Sukses Usai Diselingkuhi

Sukses Usai Diselingkuhi

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-26
Oleh:  Maya HarTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
3 Peringkat. 3 Ulasan-ulasan
47Bab
36.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Hilma tak mengira jika suaminya mendua. Ia tak diceraikan, hanya harus menerima kedatangan istri kedua suaminya. Beberapa cara ia coba untuk kembali memiliki utuh hati Wiguna, tetapi semua sia-sia. Lelaki yang menikahinya delapan tahun lalu tetap pada keputusannya. Hatinya yang terluka, semakin terluka ketika melihat kekhilafan suaminya yang melakukan dosa zina. Hingga akhirnya, ia memutuskan menyerah. Namun, rupanya ia masih harus dibuat susah, diminta pergi meninggalkan rumah bersama kedua anak kembar, tanpa membawa apapun. Hilma memilih melanjutkan hidup dengan kerja keras, segala upaya ia lakukan untuk menafkahi diri dan anak-anaknya.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1 Pengkhianatan

"Mas, pulang sana! Kasihan istrimu nanti menunggu." Nela mendorong pelan lengan lelaki yang menjalin hubungan terlarang dengannya.

"Biarkan sajalah, Nel! Aku masih ingin di sini." Wiguna terlihat malas-malasan. Ia engan beranjak pergi.

"Memangnya istrimu ga curiga sering pulang malam?" Gadis berwajah oval itu menunggu jawaban.

"Dia terlalu percaya padaku. Jadi, ga mungkin dia curiga," sahut Wiguna yakin.

"Hem, kalau aku di posisi istrimu sudah pasti aku teror kamu buat lekas pulang." Nela memberi pendapat.

"Ah, sayangnya kamu belum jadi istriku." 

Mendengar jawaban sang kekasih, perempuan berusia dua puluh lima tahun itu memasamkan wajah, menarik simpati lelaki yang telah memiliki dua anak itu. Menjadi perempuan kedua dalam kehidupan Wiguna Putra membuat Nela harus menebalkan muka.

Anggapan sebagai pelakor sudah biasa disematkan padanya. Ia tak peduli. Baginya, siapa pun lelaki yamg mencintainya, ia akan rela untuk dijadikan yanng kedua atau jika perlu memyingkirkan istri pertama.

"Jangan cemberut, dong! Jelek tahu!" Lelaki bermanik hitam itu membujuk.

"Aku ingin kita segera menikah, Mas."

"Sabar, ya, Sayang."

"Sampai kapan?"

"Aku masih mencari waktu yang tepat untuk bicara dengan Hilma, tapi, tenang saja, Mas jamin kamu akan menjadi istriku juga."

Nela menyunggingkan senyum, untuk awalan tak apa menjadi istri kedua, selanjutnya ia akan menyingkirkan Hilma dalam hati Wiguna, setelah itu akan menguasai sepenuhnya.

Ia tertawa dalam hati, begitu mudah ternyata menjadi Nyonya Wiguna. 

Setelah rencananya berhasil, ia akan selalu memperhatikan suaminya selama 24 jam. Kesuksesan yang dimiliki lelaki berambut ikal itu membuat banyak kaum hawa yang mengincarnya. 

Ia kadang berpikir jika Hilma terlalu bodoh percaya seratus persen pada sang suami. Dimanapun lelaki sama saja tabiatnya, mudah tergoda hanya dengan diperlihatkan belahan dada atau senyum menggoda.

Suara live music yang menyanyikan lagu pop membuat suasana semakin tenang. Beberapa pengunjung terlihat menikmati makanan, diiringi suara merdu dari sang penyanyi.

Nela merupakan salah satu penyanyi yang telah tampil untuk menghibur para tamu.

Enam bulan lalu mereka berkenalan ketika Guna mengadakan acara kantor di cafe yang berada di kawasan kuningan tersebut.

Terpesona dengan kecantikan dan suara merdu mendayu juga merasa nyaman, membuat lelaki yang memiliki toko bangunan itu melakukan pendekatan.

Hampir setiap hari mereka bertemu, mengobrol, bersenda gurau atau sekedar bersenang-senang menghilangkan penat setelah seharian bekerja, bahkan hanya menemani Nela yang bekerja di cafe tersebut sebagai penyanyi. 

"Aku tunggu kabar baik itu, Mas!" sahut Nela menekankan janji yang telah diucapkan kekasihnya.

Wiguna mengangguk, satu tangannya meraih rambut sang perempuan yang terurai ke depan, lalu menyematkannya di belakang telinga.

"Tentu saja, Sayang! Akupun ingin segera memilikimu."

Keduanya saling pandang dengan tatapan penuh cinta.

Tanpa disadari mereka, ada sepasang mata yang mengawasi dengan tatapan tidak suka. 

***

Tring!

Sebuah pesan membuat Hilma menoleh. Ia mengembangkan senyum, mengira jika yang menghubungi adalah suaminya.

Gegas ia mengambil ponsel dengan casing ungu muda di atas meja, lalu menekan aplikasi berwarna hijau dan langsung mencari nama sang suami yang di tulis 'My Hubby.' 

Wajahnya terlihat kecewa ketika pesan tersebut bukan dari sang suami. Akan tetapi, ia juga sedikit terhibur karena temannya yang menghubungi. Hilma langsung membuka pesan tersebut dengan gembira.

Namun, wajahnya langsung berubah muram ketika melihat video yang dikirim. Jantungnya berpacu cepat dengan tubuh yang mulai gemetar. Ia mempertajam pengelihatan, hendak meyakinkan diri jika yang dilihatnya tidak salah. Satu pesan masuk kembali dari Virda.

"Hilma, itu Guna, kan? Suamimu!" tanya Virda.

Hilma masih terdiam, kembali melihat layar yang menampilkan seorang lelaki duduk di sofa dengan perempuan yang penampilannya terlihat sedikit terbuka.

Memakai dress selutut dengan belahan dada agak turun ke bawah dan tanpa lengan. Keduanya terlihat mengobrol sambil tertawa dan sesekali saling menyentuh dengan mesra.

Seketika, Hilma merasa tubuhnya bagai dihempaskan dari ketinggian, memompa jantung lebih cepat dengan tulang-tulang yang serasa lemas. Kedua matanya mulai berkaca-kaca, hatinya berdesir tak karuan.

Mendapati seorang suami yang dinanti kepulangannya ternyata sedang bersama perempuan lain. Seperti ada yang tengah mengoyak daging yang ada di dadanya. Sakit. Suara dering ponsel menyadarkannya dari kebisuan.

"Halo! Hilma, kamu baik-baik saja?" tanya Virda ketika panggilan telepon diangkat. 

Hilma ingin menjawab, tetapi dadanya semakin sesak, airmatanya semakin deras mengalir. Ia terisak berusaha sedikit meredam suaranya. Namun, tangisan itu masih terdengar oleh sahabatnya.

"Hilma, aku ke sana sekarang!" Tanpa menunggu jawaban, Virda langsung mematikan panggilan dan bergegas ke rumah Hilma.

Sementara itu, Hilma semakin terisak, meluapkan segala yang menyesakkan dada. Ia masih berharap semua hanyalah mimpi. Ia pun masih meyakinkan hati jika suaminya tidak mengkhianatinya. 

"Hilma, kamu ngapain? Kenapa nangis?" tanya Yana yang baru menuruni tangga. Tatapannya terlihat menyelidik, dari atas tangga ia sudah memerhatikan menantunya yang tengah bersedih.

"Eh, Ibu." Sigap kedua tangan putih itu mengusap airmatanya, kemudian menampilkan senyum sambil menggeleng. "Ga apa-apa, Bu," jawabnya.

"Ga ada apa-apa, kok, nangis!"

"Ta-tadi cuma keingetan almarhum ibu saja."

"Orang sudah meninggal jangan ditangisi. Tapi didoakan."

"Iya, Bu."

"Udahlah, daripada nangis mending kamu bikinin Ibu mie telor pake cabe!" titah Yana sambil berlalu ke ruang televisi.

"Baik, Bu," sahut Hilma menahan kemelut hatinya.

Ia tak ingin mertuanya mengetahui hal buruk yang tengah dialami. Sebelum mencari kebenaran lebih lanjut, ia akan menutupi yang tengah terjadi. Lagipula hubungan dengan ibu mertuanya sedikit renggang. Hilma hanya khawatir hal itu akan memperkeruh keadaan. 

"Bikinin aku juga, Mbak! Pake telornya dua!"

Tanti yang baru menuruni tangga ikut memberi pesanan. Adik ipar yang baru diterima bekerja di perusahaan jasa internet itu terlihat menguap dengan rambut berantakan.

"Kamu mending makan nasi aja, Tan! Tadi, kan, belum makan malam."

Hilma mencoba mengingatkan Tanti yang tertidur sejak sore.

"Engga, ah, Mbak. Lagi pengen makan mie!" sanggah Tanti acuh tak acuh.

"Nanti kamu bisa sakit, Tan. Perut kosong langsung makan mie."

"Aduh, Mbak, minta tolong bikin mie aja ribet banget, sih! Perut-perut aku, ya terserah dong mau diisi apaan."

"Mbak, kan, hanya mengingatkan, Tan."

"Kenapa, sih, pada ribut aja!" Yana melerai perdebatan. "Udahlah, Hilma, kamu bikinin aja apa yang dipengen Tanti," perintah Yana.

"Tuh, dengerin!" Tanti bersungut lalu berjalan menuju ibunya yang sedang menonton sinetron.

Hilma hanya menggeleng melihat kelakuan keluarga dari suaminya. Semenjak menikah, sikap keduanya tak pernah berubah. Namun, Hilma tak mempersoalkan.

Ia selalu berusaha bersabar dan menerima. Meski jarak terpisah jauh, ia pun selalu menginggatkan suami untuk memenuhi segala kebutuhan ibu dan adik suaminya di kampung.

Hanya saja sudah dua bulan mereka meminta tinggal di Jakarta. Dan ia harus bisa memaklumi segala sikap yang ditunjukkan Yana dan Tanti.

"Bu, Mas Guna kapan bawa Kak Nela ke sini?" tanya Tanti kepada ibunya yang sedang asik menonton Ikatan Cinta.

Mendengar nama perempuan lain anaknya disebut membuatnya tersentak kemudian melotot kepada anak perempuan satu-satunya itu sambil meletakkan telunjuk jari di bibir. Ia lalu menengok ke arah dapur, memastikan Hillma tak mendengar ucapan Tanti.

"Kamu bicaranya jangan keras-keras. Nanti kedengaran Hilma." Yana memberi saran dengan wajah kesal. 

"Biarin aja, sih, Bu. Lama-lama juga, kan, pasti tahu."

"Ya itu pasti, tapi yang penting jangan dari kita."

"Terserah Ibu, deh! Aku, sih, pokoknya mendukung kalau Mas Guna mau nikah lagi. Aku lebih cocok sama Mbak Nela daripada perempuan ga jelas asal-usulnya itu," ungkap Tanti meremehkan.

Tanpa mereka sadari Hilma telah berdiri di belakang dengan memegang nampan berisi dua mangkuk mie.

"Jadi ..., kalian tahu kalau Mas Guna memiliki perempuan lain?" tanya Hilma yang membuat kedua orang di depannya menoleh dengan mata membulat dan mulut menganga. 

***

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
dewi aswita
novelnya keren kk..semangat buat karya2 yang laen y
2024-08-30 18:32:44
1
default avatar
Mq243550Tini
saya suka cerita cerita kek gina tak panjang tapi mampu membawa pembaca memahami alur ceritanya
2024-05-24 12:30:12
1
user avatar
Neny nina
lanjut kak...
2024-02-23 16:49:48
1
47 Bab
Bab 1 Pengkhianatan
"Mas, pulang sana! Kasihan istrimu nanti menunggu." Nela mendorong pelan lengan lelaki yang menjalin hubungan terlarang dengannya."Biarkan sajalah, Nel! Aku masih ingin di sini." Wiguna terlihat malas-malasan. Ia engan beranjak pergi."Memangnya istrimu ga curiga sering pulang malam?" Gadis berwajah oval itu menunggu jawaban."Dia terlalu percaya padaku. Jadi, ga mungkin dia curiga," sahut Wiguna yakin."Hem, kalau aku di posisi istrimu sudah pasti aku teror kamu buat lekas pulang." Nela memberi pendapat."Ah, sayangnya kamu belum jadi istriku." Mendengar jawaban sang kekasih, perempuan berusia dua puluh lima tahun itu memasamkan wajah, menarik simpati lelaki yang telah memiliki dua anak itu. Menjadi perempuan kedua dalam kehidupan Wiguna Putra membuat Nela harus menebalkan muka.Anggapan sebagai pelakor sudah biasa disematkan padanya. Ia tak peduli. Baginya, siapa pun lelaki yamg mencintainya, ia akan rela untuk dijadikan yanng kedua atau jika perlu memyingkirkan istri pertama."Ja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-27
Baca selengkapnya
Bab 2 Dukungan Perselingkuhan
"Terserah Ibu, deh! Aku, sih, pokoknya mendukung kalau Mas Guna mau nikah lagi. Aku lebih cocok sama Mbak Nela daripada perempuan ga jelas asal-usulnya itu," ungkap Tanti meremehkan.Tanpa mereka sadari Hilma telah berdiri di belakang dengan memegang nampan berisi dua mangkuk mie."Jadi ..., kalian tahu kalau Mas Guna memiliki perempuan lain?" tanya Hilma yang membuat kedua orang di depannya menoleh dengan mata membulat dan mulut menganga. Kedua ibu anak itu saling pandang dengan ekspresi berbeda, Yana terlihat khawatir dengan pertanyaaan menantunya, sedangkan Tanti terlihat tak peduli."Ah, Hilma, maksud kamu apa?"Perempuan berusia lima puluh tahun itu bangkit berdiri dan menghampiri menantunya dengan sikap ramah."Apa Ibu tahu jika Mas Guna jatuh cinta pada perempuan lain?"Hilma mengulangi pertanyaannya."Oh, ya, ga mungkin Guna seperti itu," sangkal Yana."Maaf, Bu, tadi aku dengar sendiri Tanti bilang kalau Mas Guna akan menikah lagi.""Kamu salah dengar! Kita tadi lagi membica
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-27
Baca selengkapnya
Bab 3 Mencintai Perempuan Lain
"Izinkan aku menikah lagi, Dik!"Mendengar berita suaminya akan menikah lagi dari Tanti sudah membuatnya terluka, tetapi mendengar langsung dari ucapan ayah dari anak-anaknya ternyata lebih menyakitkan, bagai teriris sembilu kemudian diberikan cuka di atasnya. Sakit dan perih."Apa salahku, Mas?""Kamu ga ada salah!""Lalu, kenapa begini?""Maafkan, Mas, Dik. Semua terjadi begitu saja!""Apa aku ada kekurangan? Coba dibicarakan, Mas. Pasti aku akan mengubahnya. Membuatmu lebih nyaman dan bahagia. Aku janji, Mas, akan menuruti kemauanmu. Tapi ...."Hilma menjeda ucapannya. Matanya menatap penuh harap pada manik hitam sang suami."Bukan untuk menikah lagi.""Maafkan, Mas, Dik. Perasaan ini hadir tanpa diminta!""Mas mencintai gadis itu?"Wiguna menangguk. "Iya.""Kenapa, Mas?"Airmata sudah meluruh di pipi mulus perempuan berkulit putih tersebut. Selama menjalani biduk rumah tangga, suaminya selalu bersikap baik, jarang mengeluhkan sesuatu, sehingga ia berpikir jika keluarganya baik-bai
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-27
Baca selengkapnya
Bab 4 Mengubah Penampilan
"Haris gimana?""Ya ga gimana-gimana! Selama ini gue cuma nganggep dia temen." Nela terlihat tak acuh."Di suka sama lu, Nel.""Itu haknya dia. Dan hak gue juga buat nolak dia.""Tapi, kan, dia udah banyak berkorban. Inget, Nel, karena dia lu bisa bebas dari tempat terkutuk itu!" Mira mencoba mengingatkan."Gue ga akan lupa, Mir, tapi bukan berarti gue harus nerima cintanya, kan? Gue ingin hidup lebih baik, Mir. Haris bukan lelaki yang tepat buat tujuan hidup gue!""Nela!"Panggilan seseorang mengangetkan keduanya. Mereka langsung menoleh ke asal suara dan mendapati seorang lelaki berdiri di depan pintu dengan tatapan tajam dan wajah yang memerah."Ha-Haris," ucap Mira terbata dengan perasaan tak enak.Tentu lelaki tersebut telah mendengar percakapan mereka. Terlihat dari sorot mata yang memancarkan kekecewaan.Tatapan itu mengarah pada sahabatnya yang terlihat acuh tak acuh. Tak memedulikan kemarahan orang yang telah disakiti."Ternyata kamu hanya mempermainkanku, Nela!" tuduh Haris.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-27
Baca selengkapnya
Bab 5 Playing Victim
Wiguna memasuki rumah dengan wajah lelah. Ia melihat jam di pergelangan tangan. Pukul satu malam. Keasikan mengobrol dengan Nela membuatnya lupa waktu.Gadis itu benar-benar memberi kenyamanan, sehingga ia betah berlama-lama di samping kekasihnya. Lupa dengan perasaan istri di rumah.Handle pintu kamar dibuka dengan sangat perlahan, khawatir membangunkan sang istri yang telah terlelap. Ia tak ingin terlalu banyak ditanya, berharap segera berbaring di ranjang dan menikmati alam mimpi.Namun, ketika ia hendak menutup pintu, tiba-tiba cahaya di kamar menyala terang. Ia refleks menoleh ke arah saklar. Di sana, Wiguna melihat istrinya berdiri dengan tatapan menyelidik."Baru pulang, Mas?""I-iya, Dik!' Wiguna terlihat gugup."Bagaimana meetingnya?""Berjalan lancar.""Barus selesai jam segini!""Iya, Dik. Tadi pertemuannya juga telat. Jam sepuluh baru datang klien-nya." "Oh, ya?" Melihat Hilma dengan wajah dingin dan datar membuat Wiguna waspada. Terlebih ketika istrinya menghampiri deng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-01-28
Baca selengkapnya
Bab 6 Meredam Ego
Terkadang dalam sebuah pernikahan memerlukan tarik ulur dalam menjaga sebuah keharmonisaan. Untuk mempertahankan kedamaian dalam bangunan rumah tangga, biasanya salah satu pasangan harus mengalah, menurunkan ego demi tercipta keseimbangan dalam menghadapi permasalahan yang ada.Semalaman, Hilma merenungkan kelanjutan bahatera hidup yang sedang diterjang badai. Nahkoda yang melajukan kapal tak sesuai arah, memerlukan bantuan untuk kembali pada tujuan semula.Ia memutuskan untuk mengenyampingkan rasa sakit hati yang didera karena penghianatan, demi tumbuh kembang kedua anaknya yang memerlukan keutuhan orangtua, Hilma akan kembali melanjutkan rencana untuk menarik perhatian sang suami.Pagi ini dengan melapangkan hati dan memaafkan yang telah terjadi, Hilma mengawali pagi dengan harapan baru. Berikhtiar memperbaiki biduk rumah tangganya yang tengah goyah.Setelah memoles wajah dan memakai pakaian yang lebih rapi, ia menuruni tangga dan melangkah menu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-20
Baca selengkapnya
Bab 7 Konspirasi
Hilma membalas lambaian tangan suami dan kedua anaknya ketika mobil mulai melaju. Melihat kendaraan roda empat berwarna hitam itu menghilang di tikungan, ia menutup pagar lalu dengan tergesa menuju ke dalam rumah, mencari keberadaan adik iparnya.Kemarahan yang sempat meluap karena mendengar niat buruk Tanti, terhenti karena panggilan Ghani dan Ghava yang sudah berdiri di sampingnya.Hilma berusaha meredam kemarahan dan menampilkan wajah semanis mungkin untuk menyambut sang anak dan mengesampikan menegur adik iparnya.Ia terlebih dulu menjalankan peran sebagai ibu dan istri. Melayani seluruh penghuni rumah di meja makan termasuk ibu mertua dan adik iparnya. Sesekali Hilma melirik wajah Tanti yang tampak acuh tak acuh.Menahan kemarahan bukanlah sesuatu yang mudah, tapi ia juga tak boleh memperlihatkan pertengkaran pada kedua anaknya. Kini, setelah semuanya telah meninggalkan rumah, ia akan meminta penjelasan mengenai rencana bu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-20
Baca selengkapnya
Bab 8 Pengurangan Nafkah
"Dik, ini uang untuk keperluan bulan ini!"Wiguna menyerahkan amplop putih kepada istrinya.Hilma yang sedang membersihkan wajah di meja rias, menoleh ke samping dan melihat benda putih yang disodorkan. Kedua alisnya tertaut, kemudian mendongak melihat sang suami."Kok, tumben cash, Mas?"Ia bertanya sambil menerima jatah bulanan yang ketika ia pegang terasa ringan. "Iya, Dik, mulai saat ini Mas kasih uangnya cash, dan jumlahnya juga berkurang. Di amplop ada tiga juta, buat bayar biaya sekolah juga untuk memasak, dan keperluanmu," jelas Wiguna."Selebihnya, nanti Mas yang bayar." "Kenapa berubah begini, Mas? Dan kenapa ga dibicarakan dulu? Bukannya sebelumnya kita sudah sepakat, seluruh keuangan aku yang mengaturnya?"Hilma bangkit berdiri, menatap lebih lekat meminta penjelasan. Tentu saja uang yang diberikan tidak cukup. Untuk keperluan sekolah dua anak 1,5 juta perbulan. Sisa setengahnya pun tak cukup untuk
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-21
Baca selengkapnya
Bab 9 Wiguna Dijebak
Wiguna merasakan kepalanya sedikit pusing, matanya tampak berat. Berkali-kali ia menggeleng, membuang rasa kantuk yang mendera, tetapi tetap saja kelopak itu ingin menutup.Beberapa menit kemudian, kesadarannya menurun dan ia tak sanggup lagi untuk membuka mata. Terlelap dengan bersandar pada sofa."Yes!"Dari balik gorden Nela meneriakan keberhasilannnya telah membuat Wiguna tak sadarkan diri. Setelah itu ia akan melanjutkan rencana berikutnya. Sebelumnya, Nela mengirim pesan pada seseorang.[Tan, kamu masuk, deh! Mas Guna dah pingsan.][Oke.]Sejak awal, Tanti menunggu di warung bakso yang ada di seberang rumah Nela, menunggu instruksi. Setelah mendapat perintah, ia segera bergegas ke rumah Nela."Duh, Mas Guna berat juga, ya!" seru Tanti ketika ia menopang tubuh saudaranya itu di sebelah kiri.Sedangkan Nela menopang sebelah kanan dan tak sempat menyahut, konsentrasi melihat jalan, mereka membawanya ke k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-21
Baca selengkapnya
Bab 10 Terluka Lebih Dalam
Tanti terkikik geli melihat kakak iparnya yang syok melihat gambar yang telah dikirimnya."Rasakan itu!" Gumam gadis berkulit sawo matang itu menyungging senyum sinis.Ia memasang kamera tersembunyi, dan dapat melihat kegiatan di luar melalui laptop. Ia mengamati layar persegi itu, terlihat jelas Hilma sedang terduduk sambil menangis dengan suara tertahan karena khawatir didengar Ghani dan Ghava. Ia semakin melebarkan tawa ketika bahu itu semakin berguncang.Namun, senyumnya memudar ketika sosok yang sedang ia jauhi datang menghampiri, lalu ikut mensejajarkan diri dan menanyakan sebab Hilma menangis. Tanti bisa mendengar percakapan mereka dari CCTV."Kamu kenapa, Hilma?"Perempuan yang menunduk itu belum bisa berkata-kata. Masih terus menikmati tangisnya. Lalu, Yana mengambil ponsel yang masih berada di genggaman sang menantu."Wiguna?!" teriak Yana dengan wajah memerah dan mata yang membulat.Dadanya ikutan sesak, panta
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-02-21
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status