh Chandra selaku putra kesayangan yang ia miliki. "Roy saja yang sudah menikah hampir lima tahun tidak pernah punya niat mau meninggalkan Ibu, Chandra. Kenap
"Puas kamu, puas karena telah membuat putraku memilih pergi dari rumah yang selama ini telah membesarkannya, puas!" bentak bu Hesti ketika Nadira hendak berangkat bekerja. "M-maksud Ibu apa? Bu, aku sama sekali tidak berniat seperti itu," ucap Nadira dengan suara gemetar. "Bohong! Kamu adalah wanita yang sangat licik, Nadira. Kamu bersikap sangat baik pada Chandra di depan ku, tetapi di belakang kamu merayu dia agar bersedia meninggalkan ibunya, benar-benar jahat." hardik bu Hesti marah. Nadira menggelengkan kepala, ia tidak membenarkan tuduhan sang ibu mertua terhadap dirinya, tuduhan itu begitu menyakitkan bagi Nadira. Pagi ini Chandra berangkat lebih dulu, dan membiarkan Nadira membantu Anita di rumah karena Nadira memiliki jam masuk kantor yang berbeda dengan Chandra. Hingga membuat bu Hesti dengan sesuka hati mencerca dan memarahi dengan segala tuduhannya. Anita ikut yang mendengar ibu mertuanya sedang memarahi adik ipar, justru ikut berkobar dan menyerang Nadira. Nampaknya
[Halo pak][Halo, Chandra.. Di mana Nadira? Kenapa sampai sekarang dia belum datang, ada meeting pagi ini di luar kantor][Ya pak, saya juga bingung, ibu saya bilang kalau Nadira sudah jalan dari rumah, tapi kenapa belum tiba juga, saya akan coba cari tahu dulu ya pak][Ya sudah kalau begitu, cepat tolong beritahu dan suruh Nadira ke ruangan saya langsung jika sudah sampai!]TuuutPanggilan telepon dari atasan Nadira itu akhirnya berakhir, perasaan Chandra mulai tidak karuan, ia menatap bu Hesti dan juga Anita, rasanya sangat ganjal sekali saat ia menemukan tas milik Nadira berada di lantai, dan ia sangat yakin sekali jika salah satu dari mereka mengetahui, atau bisa jadi mereka semua tahu tentang keberadaan Nadira. Tatapan Chandra pun penuh selidik ke arah bu Hesti dan juga Anita, hal itu membuat mereka semakin terlihat tegang. "C-Chandra, kenapa kamu menatap kami seperti itu," bu Hesti bersuara dengan nada gemetar. "Bu, aku mohon tolong jawab dengan jujur, di mana Nadira? Tadi at
"Sayang, kamu sudah baik-baik saja, kan?" tanya Chandra memastikan. Saat Nadira istirahat satu jam setelah kejadian. "Ya Mas, aku sudah jauh lebih baik sejak kamu datang, hanya kamu kekuatanku di rumah ini," lirih Nadira mengungkapkan perasaannya. "Kalau begitu, ayo kita pergi dari sini, kak Roy sudah ada di bawah, aku sudah memberitahunya kalau kita akan segera meninggalkan rumah ini," ajak Chandra pada istrinya itu. "Kak Roy? Apa kak Roy ikut mendukung kita, Mas?" tanya Nadira ragu. "Ya, kak Roy tentu saja mendukungku, sebenarnya sudah sejak lama aku mengatakan padanya bahwa aku akan membawamu pindah dari sini, tapi karena aku merasa berat pada ibu, akhirnya aku menunggu sampai selama ini, dan aku menyesal sekali, sejak melihat tubuhmu mengambang di kolam renang tadi, aku benar-benar merasa gagal melindungi mu." Chandra mengungkapkan rasa bersalahnya pada Nadira, Nadira hanya menanggapi dengan senyuman getir. Tentu saja suaminya itu dihadapkan dengan pilihan yang sulit, dan Nad
Setelah meminta maaf seperti yang diinginkan oleh sang istri, Chandra pun akhirnya membawa Nadira keluar dari rumah itu. Bu Hesti yang enggan mengantar kepergian putra nya memilih masuk ke kamar dengan perasaan yang sangat hancur. Tidak dengan Roy yang mengantarkan adiknya itu sampai tiba di pintu gerbang, taksi online yang sudah siap mengantarkan mereka pun, sudah menunggu di sana. "Kak, gue berangkat dulu ya," ucap Chandra berpamitan."Ya Ndra, lo jaga istri lo baik-baik, biar Ibu gue yang tenangin," seru Roy melempar senyum. "Thanks ya, lo udah ngertiin gue, ya udah kalau gitu, gue dan Nadira cabut." Roy menganggukkan kepala, melambaikan tangan saat Nadira dan Chandra sudah masuk ke dalam mobil, pintu gerbang pun tertutup kembali dan Roy memutuskan untuk mandi. Di kamar, Roy melihat Anita sedang mondar mandir tak karuan, dan saat melihat suaminya masuk, Anita pun menghentikan tingkahnya yang seolah seperti orang ketakutan. Roy pun mendekati istrinya itu dengan penasaran, sementa
Di sebuah restoran melegenda, di mana pertama kali Chandra dan Nadira bertemu lima tahun silam, pertemuan yang tidak pernah disangka-sangka merupakan sebuah jawaban jodoh antara Chandra dengan Nadira. Saat itu Chandra dan Nadira baru saja masuk ke jenjang perkuliahan, Nadira bekerja di restoran itu sebagai pramusaji, melayani kebutuhan tamu yang datang untuk mengenyangkan perut atau hanya meminum kopi sambil bersantai ria. Lima tahun yang lalu, Chandra dan Roy belum menikah, ia dibawa oleh bu Hesti pergi jalan-jalan ke Mall yang ada di sebrang restoran, karena Chandra merasa lapar, akhirnya Chandra memutuskan untuk menyudahi aktifitas jalan-jalannya setelah seharian ia sibuk kuliah. "Bu, aku lapar," ucap Chandra memegangi perutnya. "Ya sudah kalau begitu, ayo kita cari makanan dulu," ajak bu Hesti. "Tapi nggak di Mall ini ya, di sini agak mahal, kita makan di depan Mall ini saja," sambung bu Hesti, membujuk putranya. "Ya Bu, tidak masalah." jawab Chandra, di anggukkan kepala oleh
"Setelah makan ini, kamu mau ke mana aja terserah, pokoknya malam ini kita akan habiskan untuk bersenang-senang, hitung-hitung kita berbulan madu, sayang," ucap Chandra ingin membahagiakan Nadira. "Apa ini tidak berlebihan Mas, aku tidak ingin membuat pengeluaran kita menjadi banyak hanya karena kamu ingin membahagiakan aku," seru Nadira tidak enak hati. "Sssst, jangan pikirkan itu Nadira, uang bisa kita cari lagi, saat ini aku ingin benar-benar memastikan bahwa kamu menikmati pernikahan kita, aku ingin membuat kamu bahagia bersamaku," sahut Chandra, ingatan nya masih terekam jelas pada kejadian di kolam itu. "Tapi dengan makan malam di sini saja, sudah membuat ku sangat bahagia Mas, jangan ragukan aku, karena di dalam keadaan seperti apapun, aku tetap akan bahagia asal bersamamu." jelas Nadira dengan mantap. Chandra tersenyum saat mendengar jawaban itu dari Nadira, hal itu justru membuatnya semakin menggebu untuk membawa Nadira pergi dan mengajaknya jalan-jalan lagi. Tempat kedua
"Aku hanya ingin membantu istriku membersihkan sampah ini, Bu," ucap Chandra mengangkat kepala menatap ibunya. "Biarkan itu jadi urusan istrimu! Lagi pula dia kan yang menghabiskan camilan itu sambil menonton TV," celetuk bu Hesti tidak terima, ketika putranya ingin membantu sang istri. "Ibu salah, justru aku lah yang melakukan semua ini Bu, aku yang sesuka hati membuang sampah-sampah ini sambil asik menonton TV, sudah ya Bu, Ibu tenang saja, aku dan Nadira akan membersihkan semuanya agar terlihat rapi lagi." jelas Chandra membela Nadira. Raut wajah bu Hesti memerah menahan amarah, setelah mendengar pembelaan dari Chandra untuk Nadira, namun tak banyak yang bisa bu Hesti lakukan saat itu setelah Roy meminta duduk saja di sampingnya. Begitu juga dengan Anita yang harus menjaga sikap, meskipun sebenarnya ia merasa sangat cemburu lantaran Roy sepertinya lebih memilih membela Nadira. Setelah membuang sampah dan membersihkan lantai, Chandra dan Nadira pamit bahwa mereka akan mandi dulu