Share

Suami Rahasia Sang Bintang
Suami Rahasia Sang Bintang
Author: ISMI

1. Malam yang Kabut

***

“Ah, ini terasa enak, Leon. Aku mau keluar.”

“Tahan, sayang. Sebentar lagi.”

Suara-suara lenguhan itu terdengar sangat jelas memenuhi kamar pribadi Leon Hale, seorang aktor ternama yang sedang naik daun.

Leon Haley yang masih terbius dengan kenikmatan itu pun tak akan pernah menyangka bahwa di balik pintu kamarnya sedang ada seseorang yang mematung sambil menahan tangisannya.

Ya, seseorang itu adalah Anastasia Noire, kekasihnya sekaligus calon tunangannya yang sudah ia kencani selama lima tahun.

Anastasia tentu saja tak percaya dengan pesan asing yang masuk ke ponselnya yang mengatakan kalau Leon, kekasihnya ternyata mengkhianatinya.  Hari ini seharusnya ia ada syuting iklan di Paris, tapi semua jadwalnya mendadak dibatalkan dan karena Anastasia merasa sedih, ia memutuskan datang ke apartemen mewah milik kekasihnya.

“Ini tidak mungkin, kan? Suara itu hanya halusinasiku?” gumam Anastasia menyakinkan dirinya. Ia dengan sekuat hati membuka pintu kamar itu dan berharap suara-suara aneh yang ia dengar tadi hanya sebuah ilusi.

Anastasia menggenggam gagang pintu dengan tangan yang gemetar. Hatinya berdebar tak karuan saat ia berdiri di depan kamar yang seharusnya kosong. Leon Hale, pria yang selama ini membuat hatinya berdebar, seharusnya sedang ada pemotretan hari ini. Tapi kenapa suara-suara itu terdengar dari dalam?

"Aku mungkin hanya berhalusinasi," bisik Anastasia lagi kepada dirinya sendiri, mencoba meredam kecemasan yang kian mencengkeram. Namun, rasa penasaran dan kekhawatiran yang lebih besar mendorongnya untuk membuka pintu itu. Pelan, ia memutar gagang pintu dan mendorongnya sedikit demi sedikit.

Saat celah pintu terbuka cukup lebar, mata Anastasia membelalak tak percaya. Ia merasakan jantungnya seakan berhenti berdetak saat pemandangan di hadapannya perlahan menjadi jelas. Di sana, di tengah ruangan yang remang, di atas ranjang yang seharusnya menjadi tempat istirahat suci bagi mereka kelak yang akan menjadi sepasang suami-istri, malah digunakan Leon dan seorang wanita lain bercinta dengan begitu intens. Tubuh mereka polos, menyatu dalam kegilaan yang tak tertahankan.

Tangan Anastasia gemetar semakin kuat. Nafasnya tercekat, tidak mampu untuk mengeluarkan suara, bahkan sekadar memanggil nama Leon. Hatinya seperti dihancurkan menjadi serpihan kecil yang tidak mungkin bisa disatukan lagi.

Tapi, ketika wanita itu memiringkan wajahnya sedikit, identitasnya terungkap jelas di bawah sinar lampu yang temaram. Anastasia merasa dunianya runtuh seketika. Wanita itu bukan orang asing. Ia adalah Elora Viviana—kakak tirinya, orang yang selama ini menjadi duri dalam hidupnya dan selalu terang-terangan iri padanya.

“Elora...” suaranya bergetar, hampir tidak terdengar, tetapi cukup untuk membuat kedua orang di atas ranjang tersentak. Leon langsung memandang ke arah pintu dengan keterkejutan di wajahnya, sementara Elora hanya menatap Anastasia dengan tatapan penuh kemenangan.

"Anastasia!" Leon berseru, buru-buru menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya. Wajahnya berubah pucat pasi, seakan-akan darah di tubuhnya seketika menghilang. "Ini... ini tidak seperti yang kamu pikirkan."

Air mata menggenang di pelupuk mata Anastasia, tapi ia menolak untuk membiarkannya jatuh. Ia tidak ingin terlihat lemah di depan mereka—terutama di depan Elora. "Tidak seperti yang aku pikirkan?" Anastasia mengulangi kata-kata itu dengan nada sinis, suaranya sarat dengan rasa sakit dan pengkhianatan. "Lalu apa? Apa yang terjadi di sini, Leon? Jelaskan padaku, karena dari yang kulihat, semua sudah sangat jelas."

Leon terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Ia hanya bisa menundukkan kepala, menghindari tatapan tajam Anastasia. Ia tidak menyangka kalau kekasihnya itu akan datang malam ini, bukankah Anastasia sedang berada di Paris?

Elora, sebaliknya, tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan. Malah, ia tersenyum kecil, menampakkan kepuasan tersendiri.

"Aku sudah menduga suatu saat kamu akan menemukan ini," ucap Elora dengan suara manis yang beracun. "Seharusnya aku mengundangmu lebih awal, Anastasia. Kamu bisa ikut bergabung dengan kami, mungkin? Kekasihmu itu lebih bahagia denganku dan bisa jadi dirinya sendiri, aku bisa memuaskannya. Sedangkan kamu... hanya wanita yang menjadi beban baginya!"

Kata-kata Elora bagaikan racun yang menusuk hati Anastasia lebih dalam. Ia mengepalkan tangannya, menahan diri untuk tidak melayangkan tamparan pada wanita yang pernah ia panggil saudara. "Kamu sungguh tidak tahu malu, Elora! Nikmati saja, aku tak peduli,” katanya dengan suara dingin. "Dan kamu, Leon, aku pikir kamu adalah pria yang berbeda. Tapi ternyata kamu sama saja seperti yang lain, bahkan lebih buruk."

Leon mendekat, mencoba meraih tangan Anastasia. "Anastasia, tolong dengarkan aku. Aku—"

"Jangan sentuh aku!" Anastasia mundur, menjauh dari Leon. "Aku muak denganmu! Aku muak dengan semua kebohongan ini! Dan aku muak disentuh oleh tangan kotormu!" Ia menatap keduanya dengan tatapan yang menyala penuh kebencian, meskipun air matanya sudah tak terbendung lagi. "Kamu bisa memiliki Leon, Elora. Kamu bisa memiliki semuanya. Aku tidak peduli lagi!"

Setelah itu, Anastasia berbalik dan berlari keluar kamar. Tangisannya pecah begitu ia melewati pintu, mengisi koridor panjang yang sepi. Setiap langkah yang ia ambil terasa begitu berat, seolah-olah ada beban besar yang menghimpit dadanya.

Leon berusaha mengejarnya, tapi Elora menahannya. "Biarkan dia pergi," bisik Elora sambil mengelus lengan Leon dengan lembut. "Dia hanya perlu waktu untuk menerima kenyataan. Lagipula, kita tahu ini akan terjadi cepat atau lambat. Aku sudah memberimu kepuasan yang tidak pernah dia berikan padamu."

Leon menghela nafas panjang, menatap pintu yang baru saja ditinggalkan Anastasia. Ada sesuatu di hatinya yang terasa salah, tetapi ia menepis perasaan itu, memilih untuk memeluk Elora lebih erat, seakan-akan dengan melakukannya, ia bisa melupakan semuanya.

Namun, jauh di dalam hatinya, Leon tahu bahwa ia telah membuat kesalahan yang tidak mungkin bisa diperbaiki. Tapi, memang benar yang Elora katakan, selama lima tahun ini, Anastasia selalu menolaknya jika ia menginginkannya di atas ranjang, alasan Anastasia itu sungguh kolot, perempuan itu hanya ingin melakukannya setelah mereka berdua resmi menikah.

“Leon, kamu mau melanjutkannya lagi?” bisik Elora dengan suara menggoda.

Leon tersenyum menyeringai, keduanya pun larut dalam lenguhan yang panjang malam itu.

***

Sementara itu, Anastasia terus berlari, mencoba melarikan diri dari kenyataan yang baru saja menghancurkan hidupnya. Tetapi sekeras apa pun ia berlari, rasa sakit itu tetap mengikutinya, menghantuinya setiap detik. Ia tidak tahu bagaimana harus menghadapi hari esok, tidak tahu ke mana harus pergi, atau siapa yang bisa ia percaya.

Satu hal yang ia tahu dengan pasti, adalah bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Leon Hale, yang ia anggap adalah malaikat hidupnya, ternyata berubah jadi iblis seperti keluarganya. Ia pikir, saat ayahnya tak lagi peduli padanya, Leon adalah jawaban Tuhan yang ia inginkan. Nyatanya, Leon Hale adalah pria kedua yang menyakitinya!

Dan saat Anastasia ingin masuk ke dalam mobilnya, ia terkejut dengan seorang pria yang sedang terbujur lemah dengan luka lebam-lebam. Tanpa pikir panjang dan rasa takut, ia menghampiri pria asing itu.

“Tuan, apakah anda masih sadar? Aku akan membawamu ke rumah sakit,” ucap Anastasia.

Pria asing itu menggelengkan kepalanya lemah, “J-jangan... b-bawa aku ke tempatmu.”

Anastasia mengernyitkan keningnya, awalnya ia akan menolak, namun ada beberapa pria yang bertubuh tinggi besar yang sedang berlari ke arahnya. Ia langsung memapah tubuh pria asing masuk ke mobilnya, ia tahu pria asing itu dalam bahaya!

“Aku akan mengobatimu sementara di apartemenku.”

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status