[Halo pak][Halo, Chandra.. Di mana Nadira? Kenapa sampai sekarang dia belum datang, ada meeting pagi ini di luar kantor][Ya pak, saya juga bingung, ibu saya bilang kalau Nadira sudah jalan dari rumah, tapi kenapa belum tiba juga, saya akan coba cari tahu dulu ya pak][Ya sudah kalau begitu, cepat tolong beritahu dan suruh Nadira ke ruangan saya langsung jika sudah sampai!]TuuutPanggilan telepon dari atasan Nadira itu akhirnya berakhir, perasaan Chandra mulai tidak karuan, ia menatap bu Hesti dan juga Anita, rasanya sangat ganjal sekali saat ia menemukan tas milik Nadira berada di lantai, dan ia sangat yakin sekali jika salah satu dari mereka mengetahui, atau bisa jadi mereka semua tahu tentang keberadaan Nadira. Tatapan Chandra pun penuh selidik ke arah bu Hesti dan juga Anita, hal itu membuat mereka semakin terlihat tegang. "C-Chandra, kenapa kamu menatap kami seperti itu," bu Hesti bersuara dengan nada gemetar. "Bu, aku mohon tolong jawab dengan jujur, di mana Nadira? Tadi at
"Sayang, kamu sudah baik-baik saja, kan?" tanya Chandra memastikan. Saat Nadira istirahat satu jam setelah kejadian. "Ya Mas, aku sudah jauh lebih baik sejak kamu datang, hanya kamu kekuatanku di rumah ini," lirih Nadira mengungkapkan perasaannya. "Kalau begitu, ayo kita pergi dari sini, kak Roy sudah ada di bawah, aku sudah memberitahunya kalau kita akan segera meninggalkan rumah ini," ajak Chandra pada istrinya itu. "Kak Roy? Apa kak Roy ikut mendukung kita, Mas?" tanya Nadira ragu. "Ya, kak Roy tentu saja mendukungku, sebenarnya sudah sejak lama aku mengatakan padanya bahwa aku akan membawamu pindah dari sini, tapi karena aku merasa berat pada ibu, akhirnya aku menunggu sampai selama ini, dan aku menyesal sekali, sejak melihat tubuhmu mengambang di kolam renang tadi, aku benar-benar merasa gagal melindungi mu." Chandra mengungkapkan rasa bersalahnya pada Nadira, Nadira hanya menanggapi dengan senyuman getir. Tentu saja suaminya itu dihadapkan dengan pilihan yang sulit, dan Nad
Setelah meminta maaf seperti yang diinginkan oleh sang istri, Chandra pun akhirnya membawa Nadira keluar dari rumah itu. Bu Hesti yang enggan mengantar kepergian putra nya memilih masuk ke kamar dengan perasaan yang sangat hancur. Tidak dengan Roy yang mengantarkan adiknya itu sampai tiba di pintu gerbang, taksi online yang sudah siap mengantarkan mereka pun, sudah menunggu di sana. "Kak, gue berangkat dulu ya," ucap Chandra berpamitan."Ya Ndra, lo jaga istri lo baik-baik, biar Ibu gue yang tenangin," seru Roy melempar senyum. "Thanks ya, lo udah ngertiin gue, ya udah kalau gitu, gue dan Nadira cabut." Roy menganggukkan kepala, melambaikan tangan saat Nadira dan Chandra sudah masuk ke dalam mobil, pintu gerbang pun tertutup kembali dan Roy memutuskan untuk mandi. Di kamar, Roy melihat Anita sedang mondar mandir tak karuan, dan saat melihat suaminya masuk, Anita pun menghentikan tingkahnya yang seolah seperti orang ketakutan. Roy pun mendekati istrinya itu dengan penasaran, sementa
Di sebuah restoran melegenda, di mana pertama kali Chandra dan Nadira bertemu lima tahun silam, pertemuan yang tidak pernah disangka-sangka merupakan sebuah jawaban jodoh antara Chandra dengan Nadira. Saat itu Chandra dan Nadira baru saja masuk ke jenjang perkuliahan, Nadira bekerja di restoran itu sebagai pramusaji, melayani kebutuhan tamu yang datang untuk mengenyangkan perut atau hanya meminum kopi sambil bersantai ria. Lima tahun yang lalu, Chandra dan Roy belum menikah, ia dibawa oleh bu Hesti pergi jalan-jalan ke Mall yang ada di sebrang restoran, karena Chandra merasa lapar, akhirnya Chandra memutuskan untuk menyudahi aktifitas jalan-jalannya setelah seharian ia sibuk kuliah. "Bu, aku lapar," ucap Chandra memegangi perutnya. "Ya sudah kalau begitu, ayo kita cari makanan dulu," ajak bu Hesti. "Tapi nggak di Mall ini ya, di sini agak mahal, kita makan di depan Mall ini saja," sambung bu Hesti, membujuk putranya. "Ya Bu, tidak masalah." jawab Chandra, di anggukkan kepala oleh
"Setelah makan ini, kamu mau ke mana aja terserah, pokoknya malam ini kita akan habiskan untuk bersenang-senang, hitung-hitung kita berbulan madu, sayang," ucap Chandra ingin membahagiakan Nadira. "Apa ini tidak berlebihan Mas, aku tidak ingin membuat pengeluaran kita menjadi banyak hanya karena kamu ingin membahagiakan aku," seru Nadira tidak enak hati. "Sssst, jangan pikirkan itu Nadira, uang bisa kita cari lagi, saat ini aku ingin benar-benar memastikan bahwa kamu menikmati pernikahan kita, aku ingin membuat kamu bahagia bersamaku," sahut Chandra, ingatan nya masih terekam jelas pada kejadian di kolam itu. "Tapi dengan makan malam di sini saja, sudah membuat ku sangat bahagia Mas, jangan ragukan aku, karena di dalam keadaan seperti apapun, aku tetap akan bahagia asal bersamamu." jelas Nadira dengan mantap. Chandra tersenyum saat mendengar jawaban itu dari Nadira, hal itu justru membuatnya semakin menggebu untuk membawa Nadira pergi dan mengajaknya jalan-jalan lagi. Tempat kedua
"Aku hanya ingin membantu istriku membersihkan sampah ini, Bu," ucap Chandra mengangkat kepala menatap ibunya. "Biarkan itu jadi urusan istrimu! Lagi pula dia kan yang menghabiskan camilan itu sambil menonton TV," celetuk bu Hesti tidak terima, ketika putranya ingin membantu sang istri. "Ibu salah, justru aku lah yang melakukan semua ini Bu, aku yang sesuka hati membuang sampah-sampah ini sambil asik menonton TV, sudah ya Bu, Ibu tenang saja, aku dan Nadira akan membersihkan semuanya agar terlihat rapi lagi." jelas Chandra membela Nadira. Raut wajah bu Hesti memerah menahan amarah, setelah mendengar pembelaan dari Chandra untuk Nadira, namun tak banyak yang bisa bu Hesti lakukan saat itu setelah Roy meminta duduk saja di sampingnya. Begitu juga dengan Anita yang harus menjaga sikap, meskipun sebenarnya ia merasa sangat cemburu lantaran Roy sepertinya lebih memilih membela Nadira. Setelah membuang sampah dan membersihkan lantai, Chandra dan Nadira pamit bahwa mereka akan mandi dulu
2 jam telah berlalu, Nadira sudah berusaha menyiapkan semua kebutuhan ibu mertuanya dengan sangat baik dan sabar, bersikap seolah tidak terluka oleh ucapan dan tingkah bu Hesti yang menyayat, Nadira menghormati bu Hesti lantaran ia adalah ibu dari suaminya, begitu juga dengan Anita, sebagai istri dari kakak yang begitu mencintai sang suami, ia tidak membalas perlakuan Anita yang begitu keterlaluan. Kini tiba saatnya Roy membawa ibu dan istrinya kembali ke rumah, karena ingin menjaga hubungan dari ketidak baikan antara mereka dan Nadira."Bu, sekarang kita pulang yuk, kita sudah cukup lama di sini, sudah mendapatkan sajian enak juga dari Nadira, dengan menu makanan khas buatannya, aku tidak menyangka jika ternyata masakan Nadira sama seperti makanan restoran," puji Roy jujur. "Nggak salah dong lo puji Nadira, Nadira kan lama kerja di restoran tempat di mana dulu gue pertama kali ketemu sama dia, jadi gue nggak perlu pergi ke sana dan bayar kalau mau makan, cukup beli bahan, terus dia
"Mas, gimana kalau kita mengadakan syukuran untuk rumah baru kita ini, dengan mengundang beberapa tetangga baru kita, sama keluarga kamu juga, itung-itung kita sedekahkan sebagian rezeki kita dengan berbentuk makanan ke mereka?" usul Nadira penuh semangat. "Emmm, ide yang bagus sayang, aku setuju," ucap Chandra yang masih memeluk tubuh Nadira di atas kasur. "Ya udah kalau gitu, aku siap-siap dulu, aku mau milih makanan apa aja yang akan aku pesan dan seberapa banyaknya dulu, makasih ya Mas, kamu selalu mendukung keinginan ku," Nadira tersenyum menatap suaminya. "Karena semua yang kamu inginkan itu positif, sayang. Tentunya aku setuju, apalagi di sela-sela kebahagiaan kamu, kamu masih berpikir untuk memberikan sedekah untuk orang-orang, itu bentuk perkenalan yang baik, karena kita penghuni baru di sini." jawab Chandra melempar senyum. Nadira pun bangkit dari tempat tidurnya, wajahnya begitu sumringah saat menerima pujian dari sang suami yang tidak begitu berlebihan itu, namun terke