Beranda / Pernikahan / Surat Cerai Dari Ibu Mertua / Part 1, Tidur Di Kamar Ibu, ya!

Share

Surat Cerai Dari Ibu Mertua
Surat Cerai Dari Ibu Mertua
Penulis: Adissutria Adiss

Part 1, Tidur Di Kamar Ibu, ya!

Di sebuah gedung, baru saja terjadi pesta pernikahan antara Nadira Astuti dengan Chandra Winata. Dua sejoli yang begitu amat saling mencintai itu kini akhirnya resmi menjadi suami istri.

Para tamu undangan yang hadir kian sepi karena waktu yang hampir larut malam, Chandra pun mengajak Nadira pergi ke hotel yang sudah ia pesan untuk menginap, akan ada malam pertama yang tidak ingin ia lewatkan setelah tiga tahun menjalin hubungan jarak jauh dengan Nadira.

"Sayang, aku sudah siapkan hotel untuk menginap kita beberapa hari ke depan, kita pamit dulu yuk, sama keluarga ku," ajak Chandra yang tak lepas menggandeng tangan Nadira.

"Ya Mas, ayo." jawab Nadira patuh.

Di sudut sana, sudah ada keluarga Chandra, ia memiliki satu orang kakak laki-laki yang sudah memiliki istri, dan juga seorang ibu yang telah membesarkannya selama ini.

Langkah kaki Chandra dan juga Nadira berhenti tepat di antara mereka, mereka tersenyum menyambut kehadiran pengantin dengan bahagia, namun tidak dengan bu Hesti. Ibu kandung Chandra yang terlihat tidak suka dengan pernikahan putranya.

"Bu, Kak, aku dan Nadira mau nginep di hotel setelah acara ini selesai," ucap Chandra memberitahu.

"Ya Ndra, tidak masalah, kamu bisa membawa istrimu ke mana saja, namanya juga pengantin baru," timpal Roy, sang kakak sulung.

"Tidak, tidak, kalian tidak perlu menginap di hotel, lebih baik kalian pulang di rumah Ibu saja, kita akan tinggal di sana bersama," tolak bu Hesti cetus.

"Loh, memangnya kenapa, Bu?" Roy menatap ibunya bingung.

"Ya tidak apa-apa, pokoknya Chandra pulang sama kita nanti." tukas bu Hesti tak memberikan alasan yang jelas.

Nadira hanya mematung sambil terus memeluk pergelangan tangan Chandra, tidak ada yang tahu maksud dan keinginan bu Hesti, tetapi raut wajahnya seakan tidak menyukai jika Chandra tinggal terpisah dengan dirinya.

Chandra menatap alih wajah ayu Nadira, seakan meminta pendapat, tetapi karena tidak berani lantaran masih baru saja menerima keluarga sang suami, akhirnya Nadira menganggukkan kepala tanda persetujuan.

***

Saat tiba di rumah, bu Hesti terlihat sibuk merapihkan kamarnya, sementara Nadira membawa koper yang sebelumnya akan ia bawa ke hotel menuju kediaman sang ibu mertua. Nadira hendak mengganti baju pengantin nya di kamar milik Chandra, saat itu Nadira terlihat kesulitan karena resleting yang tidak sampai dengan tangannya.

Chandra masuk dan menyadari istrinya yang sedang merasa kesulitan, Chandra tersenyum menatap punggung wanita cantiknya itu, lalu perlahan ia menutup pintu dan menguncinya.

"Butuh bantuan?" tawar Chandra dengan manja.

"Ya Mas. Duh, ini susah banget resleting nya," keluh Nadira kesulitan.

Chandra pun perlahan menatap punggung Nadira, ia mencoba membantu dengan membuka resleting itu hingga menampakkan body Nadira yang putih bersih. Aroma pengantin baru di kamar terasa begitu nyata, Nadira tiba-tiba terkejut ketika menerima kecupan mesra dari sang suami ketika resleting nya telah terbuka.

Nadira tersenyum, saat Chandra mengunci pinggangnya dari belakang dan menghembuskan nafas di lehernya, lalu hampir saja Chandra menyentuh bibir Nadira yang mungil, tetapi tiba-tiba saja sebuah ketukan pintu menghentikan aktifitas mereka.

"Siapa Mas?" Nadira terkejut lalu refleks menjauh dari Chandra, karena kikuk. Baru kali ini ia tinggal di rumah yang ada keluarganya, Nadira sebatang kara, kedua orang tuanya telah tiada sejak ia masih duduk di bangku SMA.

"Aku juga tidak tahu, sebentar ya, aku bukakan dulu pintunya." jawab Chandra, lalu ia pergi meninggalkan Nadira.

Sambil menunggu Chandra kembali, Nadira pun memutuskan untuk membersihkan dirinya dan mengganti pakaian di kamar mandi, mengenakan lingerie berwana merah, menyemprotkan parfum di seluruh tubuh dan juga make up tipis di wajah adalah usaha Nadira untuk membuat suaminya senang.

"Sempurna."

Kalimat itu lolos begitu saja ketika Nadira menari kecil di depan cermin yang ada di kamar mandi, ia tersenyum sambil sesekali menyisir rambutnya yang terurai. kebahagiaan terlihat jelas di raut wajah wanita berusia 27 tahun itu, setelah perjuangan LDR bersama Chandra berakhir di pernikahan.

Sementara di tempat lain, Chandra sedang berhadapan langsung dengan sang ibu yang tiba-tiba bersikap sangat manja padanya.

"Apa, aku harus tidur di kamar Ibu malam ini?" Chandra menautkan alis tidak percaya.

"Ya Nak, kamu malam ini tidur bersama Ibu ya. Ibu sepertinya sangat kelelahan sekali, pundak Ibu sakit, kaki, dan juga tangan Ibu, Ibu mau kamu memijit Ibu," keluh bu Hesti sambil memijat lengan dan pundak nya sendiri.

"Tapi Bu, malam ini aku sudah menikah dengan Nadira, aku tidak bisa tidur bersama Ibu lagi," tolak Chandra.

"Chandra, lalu Ibu harus bagaimana, siapa yang mau mengurus Ibu yang kelelahan karena mengurus pernikahan kamu dengan Nadira, kakak mu Roy sudah mengunci pintunya, lalu Ibu harus meminta tolong sama siapa. Ibu seperti ini juga karena menyiapkan semua keperluan pernikahan kamu," sergah bu Hesti mengeluh.

"Ya Bu, terima kasih banyak untuk bantuannya, tapi aku akan bicarakan dulu soal ini sama Nadira ya Bu, aku tidak enak padanya, dia pasti sudah menunggu ku di dalam." jawab Chandra yang tidak bisa mengikuti permintaan ibunya langsung.

Saat Chandra hendak masuk, bu Hesti terdengar sedang merengek seperti bayi yang tidak mau ditinggalkan oleh ibunya, matanya menganak sungai, ia mengira bahwa Chandra sudah tidak peduli lagi padanya.

Chandra pun mengurangkan niat dan ia kembali menghadap ibunya, mendengar ada suara tangisan di depan kamar, membuat Nadira terpancing ingin tahu, ia pun mengganti pakaian yang lebih sopan lagi karena tidak mungkin ia keluar dengan hanya memakai lingerie.

"Ada apa Mas? Ibu kenapa?" Nadira menghampiri Chandra hendak mencari tahu.

Tatapan mata Chandra pun tertuju pada wanita cantik yang ada di hadapannya ini, "I-ibu sayang, Ibu meminta ku tidur bersamanya malam ini," lirih Chandra memberitahu.

"Apa!" Nadira mengernyitkan dahi ketika mendengar kalimat itu.

"Iya, Ibu mau meminta Chandra untuk tidur bersama Ibu, Ibu kelelahan sekali Nadira, boleh ya Ibu tidur bersamanya. Sebelum Chandra menikah dengan mu, Ibu lah ratu di hati Chandra, jadi Ibu harap kamu mengerti, ya!" tukas bu Hesti tanpa memikirkan perasaan Nadira.

Mau tidak mau, suka atau tidak, Nadira harus menyetujui permintaan ibu mertuanya. Karena tidak mungkin ia memaksa Chandra untuk tetap tidur bersamanya, sementara ibu dari suaminya itu tidak ridho.

"Ya udah Mas, kamu temenin aja Ibu tidur di kamarnya," ucap Nadira dengan lapang dada.

"Tapi sayang, bagaimana dengan kamu?" Chandra benar-benar berada dalam situasi yang sulit.

"Jangan pikirkan aku, aku tidak masalah. Ya sudah ya, aku masuk duluan." jawab Nadira tersenyum tipis.

Kalimat yang begitu sangat terpaksa Nadira ucapkan, agar membuat ibu mertuanya itu senang. Bu Hesti akhirnya menang dan ia membawa Chandra masuk ke kamarnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status