Share

Bab 7 Konspirasi

Penulis: Maya Har
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-20 22:49:51

Hilma membalas lambaian tangan suami dan kedua anaknya ketika mobil mulai melaju. Melihat kendaraan roda empat berwarna hitam itu menghilang di tikungan, ia menutup pagar lalu dengan tergesa menuju ke dalam rumah, mencari keberadaan adik iparnya.

Kemarahan yang sempat meluap karena mendengar niat buruk Tanti, terhenti karena panggilan Ghani dan Ghava yang sudah berdiri di sampingnya.

Hilma berusaha meredam kemarahan dan menampilkan wajah semanis mungkin untuk menyambut sang anak dan mengesampikan menegur adik iparnya.

Ia terlebih dulu menjalankan peran sebagai ibu dan istri. Melayani seluruh penghuni rumah di meja makan termasuk ibu mertua dan adik iparnya. Sesekali Hilma melirik wajah Tanti yang tampak acuh tak acuh.

Menahan kemarahan bukanlah sesuatu yang mudah, tapi ia juga tak boleh memperlihatkan pertengkaran pada kedua anaknya.

Kini, setelah semuanya telah meninggalkan rumah, ia akan meminta penjelasan mengenai rencana buruk yang didengarnya. Hilma melangkah menuju dapur.

Hanya ada makanan sisa dan bekas piring kotor di meja makan, sedangkan kedua orang yang tadi ditinggalkan masih terduduk sambil menikmati sarapan telah pergi. Tak mendapati Tanti di dapur, ia melangkah menuju lantai dua.

"Tanti! Buka pintunya!" panggil Hilma sambil mengetuk pelan pintu kamar Tanti.

"Tanti!" panggilnya lagi.

Berkali-kali tak ada sahutan membuat Hilma mengeraskan ketukan sambil mengencangkan suara.

"Apaan, sih! Ga sopan banget!"

Wajah tak bersahabat timbul di balik pintu, kesal karena pintu kamarnya digedor.

"Tolong jelaskan yang tadi saya dengar!" pinta Hilma mengabaikan protes adik iparnya.

"Kamu nguping, ya?" tuduh Tanti.

"Jelaskan apa maksudmu mau merusak rumah tangga saya?"

"Heh, dasar kampungan ya kampungan aja, sukanya nguping pembicaraan orang."

Tanti mengalihkan pembicaraan dengan acuh tak acuh sambil menyungging sinis. Ia melipat kedua tangannya dan menghadapi dengan rasa malas.

Hilma yang merasa geram, langsung mencengkram dagu Tanti kasar dan mendonggakkan hingga tatapan mereka bertemu.

"Katakan, kenapa kamu mau merusak rumah tangga saya?"

Hilma berbicara dengan menekankam suaranya.

Terdengar suara pintu di kamar sebelah terbuka. Mendengar keributan Yana hendak keluar, tetapi karena sedang di kamar mandi ia mengurungkan niat.

Namun, suara yang mengusik itu semakin lantang terdengar sehingga membuatnya bergegas membersihkan diri, berganti pakaian, dan langsung keluar kamar melihat keadaan.

Yana terkejut ketika melihat anaknya yang sedang direngkuh dagunya oleh Hilma dengan kemarahan yang terpancar di wajah.

"Eh, ada apa ini? Hilma, kenapa Tanti kamu perlakukan seperti itu?"

Yana menunjukkan raut tidak suka dan meminta melepaskan anaknya.

"Turunkan tangan kamu!"

"Maaf, Bu, saya tidak akan melepaskan Tanti sebelum dia menjawab pertanyaan saya!"

Penolakan Hilma membuat perempuan paruh baya itu meradang.

"Kamu, ya, menantu tak sopan berani membantah perintahku!"

Hilma menoleh sebentar, lalu kembali menghadap perempuan di depannya yang berusaha melepaskan diri. Tetapi, usahanya sia-sia karena Hilma semakin mencengkram dagunya.

"Lepaskan anakku, Hilma!"

Yana mulai memukul lengan Hilma.

"Atau saya telepon Wiguna sekarang!"

Tak memghiraukan ancaman, Hilma mengulangi pertanyaannya pada Tanti.

"Tanti, apa maksudmu mau merusak rumah tangga saya?"

Yana mematung mendengar pertanyaan menantunya. Ia melihat ke arah Tanti kemudian beralih menatap Hilma. Menyeledik mencari kebenaran.

Tanti yang berang langsung menghentakkan tangan Hilma sampai terlepas, lalu mundur selangkah sambil berteriak kesal.

"Memangnya kenapa kalau aku mau merusak rumah tanggamu, hah!"

"Kamu ga layak jadi istri Mas Guna! Perempuan yang tak jelas asal-usulnya!"

"Aku tahu kamu hanya menginginkan harta Mas Guna, kan? Menjauhkannya dari kami, lalu mengambil dia sepenuhnya."

"Kamu jangan mimpi, Hilma! Aku tak akan membiarkan kamu menguasai kakakku satu-satunya!"

"Asal kamu tahu, yang berhak mendampingi Mas Guna itu hanya Nela! Dia perempuan yang sederajat dengan kakakku!"

"Aku memang berniat memisahkan kamu dengan Mas Guna. Bukan lagi mencarikannya istri kedua!"

"Dapat dipastikan, istri Mas Guna hanya satu, yaitu Nela!"

"Kamu dan kedua anakmu itu akan dilempar ke jalanan. Lihat saja nanti!"

Plak!

Sebuah tamparan mendarat di pipi gadis yang memberondongkan ungkapan hati dan prasangka buruknya. Mendengar penuturan yang tanpa alasan membuat wajah Hilma memerah dengan tangan mengepal.

Rupanya begitu buruk pendapat Tanti mengenai dirinya. Pantas saja adik iparnya itu tak pernah bersikap baik.

Sedangkan Yana sejak tadi menajamkan telinga, mendengarkan setiap kata yang diucapkan anaknya. Kata-kata yang sering digaungkan Tanti ketika pertama kali putra pertamanya hendak menikah.

Berkali-kali didoktrin untuk melawan niat buruk menantunya, membuat Yana turut tidak bersikap baik pada Hilma. Namun satu kalimat terakhir yang diucapkan sang anak membuatnya murka, merasa dejavu dengan kejadian 20 tahun silam.

Ia dan kedua anaknya diusir tanpa perbekalan apapun. Tubuh yang bergetar dengan napas memburu membuat Yana refleks melayangkan satu tamparan pada pipi putrinya.

Hilma yang awalnya juga hendak merangsek maju, ingin membungkam adik iparnya itupun tersentak. Tak mengira ibu mertuanya melakukam hal itu. Namun, ada wajah yang terlihat lebih kaget lagi. Seumur hidup baru kali ini sang ibu menampar wajah.

"Ibu?!" teriak Tanti dengan melotot tajam.

"Jangan pernah berniat buruk pada rumah tangga orang lain, Tanti! Jangan kamu pisahkan suami dari istrinya! Jangan kamu pisahkan ayah dari anak anaknya! Jangan!"

Yana berbicara sambil berurai air mata. Luka lama yang terpendam bagai terkorek lagi sebab perilaku sang anak yang mengingatkan pada hal buruk tersebut.

"Ibu memukulku hanya demi dia!"

Tanti semakin meradang, tak mau mengerti dengan perasaan sang ibu.

"Ibu hanya mengingatkanmu, Tanti! Selama ini Ibu terlalu memanjakanmu. Mengikuti segala prasangka burukmu. Tanpa ibu sadari kamu sampai melangkah jauh."

"Ibu masih merestui jika Wiguna menikah lagi, tapi akan menentang jika Wiguna menceraikan istrinya karena ulah orang lain. Itu menyakitkan, Tanti!" jelas Yana lagi, sesenggukan.

Dadanya terasa sesak karena isak tangis. Mengingat dulu ia diceraikan tanpa kesalahan, hanya karena sebuah fitnah yang disematkan membuat kehidupannya luluh lantak bersama kedua buah hatinya.

Ia tak mengira, jika kini justru sang anak yang menjadi dalang utama dalam rencana perpisahan rumah tangga Wiguna.

"Berhentilah, Tanti! Jangan teruskan niat buruk itu!" pinta Yana pada anak keduanya yang terlihat semakin meradang.

Melihat wajah anaknya yang dipenuhi kemarahan, ia mencoba menyentuh wajah sang anak, tetapi dengan tatapan tajam, perempuan berambut ikal itu menepis tangan ibunya dan memasuki kamar, lalu menutup pintu dengan kasar.

Yana memandang sendu tangannya yang menggantung di udara. Mendapat penolakan dari sang anak, rupanya sangat menyakitkan. Ia hanya mengelus dada sambil beristighfar, lalu ikut berbalik dan melangkah menuju kamarnya tanpa memedulikan Hilma yang tertegun membisu.

Di balik pintu, Tanti mengeraskan rahangnya dengan tangan terkepal mendapati ibunya lebih membela Hilma. Ia merasa kakak ipar yang sejak awal sangat dibencinya itu, telah berhasil merebut hati perempuan yang telah melahirkannya.

Tanti meneguhkan janji, ia tak akan membiarkan Hilma merebut kakaknya. Satu tangannya mengambil ponsel di saku dan menekan sebuah nomor.

"Nela, kita akan langsung menjalankan rencana kedua!" ucap Tanti ketika panggilan tersambung.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
perempuan duo SUNDAL Nela dan Tanti
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 8 Pengurangan Nafkah

    "Dik, ini uang untuk keperluan bulan ini!"Wiguna menyerahkan amplop putih kepada istrinya.Hilma yang sedang membersihkan wajah di meja rias, menoleh ke samping dan melihat benda putih yang disodorkan. Kedua alisnya tertaut, kemudian mendongak melihat sang suami."Kok, tumben cash, Mas?"Ia bertanya sambil menerima jatah bulanan yang ketika ia pegang terasa ringan. "Iya, Dik, mulai saat ini Mas kasih uangnya cash, dan jumlahnya juga berkurang. Di amplop ada tiga juta, buat bayar biaya sekolah juga untuk memasak, dan keperluanmu," jelas Wiguna."Selebihnya, nanti Mas yang bayar." "Kenapa berubah begini, Mas? Dan kenapa ga dibicarakan dulu? Bukannya sebelumnya kita sudah sepakat, seluruh keuangan aku yang mengaturnya?"Hilma bangkit berdiri, menatap lebih lekat meminta penjelasan. Tentu saja uang yang diberikan tidak cukup. Untuk keperluan sekolah dua anak 1,5 juta perbulan. Sisa setengahnya pun tak cukup untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 9 Wiguna Dijebak

    Wiguna merasakan kepalanya sedikit pusing, matanya tampak berat. Berkali-kali ia menggeleng, membuang rasa kantuk yang mendera, tetapi tetap saja kelopak itu ingin menutup.Beberapa menit kemudian, kesadarannya menurun dan ia tak sanggup lagi untuk membuka mata. Terlelap dengan bersandar pada sofa."Yes!"Dari balik gorden Nela meneriakan keberhasilannnya telah membuat Wiguna tak sadarkan diri. Setelah itu ia akan melanjutkan rencana berikutnya. Sebelumnya, Nela mengirim pesan pada seseorang.[Tan, kamu masuk, deh! Mas Guna dah pingsan.][Oke.]Sejak awal, Tanti menunggu di warung bakso yang ada di seberang rumah Nela, menunggu instruksi. Setelah mendapat perintah, ia segera bergegas ke rumah Nela."Duh, Mas Guna berat juga, ya!" seru Tanti ketika ia menopang tubuh saudaranya itu di sebelah kiri.Sedangkan Nela menopang sebelah kanan dan tak sempat menyahut, konsentrasi melihat jalan, mereka membawanya ke k

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 10 Terluka Lebih Dalam

    Tanti terkikik geli melihat kakak iparnya yang syok melihat gambar yang telah dikirimnya."Rasakan itu!" Gumam gadis berkulit sawo matang itu menyungging senyum sinis.Ia memasang kamera tersembunyi, dan dapat melihat kegiatan di luar melalui laptop. Ia mengamati layar persegi itu, terlihat jelas Hilma sedang terduduk sambil menangis dengan suara tertahan karena khawatir didengar Ghani dan Ghava. Ia semakin melebarkan tawa ketika bahu itu semakin berguncang.Namun, senyumnya memudar ketika sosok yang sedang ia jauhi datang menghampiri, lalu ikut mensejajarkan diri dan menanyakan sebab Hilma menangis. Tanti bisa mendengar percakapan mereka dari CCTV."Kamu kenapa, Hilma?"Perempuan yang menunduk itu belum bisa berkata-kata. Masih terus menikmati tangisnya. Lalu, Yana mengambil ponsel yang masih berada di genggaman sang menantu."Wiguna?!" teriak Yana dengan wajah memerah dan mata yang membulat.Dadanya ikutan sesak, panta

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 11 Jatuh Talak

    Pukul dua belas siang, dua orang turun dari mobil yang diparkir di garasi rumah, lalu berjalan beriringan menuju pintu utama dan menekan bel."Mas, aku deg-degan, nih!"Nela meremas kedua jemarinya.Lelaki berkulit sawo matang yang masih dipenuhi kekhawatiran itu hanya tersenyum, ia pun sedang mengontrol debaran jantungnya yang berpacu cepat. Memikirkan bagaimana respon Hilma, membuatnya sedikit tegang.Walau sebelum berangkat ia sudah meneguhkan hati, jika istrinya tidak mengizinkan, ia akan tetap menikah. Tentu Hilma tak akan membantah dan memilih mengalah."Eh, Mbak Nela," sapa Tanti ketika membuka pintu.Mereka seolah-olah tak berjumpa lama, cipika cipiki dengan pekik kegirangan lalu berjalan ke ruang tamu sambil mengobrol.Bahkan, ia menambahkan kata 'Mbak' pada perempuan yang memakai dress selutut dengan rambut dibiarkan terurai, untuk memberi kesan menghormati walau usia mereka s

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 12 Perpisahan

    "Mulai hari ini, silahkan keluar dari rumah ini tanpa membawa apapun!" ucap Wiguna menjalankan tips selanjutnya, dan ia berharap Hilma langsung berubah pikiran ketika tahu tak mendapatkan apa-apa."Mas, maksud kamu apa?""Loh, benar, kan? Kamu bukan istriku lagi. Jadi, ga pantas kamu serumah dengan yang bukan muhrim."Hilma menggeleng."Bukan begitu aturannya, Mas? Lagipula, kenapa Mas Guna sampai setega itu. Walaupun, aku hanya seorang bekas istri, setidaknya Mas punya belas kasih memberiku kesempatan mencari tempat tinggal, bukan langsung menyuruh keluar seperti ini!"Hilma semakin mendekati mantan suaminya."Setidaknya beri aku waktu dua hari. Setelah itu aku akan pergi, walau sebenarnya aku masih berhak di sini selama masa iddah tiga bulan. Tapi aku hanya membutuhkan dua hari. Mas juga harus memikirkan anak-anak. Mempersiapkan mental mereka untuk perpisahan kita."Wiguna terdiam, me

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-21
  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 13 Cantika

    "Ya ampun, Hilma. Suamimu itu memang gila, ya? Masa tega sama istri dan anak anak sendiri?"Virda menggerutu kesal dengan wajah memerah."Gara-gara perempuan otaknya sampai geser ga karuan."Ia menggeleng, tak habis pikir dengan kelakuan para lelaki.Hilma duduk di kursi kayu yang berada di teras rumah. Bangunan berlantai satu yang ditempati Virda bersama bibinya berada di Rawamangun. Posisinya yang di depan jalan, membuat mereka bisa melihat lalu lalang kendaraan yang lewat.Virda sendiri masih tetap berdiri, mengurai kemarahan yang dirasakan ketika mendengar penjelasan perempuan yang dikenalnya sejak sekolah menengah atas.Menghadapi kemelut rumah tangga karena adanya orang ketiga memang membuang banyak energi.Ia saja yang hanya mendengar, sudah merasakan sakit juga kesal dengan sikap Wiguna, Tanti, dan Nela. Apalagi Hilma yang mengalami langsung.Lebih parah lagi,

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-22
  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 14 Bertemu Kembali

    Hilma menggeser gorden yang ada di kamar, kemudian membuka jendela. Udara sejuk menerpa kulit putih yang tampak lebih segar. Memberi sensasi seperti berada di pegunungan.Walaupun berada di tengah kota, tetapi udara di sekitar rumah Virda terasa alami. Banyaknya pepohonan dan dan tumbuhan yang ditanam, membuat rumah bercat biru itu tampak asri dan memberikan keteduhan tersendiri.Silau matahari yang memancar masuk melalui jendela membuat salah satu anak lelaki yang terbaring mengerjap, ia membuka perlahan matanya sambil menyesuaikan dengan silau yang menerpa."Assalamu'alaikum, selamat pagi anak Mama."Dengan senyum mengembang, perempuan yang memakai kaos dan celana panjang menghampiri dan duduk di tepi ranjang. Tangannya mengusap kepala dan membungkuk memberi ciuman selamat pagi.Anak lelaki yang matanya sudah membuka sempurna itu tersenyum, dan bergerak untuk duduk."Pagi, Ma," ucap Ghani."Ma,

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-22
  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 15 Fitnah

    "Hilma!" panggil Wiguna dengan rahang mengeras setelah ia melihat lelaki berjas hitam telah keluar ruangan dengan tergesa.Hilma tersentak mendengar namanya dipanggil dengan nada keras, bahkan anak kecil yang masih berada dalam gendongannya ikut terkejut. Ia mundur selangkah. Melihat hal itu, Mima menatap tak suka pada lelaki yang berteriak di butiknya. Ia segera menghampiri orang yang merupakan calon suami klien-nya."Maaf, Pak, tolong jangan berteriak di sini!" Mima berkata dengan suara tegas. "Itu istri saya, Bu." Wiguna yang merasa tidak enak, bingung mencari alasan. "Istri? Bukannya calon istri Bapak ada di sana?" tanya Mima menyelidik.Ia menunjuk ke arah Nela yang sedang berada di ruang pengepasan."Oh, itu. Itu calon istri kedua saya, Bu," sahut Wiguna salah tingkah.Perempuan dengan wajah oriental itu terlihat mengerutkan kening. Namun, kemudian bersikap biasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-22

Bab terbaru

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 47 Kesuksesan Hilma

    "Gery! Kamu tidak apa-apa?" Patra berusaha membangunkan Gery yang telungkup di lantai, lalu membalikkan tubuh yang penuh luka itu dalam pangkuannya.Gery hanya menggeleng. Ia terlihat ingin bicara, tetapi terlalu lemah.Sementara para pengikut Patra langsung menghadapi orang-orang Jayadi yang langsung menyerang ketika melihat keberadaan mereka, termasuk dua petarung yang kini beralih salam menghadapi lawan. Tubuh besar itu mengincar orang-orang berseragam hitam yang diketahui berseberangan dengan Jayadi. Bagi mereka, orang yang membayar mahal adalah tuannya. Dan yang bertentangan adalah musuh.Terjadi pertempuran menggunakan senjata api, sebagian mereka mencari benda terdekat sebagai pelindung dan bersembunyi di beberapa tempat di ruangan itu. Lima orang pengawal Patra melindungi tuannya yang masih mengkhawatirkan keadaan putra semata wayang. Sementara Jayadi yang dilindungi beberapa orang berhasil mendekati tubuh Hilma. Denga

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 46 Pembebasan Ghani dan Ghava

    "Bagaimana, apa kita masuk sekarang?" tanya Wiguna sambil terus mengawasi keadaan di depan yang sedang terjadi pertarungan."Jangan, Wiguna! Kita tidak bisa masuk ke dalam! Sangat berbahaya!" Melihat sekelompok orang berbaju hitam yang terus merangsek maju membuat Noto berpikir dua kali untuk menyerang. Namun, ia tak tahu, apa motif orang yang datang menyerang tersebut.  Jika dilihat dari segerombolan orang yang terus berdatangan, tentu ia kalah jumlah. Noto memutuskan untuk terus mengawasi sampai memdapat kesempatan."Tapi bagaimana dengan Hilma? Orang-orang itu akan membahayakannya dan juga anak-anakku," ucap Wiguna resah. "Kita akan menunggu!" Melihat orang yang tadi berjalan gagah ia meyakini jika itu adalah ajudan dari sosok yang sangat dikenalnya.  Ia harus memastikan dulu siapa oramg yang tengah menyerang markas di hadapannya itu. "Sembunyikan kepalamu, Guna!" Noto menekan kepala anaknya agar tidak menyembul. Di jalan

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 45 Rahasia Masa Lalu

    "Well. Dua orang ayah dan anak telah bertemu. Sesuatu yang sangat mengharukan!" ucap seorang lelaki paruh baya yang melangkah masuk ruangan sambil bertepuk tangan.Mendengar hal itu Gery dan Hilma melepaskan pelukan lalu menoleh pada asal suara."Uncle Jay!" Gery menyebut nama adik sepupu ayahnya."Yeah. Bagaimana Gery? Kamu bahagia?" tanya Jayadi sambil tersenyum dan melangkah mendekati. Orang-orang berbaju hitam di belakangnya pun turut mengikuti begitu juga Joni."Kau tahu Gery! Perpisahan itu sangat menyedihkan," ucap Jay menepuk pelan pundak keponakannya. "Aku pun sangat mengerti hal itu!" lanjutnya dengan nada suara pelan, terdengar sedih.Gery menghela napas. Ia tahu akan hal itu, mendapati anak satu-satunya memilih mengakhiri hidup karena seorang perempuan membuat pamannya sangat terpuruk. "Namun, aku berharap kau pun mau mengerti." Tubuh kurus yang telah menua itu berdiri tepat di hadapan G

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 44 Pertemuan Ayah dan Anak

    "Joni! Apa yang terjadi?" tanya Gery pada anak buahnya.Anto yang mengikuti langkah Gery langsung terbelalak melihat teman yang dikenalnya di penjara terlihat babak belur. "Itu Bos, saya kasih pelajaran sama anak baru ini. Dia terlalu banyak membantah!" ujar Joni menjelaskan.Gery tak terlalu menanggapi penjelasan yang diberikan, kedua netranya fokus pada perempuan yang terduduk di atas ranjang dengan ketakutan. Sejenak, ia tertegun mendapati rupa yang begitu sama dengan istri pertamanya, setelah itu ia mulai melangkah. Wajah yang mengingatkannya pada Amelia seolah menarik dirinya untuk mendekat.Sementara Anto yang sejak tadi terlihat gundah, langsung membantu Haris yang tak berdaya. Ia langsung memeriksa keadaan temannya."Kamu ga apa, Ris?"Aris tidak menjawab. Sekitar mulutnya mengeluarkan darah, tetapi dengan isyarat mata seolah mengatakan ia akan baik-baik saja. Lelaki yang merupakan tangan ka

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 43 Pengorbanan Haris

    Mendapati seseorang menyapanya, lelaki yang sedang menatap pusara itu menegakkan tubuh, dengan pandangan masih ke arah makam mendiang Amira."Ada apa?" Lelaki itu bertanya dingin."Maaf, Tuan Gery, saya diminta menyampaikan ini pada Anda." Seseorang yang memakai pakaian serba hitam itu melangkah, kemudian melewati Gery selangkah dan berbalik menghadap lelaki yang tampak acuh tak acuh tersebut. Ponsel berwarna hitam disodorkan dengan posisi menyala dan berada pada sebuah file yang sudah dipersiapkan.Gery terlihat enggan untuk mengambilnya."Tolong diterima, Tuan. Ini masih berhubungan dengan mendiang Nyonya Amelia," jelas pengawal tersebut.Mendengar nama perempuan masa lalunya disebut, Gery menoleh lalu menatap tajam pada pengawal di hadapannya. Tampak sekali wajahnya terlihat tidak suka.Menyadari perubahan mimik yang tak biasa, tubuh tinggi kurus itu sedikit membungkukkan tubuh. "Maaf, Tuan Gery.

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 42 Menuju Markas Penculik

    "Mas, Mas Idam kenapa?" tanya Mima melihat saudara lelakinya yang terlihat syok.Mendengar suara yang terdengar panik, Opa Patra menoleh. Wajahnya pun terlihat resah, baru saja ia juga menerima berita yang kurang baik. Namun, melihat cucu menantunya yang membeku, ia langsung menghampiri."Idam apa kamu baik-baik saja?" Dua kali memdapat pertanyaan dari orang yang berbeda, Idam masih terdiam. Mima melangkah lebih mendekat, menepuk bahu orang yang seolah tak sadar."Mas Idam kenapa?"Mendapat tepukan pelan, lelaki itu tersentak lalu menoleh."Hilma, Mim!""Kenapa Mbak Hilma!""Hilma diculik!"Mendengar nama yang tak asing dengan kejadian yang sama baru dilaporkan oleh bawahannya membuat Opa Patra terperangah."Hilma! Diculik!" gumam Opa PatraSementara Mima langsung histeris."Mas, cepat tolong Hilma!""L

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 41 Kejahatan Nela Terungkap

    "Hilma, kamu akan segera mati!" Wiguna terkejut dengan penuturan istrinya. Bibir tipis yang selalu disukainya dulu itu menggaungkan kata yang mengerikan. Sebegitu bencikah perempuan yang masih terpejam itu pada Hilma. Padahal mantan istrinya tidak pernah menganggu rumah tangga mereka, bahkan perihal nafkah untuk anak-anak pun tak pernah menuntut, diberi berapapun akan diterima, tak diberipun tak pernah mengeluh. Perihal nafkah itu juga baru ia penuhi tiga bulan terakhir.Tring!Ponsel merah muda yang tergeletak tak jauh dari Wiguna, menyala dengan getaran yang membuat benda itu menarik perhatiannya. Ingatan mengenai dugaan sang ayah, jika Nela terlibat dalam penculikan Hilma, terngiang di kepalanya. Sebuah ide muncul untuk memeriksa benda pribadi istrinya itu. Setelah memastikan perempuan di sebelahnya masih tertidur pulas, ia mulai mengambil ponsel itu perlahan, lalu membuka paswordnya. Beruntung masih menggunakam kata sandi

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 40 Ghava Kejang

    Mendengar mantan istri serta kedua anaknya diculik, Wiguna langsung bangkit berdiri lalu menarik kerah baju ayahnya sampai lelaki berambut putih itu mendongak."Apa yang Anda lakukan terhadap Hilma dan anakku?" ucap Wiguna dengan kemarahan yang membara. Yana yang melihat sang anak berlaku kasar pada Noto langsung menghampiri dan berusaha melerai, akan tetapi Wiguna tidak menghiraukan permintaan ibunya. Ia terus saja mendesak meminta penjelasan.Sementara Noto masih terdiam, kedua matanya terpaku pada tatapan yang menyorot tajam, ia mendapati kekhawatiran juga ketakutan akan kehilangan di manik tersebut."Gun, jangan seperti itu!""Lepasin, Gun! Ga baik kamu bersikap seperti ini!""Guna! Kamu tidak mendengar ibu, ya?""Jangan Guna!" teriak Yana ketika anaknya semakin menarik paksa kerah baju lelaki yang tampak pasrah.  Ia menggeleng dengan airmata yamg semakin menderas. Kesalahpahaman y

  • Sukses Usai Diselingkuhi   Bab 39 Penculikan

    Idam terpaku pada seseorang yang bersama Mima di meja makan ketika sedang menuruni tangga. Seketika wajahnya berubah cerah pada saat menyadari jika itu adalah kakek dari istrinya. Dengan riang ia mempercepat langkah dan menghampiri kumpulan orang yang tengah tertawa."Opa, kapan datang!" tanya Idam ketika telah berada di depan lelaki paruh baya yang tengah menyuapi Cantika. Satu tangannya mengambil jemari keriput itu dan menyalaminya."Semalam, Nak." "Semalam? Kenapa tidak ada yang memberitahuku!" Lelaki yang mengenakan jas hitam itu menatap pada adiknya meminta penjelasan. "Mima kenapa ga kasih kabar?"Mima yang tengah mengoles roti menengok. "Opa yang minta untuk tidak memberi kabar. Mau buat suprise, eh Mas Idam lagi-lagi pulangnya kelewat malam, bahkan pagi," ucap Mima menggeleng, mengetahui jika saudara laki-lakinya tengah memiliki masalah lagi, selalu seperti itu jika banyak hal yang dipikirkan. Hanya saja ia tidak suka

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status