Share

6. Menikah Secepat Kilat

Anastasia gelisah luar biasa,  hari sudah menjelang malam. Tapi tidak ada teman-temannya yang membantunya, bahkan semua panggilan darinya pun selalu ditolak mereka. Anastasia frustasi karena ia berjanji akan memberikan surat kalau ia dan Max sudah menikah.

“Kenapa kamu tak tidur menjelang sore? Bahkan kamu tak makan sama sekali,” ucap Maximilan. Sebenarnya ia sudah tahu apa yang diinginkan perempuan itu dan ia juga sudah mengetahui masalah Anastasia yang saat ini tengah jadi topik hangat di negara ini, namun ia diam-diam tidak tahu karena ingin tahu apa yang akan dilakukan Anastasia.

Anastasia menghela napas panjang, ia merasa frustasi dan ia menatap pria itu.

“Max, kita harus menikah!”

“Menikah? Kamu ingin menikah denganku?”

Anastasia mengangguk, “Iya. Aku sudah terlanjur mengatakan pada mereka kalau kita ini sudah menikah. Bagaimana kalau kita menikah untuk beberapa waktu? Minimal dua tahun misalnya dan nanti kita bisa berpisah baik-baik?”

Maximilian merasa apa yang dikatakan Anastasia lucu, dia menawarkan pernikahan kontrak?

“Hmm... apa untungnya jika aku menjadi suamimu?”

“Kamu tidak punya keluarga, kan? Dan juga tempat tinggal?” tanya Anastasia.

Maximilian mengangguk, “Iya. Aku itu sebatang kara.”

“Nah, itu keuntunganmu, Max. Aku akan jadi keluargamu dan apartemen ini akan jadi tempat tinggalmu, bagaimana? Kamu setuju?”

“Kamu tidak takut?” tanya Maximilian.

“Takut karena apa?”

“Kamu tidak takut kalau aku berniat jahat padamu? Kita baru bertemu dan juga asing. Kamu dengan mudahnya percaya padaku yang mungkin saja bisa berniat jahat padamu. Bisa saja aku mengambil barang berharga di apartemen ini saat sedang pergi keluar. Kamu semudah itu percaya padaku?”

 Anastasia tersenyum lirih, “Aku tidak punya sesuatu yang berharga lagi, Max. Dunia ini seolah memusuhiku. Semuanya hancur, jadi apa yang akan kamu ambil? Dan juga aku percaya padamu, aku mengatakan ini dengan tulus. Aku yakin kalau kamu itu pria yang baik.”

“Kalau aku pria yang baik, aku tidak akan jadi pria miskin yang hidup di jalanan, Anastasia,” balas Maximilian.

“Pria yang berdasi dan kerja di perusahaan besar lebih banyak yang jahat, Max,” kata Anastasia.

“Apa yang bisa kubantu?” tanya Maximilan.

“Biar aku yang mengurusnya. Aku sudah meminta bantuan pada sahabatku kalau kita akan menikah dan aku butuh buku nikah kita. Namaku akan semakin hancur jika dituduh kumpul kebo dengan pria asing,” balas Anastasia.

“Itu mudah. Aku bisa membantumu dan malam ini buku nikah kita akan ada di tanganmu,” ucap Maximilan dengan enteng.

“Apakah kamu yakin?” tanya Anastasia menatap pria itu dengan ragu.

“Kamu meragukanku?”

“Bukan begitu, temanku pun sangat sulit melakukannya,” balas Anastasia.

“Aku ini preman dan aku punya kenalan. Kamu bisa percaya padaku, aku akan menghubungi kenalanku. Untuk itu, aku pinjam ponselmu lagi.”

“Pakai saja. Kalau perlu, gunakan ponsel itu untuk segala keperluanmu, Max,” kata Anastasia.

Maximilian mengangguk, ia beranjak dari kursinya untuk menghubungi asistennya.

Sedangkan, Anastasia mengigit bibir bawahnya dan berharap kalau pria itu memang bisa membantunya.

***

Maximilian duduk di kursi ruang tamu apartemen Anastasia dengan pandangan yang tenang, meskipun pikirannya berputar dengan cepat. Ia sudah memutuskan bahwa ini adalah langkah terbaik untuk melindungi Anastasia dan juga ia ingin mengenal perempuan itu lebih dekat. Menikahinya secara diam-diam akan memberinya kendali penuh atas situasi yang semakin rumit ini. Namun, untuk menjalankan rencana ini, ia membutuhkan bantuan Bryan, asistennya yang paling tepercaya.

Dengan cepat, Maximilian mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor Bryan. Dalam hitungan detik, suara Bryan yang familiar terdengar di ujung telepon.

"Tuan Max, ada yang bisa saya bantu?" suara Bryan terdengar serius seperti biasa.

Maximilian menghela napas panjang sebelum menjawab, "Bryan, aku butuh bantuanmu untuk mengatur sesuatu yang sangat penting. Aku butuh kamu untuk memanggil wali nikah ke apartemen Anastasia, secepat mungkin."

Di seberang sana, Bryan terdengar ragu sejenak. "Tuan, Anda yakin ingin melakukan ini sekarang? Maksud saya, bukankah ini terlalu cepat? Kalau hanya surat nikah palsu, saya bisa membantu anda"

Maximilian tersenyum tipis. Ia tahu Bryan selalu berusaha untuk berpikir rasional, tetapi kali ini, keputusannya tidak bisa ditunda. "Aku sudah memutuskan, Bryan. Ini adalah satu-satunya cara agar semuanya tetap terkendali. Selain itu, aku juga butuh dua buku nikah dengan identitas berbeda. Aku memang menginginkannya sebagai istriku."

Ada jeda panjang sebelum Bryan akhirnya menjawab, suaranya penuh kehati-hatian. "Dua buku nikah dengan identitas berbeda? Apakah Anda ingin menjaga identitas asli Anda tetap tersembunyi dari Nona Anastasia?"

"Benar," jawab Maximilian tanpa ragu. "Aku ingin dia hanya tahu bahwa aku adalah Max Stone, bukan siapa pun yang lain. Ini penting, Bryan. Aku harap kamu bisa mengaturnya."

Bryan menarik napas panjang di ujung sana, tapi akhirnya ia menyerah pada keinginan tuannya. "Baik, Tuan Max. Saya akan mengurus semuanya. Wali nikah dan buku nikah akan siap dalam beberapa jam ke depan."

"Terima kasih, Bryan," jawab Maximilian dengan nada puas. "Pastikan semua berjalan lancar. Aku tidak ingin ada kesalahan."

Setelah menutup telepon, Maximilian duduk dalam keheningan selama beberapa saat, merenungkan langkah yang akan diambilnya. Dengan identitas yang berbeda, ia bisa melindungi Anastasia dari bahaya yang mungkin datang, sekaligus menyembunyikan jati dirinya yang sebenarnya. Publik pun sudah lupa denga putra tertua dari Keluarga Kingsley. Sebelum ia mengungkapkan identitasnya aslinya, ia juga ingin menguji Anastasia, apakah perempuan itu layak menjadi istrinya.

Sementara itu, di kamar sebelah, Anastasia sedang berdiri di depan cermin, mencoba memahami perasaannya yang campur aduk. Hatinya dipenuhi keraguan dan kebingungan. Ia sedikit menyesal karena mengatakan kalau Max adalah suaminya, ia terpojok dan merasa disudutkan pada wakt  itu.

“Aku tidak boleh ragu, aku harus menikah dengan Max secepatnya dan setelah itu aku akan menyelamatkan karirku,” ucap Anastasia pada dirinya sendiri.

Ketukan pelan di pintu kamar membuat Anastasia tersentak dari lamunannya. Ia berbalik dan membuka pintu kamarnya.

"Apa kamu sudah siap, Anastasia?" tanya Maximilian dengan nada lembut, tapi tegas.

Anastasia mengernyitkan keningnya, “Siap untuk apa?”

“Menikah.”

“Menikah? Siapa?” Anastasia masih tak mengerti.

“Bukankah kamu ingin kita segera menikah dan mendapatkan buku nikah?”

“Apakah bisa secepat itu?” tanya Anastasia dengan suara yang tak percaya.

Maximilian mendekat, mengambil tangan Anastasia dalam genggamannya. "Percaya saja padaku, Anastasia. Aku adalah pria yang selalu menepati janjinya.”

Ada sesuatu dalam cara Maximilian berbicara yang membuat Anastasia merasa tenang, meskipun ia tahu banyak hal yang disembunyikan pria itu darinya. Tapi untuk saat ini, ia memutuskan untuk mempercayainya.

Beberapa saat kemudian, pintu apartemen terbuka, dan Bryan masuk bersama seorang pria paruh baya yang berpenampilan rapi. Wali nikah itu membawa dua buku nikah yang sudah siap, sesuai dengan permintaan Maximilian. Mereka berdua melangkah masuk ke ruang tamu, di mana Maximilian dan Anastasia sudah menunggu.

Bryan, diam-diam mendekati Maximilian dengan sikap hormat, menyerahkan dua buku nikah kepada Maximilian. "Semua sudah diatur, Tuan Max. Ini dua buku nikah dengan identitas yang Anda minta."

Maximilian mengambil buku-buku itu dengan anggukan singkat. Ia membuka salah satu buku nikah, melihat namanya tertera sebagai Max Stone, lalu tersenyum puas. Semuanya berjalan sesuai rencana.

“Bryan, simpan yang atas nama asliku. Kelak, jika aku membutuhkannya, Kamu bisa memberikannya padaku,” ucap Maximilan.

Bryan mengangukan kepalanya.

Wali nikah itu segera memulai proses pernikahan sederhana di ruang tamu. Suasana tegang yang dirasakan Anastasia sedikit mereda ketika prosesi itu berlangsung. Maximilian menjawab dengan tegas setiap pertanyaan dari wali nikah, dan Anastasia mengikutinya dengan jawaban yang terdengar hampir tanpa ragu.

Ketika proses itu berakhir, dan mereka berdua resmi menjadi suami istri, Anastasia masih merasa seperti berada dalam mimpi. Ia tidak percaya bahwa dalam beberapa jam saja, hidupnya telah berubah begitu drastis. Ia menikah dengan pria asing!

Setelah wali nikah dan Bryan pergi, Anastasia berdiri di tengah ruang tamu, memegang buku nikahnya yang terasa begitu asing di tangannya. Maximilian mendekatinya, mengulurkan tangan untuk meraih bukunya.

“Kamu kelihatan terkejut,” kata Maximilian.

Anastasia mengangguk pelan, masih menatap buku nikah itu dengan mata tak percaya. “Aku tidak percaya semua ini bisa terjadi begitu cepat. Dan… bagaimana kamu bisa mendapatkan buku nikah ini dengan begitu mudah? Dan pria tadi, aku merasa tidak asing.”

 “Aku memiliki beberapa koneksi yang bisa membantu mempercepat proses ini. Kamu tidak perlu khawatir, Anastasia. Aku akan memastikan semuanya baik-baik saja dan Bryan, dia adalah kenalanku, dia yang membantuku.”

“Bryan... apakah dia Bryan Evans?”

Maximilian mengangguk, “Kamu tahu?”

“Bryan Evans, dia bukanlah pria sembarangan. Bisa disebut dia adalah asisten dari keluarga Kingsley yang terkenal itu. Bagaimana bisa kamu dan dia kenal?”

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status